WARNING :
NOVEL INI TEMA WESTERN.
LETHICIA KANZANEVAA GRIGOR, dua puluh lima tahun. Wanita blasteran Spanyol-Rusia yang memiliki paras cantik, berambut panjang bergelombang sangat indah.
Sedari kecil Lethicia sangat menyukai membuat keramik untuk hiasan rumah.
Karena sering mengikuti pameran bergengsi itulah yang mengantarkannya berkenalan dengan laki-laki bernama Assensio Montana. Salah satu pewaris kerajaan bisnis Montana.
Tapi, Kebahagiaan itu terenggut beberapa minggu yang lalu. Assensio meninggalkan Lethicia untuk selama-lamanya karena kecelakaan pesawat tentu saja kejadian itu membuat Lethicia sangat syock.
*
ALVARO MONTANA, tiga puluh dua tahun. Merupakan putra tertua Montana. Memiliki dendam pada ayahnya serta adiknya. Namun semuanya berubah saat takdir mempertemukan nya dengan istri mendiang adiknya Lethicia.
Bagaimana selanjutnya?
yuk ikuti terus kelanjutannya 🙏
Jangan lupa KIRIM VOTE LIKE KOMEN KOPI DAN BUNGA YA🙏🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAWARAN MONTANA
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN YA. VOTE LIKE KOMEN KOPI BUNGA 🙏🤗
Sinar matahari semakin terang menyinari bumi. Pagi itu terlihat Alvaro berenang di swimming pool berukuran luas. Tubuh atletis m itu sudah beberapa kali berputar-putar mengitari kolam.
Hingga beberapa saat kemudian Alvaro naik tepian kolam renang dengan tubuh basah kuyup ia menghampiri sofia yang membawakan makanan dan minuman untuknya.
"Selamat pagi bibi Sofia", ucap Alvaro tanpa sungkan memeluk dan memberikan kecupan kasih sayangnya untuk wanita paruh baya itu.
Sofia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Alvaro tidak berubah meskipun usiannya semakin dewasa seperti sekarang. Ia tetap jahil seperti dulu.
"Nak...kau membuat pakaian bibi basah", ujar sofia melototkan matanya.
"Karena aku sangat merindukan bibi", jawab Alvaro tersenyum sambil memasang kacamata hitam dan merebahkan tubuhnya pada kursi kolam.
"Kalau kau merindukan bibi. seharusnya kamu harus lebih sering mengunjungi kami di sini nak", seru Sofia sambil melebarkan matanya menatap Alvaro yang sedang menyeruput jus lemon kesukaannya.
Alvaro menaruh gelasnya ke meja. Laki-laki itu memotong wafel madu yang di hidangkan Sofia beberapa saat yang lalu dan memasukkan kedalam mulutnya.
"Ehmm..ini enak sekali, bibi harus mencobanya. Duduk lah temani aku makan", ucap Alvaro.
Sofia menggelengkan kepalanya sambil menarik nafasnya. "Bibi tahu kau mengalihkan pembicaraan kita nak", seru Sofia mendelikkan kedua matanya.
Tanpa menuruti perintah tuannya untuk duduk. Sofia tetap berdiri. "Bibi tahu kau sebenarnya merindukan kota ini, jangan siksa dirimu lagi nak. Di kota inilah kau di lahirkan".
"Maafkan bibi... sekarang tuan Montana hanya memiliki mu sayang", ucap Sofia mengusap punggung Alvaro sambil menghembuskan nafasnya. "Dan nona Lethicia", ucap Sofia lagi dengan suara pelan nyaris tak terdengar.
Mendengar nama Lethicia, Alvaro menaruh gelasnya dan menatap tajam Sofia. "Siapa wanita itu sebenarnya hingga cepat sekali mengambil hati orang-orang di rumah ini", ucap Alvaro dengan nada dingin.
"Nona Lethicia, gadis yang baik nak. Ia bukan seperti yang kau pikirkan".
"Memangnya apa yang aku pikirkan tentang wanita itu. Aku sama sekali tidak tertarik".
"Apa pernikahan mereka sudah memiliki keturunan?", ketus Alvaro dengan wajah tanpa ekspresi.
Sofia tersenyum mendengar pertanyaan Alvaro, bahkan lidahnya belum kering mengatakan tidak berminat mengetahui tentang Lethicia namun ia tetap bertanya tentangnya juga.
"Nona Lethicia dan tuan Assensio belum memiliki anak hingga maut memisahkan mereka", ucap sofia terlihat menahan kesedihannya.
Terlihat seorang pelayan berjalan tergesa-gesa mendekat. "Maaf tuan, setelah anda selesai berenang tuan besar ingin bicara dengan tuan di kamarnya".
Huhh... Alvaro menarik nafasnya. "Hem.."
Sofia memberikan isyarat agar pelayan itu pergi.
"Apa yang ingin di bicarakannya dengan ku", gumam Alvaro.
"Bibi besok pagi aku akan kembali lagi ke Paris, aku sangat ingin mengajak mu tinggal bersama ku", ucap Alvaro sambil beranjak dari kursinya dan memasang bathrobe ke tubuhnya.
"Bibi sudah tua nak, hidup bibi dan paman Pedro di sini. Sekarang bersiaplah bicaralah dengan ayah mu. Ingat nak...tuan Montana sangat menyayangi mu, jangan pernah ragukan itu. Buatlah ayah mu bahagia", ucap Sofia sambil berlalu.
Ucapan Sofia membuat Alvaro diam tak bergeming. Kata-kata itu berkelebat di kepalanya. Sesaat kemudian ia kembali ke kamarnya.
*
Tok tokk tokk
Ceklek
Leonel asisten Montana membuka pintu, begitu tahu siapa yang datang ia melebarkan pintu. Alvaro masuk kekamar ayahnya. Tanpa bicara sedikit pun.
"Tinggalkan aku dan putra ku Leonel, kami ingin bicara!", perintah Montana dengan tegas.
"Baik tuan, kalau begitu saya permisi keluar", jawab Leonel membungkukkan badannya dan melangkahkan kakinya keluar kamar mewah itu.
Setelah hanya ada ayah dan anak di kamar itu. "Duduklah nak", ucap Montana pada putranya yang masih berdiri di depan tempat tidur, dimana Montana duduk menyandarkan punggungnya.
"Apa yang ingin papa katakan pada ku, aku tidak ada waktu. Besok pagi aku akan kembali ke Paris!"
Terlihat wajah Montana terdiam. Gurat kesedihan terpancar di wajah tuanya.
"Tinggallah di Barcelona nak. Aku hanya memiliki mu sekarang. Tidak ada lagi yang tersisa, hanya kau yang papa miliki", ucap Montana dengan suara serak.
"Tidak akan. Aku tidak berminat tinggal di sini. Aku sudah lama memutuskan tempatku adalah di Paris. Tempat ini hanya akan menguak luka yang kau berikan padaku dan mama", Ketus Alvaro sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celananya.
"Varo...maafkan papa nak, telah menyakiti hati mu. Hingga membuatmu terluka sampai saat ini nak".
"Lupakan saja, kau tidak usah memikirkan perasaan ku, bukankah itu yang kau lakukan dari dulu. Tidak perduli dengan perasaan ku dan mama", ketus Alvaro tersirat kebencian.
Terlihat Montana menarik nafas dalam-dalam. "Varo, kau harus tahu yang sebenarnya. Mama mu ti...
"Cukuppp! Aku tidak mau kau membahas mama. Mama ku sudah sangat menderita dengan pengkhianatan mu. Sekarang biarkan mama tenang".
"Sekarang katakan apa yang papa inginkan dari ku. Jangan katakan setelah anak kesayangan mu itu pergi kau baru akan menyayangi ku. Aku tidak butuh itu.Aku sudah biasa hidup sendirian tanpa kasih sayang seorang ayah!".
Sesaat Montana terdiam. Kedua matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Alvaro yang begitu dalam. Montana tahu, begitu banyak kepedihan di dalam hati putra nya yang terlihat begitu kuat dan tidak perduli. Montana tahu sebenarnya Alvaro menangis.
"Maafkan papa, nak. Papa banyak meninggalkan luka untuk mu. Aku ingin menghabiskan sisa umur ku bersama mu dan menebus kesalahan masa lalu ku", batin Montana.
"Tinggallah di sini nak. Menikahlah dengan Lethicia. Ia gadis yang sangat baik", ucap Montana dengan suara serak dan bergetar.
Sontak ucapan Montana membuat Alvaro menatapnya dengan tajam.
"Apa-apaan ini. Kau pikir setelah perbuatan mu kepada ku, kau masih bisa mengatur hidup ku? Jangan harap papa bisa mengatur ku. Papa bisa menikahi janda itu jika berminat, tapi bukan dengan diri ku. Jika itu terjadi No problem buat ku. Janda adikku menikah dengan ayah ku. Wow... Bravo", teriak Alvaro mengejek dan memberikan tepuk tangannya sambil membalikkan tubuhnya dan membanting dengan keras pintu kamar Montana yang terdiam mematung.
...***...
KARYA LAIN EMILY :
PENGANTIN PENGGANTI
MENJADI YANG KEDUA
FIRST LOVE LAST LOVE
AIR MATA SCARLETT
SERPIHAN HATI ELLENA