Bagaimana rasanya kalau kamu mencintai seseorang yang tidak pernah menganggapmu ada, padahal kamu mencintainya dengan sangat tulus. Kecantikan Ara tidak bisa membuat hati Revan luluh.
Ara Anastasia selama beberapa bulan ini tanpa lelah mengejar cinta seorang Most Wanted sekaligus ketua OSIS di sekolahnya SMA Negeri Harapan 1 bernama Revan Prayoga. Tetapi sayangnya Revan sudah mempunyai gadis yang ia sukai bernama Angel.
Usaha Ara untuk bisa mendapatkan cinta Revan sia-sia ketika pria itu menyuruhnya berhenti mengejarnya. Ara yang merasa kalah dengan perasaannya sendiri akhirnya mengabulkan permintaan Revan dan mulai menjauh.
Tetapi setelah Ara menjauhi Revan selama beberapa waktu membuat cowok itu uring-uringan tidak jelas. Angel sang kekasih turut menjadi korban kekesalannya hanya karena Revan melihat Ara berpelukan dengan salah satu cowok populer dan sahabat baiknya sendiri.
"Gue bisa gila Ra, kalau Lo terus bersikap kayak gini!"
"Emang sikap Gue kenapa Van? ada yang salah?" Tanya Ara menaikkan sebelah alisnya.
"Jangan jauhin Gue dan jangan deket sama cowok lain!" Ara tertawa sinis.
"Lo lupa Van, Bukannya Lo sendiri yang nyuruh Gue buat ngejauhin Lo?"
Skakmatt! Revan tidak bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 ( 100 soal )
Happy Reading 😉
"Pokoknya saya tidak mau tahu, kamu harus ikut remidi! kalau tidak, kamu tidak akan saya naikkan kelas."
"Jangan donk, pak!" seru gadis itu.
Ara terlihat panik ketika mendengar kata-kata dari Pak Ridwan. Jangan sampai Ara tidak naik kelas. Ibunya akan sangat marah kalau tahu hal itu. Ara tidak mau Ibunya kecewa padanya, apalagi saat ini hanya Ara yang bisa jadi kebanggaan. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan hal itu membuat sang Ibu terpuruk.
“Kalau kamu mau naik kelas, harus belajar yang rajin! Ini semua nilai mata pelajaran kamu banyak yang menurun! Bapak akan memberimu 100 soal pelajaran Matematika untuk kamu pelajari dan menjawab semua soal dengan benar,” Ara melongo tidak percaya.
100 soal Matematika? Apa dia tidak salah dengar?
“Nanti Bapak akan membuatkan soal-soal itu dulu, besok akan Bapak serahkan pada kamu, saya beri waktu sebulan untuk menyelesaikannya,” ucap Pak Ridwan. Ara masih diam mematung, mencerna apa yang baru saja guru killernya itu ucapkan.
“Tapi, Pak ... !” Ara ingin menolak tetapi Pak Ridwan sudah pergi dari hadapan gadis tersebut.
“Aduh, mati Gue! Mana bisa Gue mengerjakan 100 soal Matematika, itukan pelajaran yang paling Gue benci,” gumam Ara.
Dengan rasa letih yang menguras pikiran karena harus melawan pelajaran yang sangat tidak di sukainya itu membuat Ara langsung lemas seketika.
Ara memangku wajahnya dengan pikiran yang kacau, sungguh dia tidak akan sanggup dengan tantangan dari guru killernya itu. 100 soal Matematika harus selesai dalam waktu sebulan. Rasanya Ara ingin kembali ke Jogja saja agar terhidar dari rumus dan pecahan-pecahan huruf yang akan membuatnya pusing tujuh keliling.
“Tuh, anaknya, kaya orang yang kesurupan setan, kerjaannya bengong dan diem mulu,” tunjuk Nita ke arah Ara yang sedang terlihat melamun, padahal isi di otaknya sedang pusing memikirkan bagaimana caranya kabur ke tanah kelahirannya.
Romi dan Vero langsung berjalan ke arah gadis tersebut dengan tatapan prihatin. Tadi kedua pria tampan itu mencari Nita untuk ingin tahu kabar dari Ara, setelah dua hari yang lalu gadis itu telah di permalukan sahabat mereka sendiri, Ara tidak pernah nampak makan di kantin lagi.
“Hai, Ra? Apa kabar? Kita ganggu gak?” sapa Romi menggaruk kepalanya sambil mesem.
Ara yang mendengar itu langsung mendongak dan menatap kedua cowok populer di sekolah dengan tatapan menyedihkan. “Ra, jangan terlalu memendam kesedihan, move on donk!” Nita duduk di samping sahabatnya itu untuk memberi dukungan.
“Iya Ra, Lo gak perlu bersedih lagi, Gue juga mengutuk perbuatan Revan ke Elo, masih banyak cowok yang bisa bahagia in Lo, termasuk Gue,” ucap Vero ikut merasa sedih melihat kondisi Ara yang benar-benar tidak bisa seceria biasanya.
“Makasih, Gue gak apa-apa kok,” jawab Ara nyengir, menampilkan sederetan gigi putihnya. Terlihat sangat cantik alami bahkan Vero dan Romi langsung terpana. Ara kali ini memang tidak memakai bedak tebal ataupun gincu seperti sebelum-sebelumnya yang membuat Revan ilfeel dengan penampilannya yang terlihat sedikit dewasa bahkan terkesan seperti wanita penggoda. Bedak tebal, lipstik merah bahkan terkadang memakai blus on tipis di pipinya yang membuatnya terkesan seperti badut.
Dulu Ara mengira dengan sedikit berdandan dan memakai pakaian yang pas di badan dan sedikit ketat, akan membuat Revan suka, bukankah biasanya para cowok suka dengan cewek yang terlihat seksi dan menor? Itulah dulu yang ada di pikiran Ara, padahal nyatanya Revan bukan tipe cowok yang suka hal-hal seperti itu.
Mungkin Ara memang baru sadar jika dulu penampilannya benar-benar norak, dan sekarang gadis itu akan merubah penampilannya yang seperti dulu lagi, dulu penampilan Ara selalu polos dan sederhana. Sebenarnya Ara bukan tipe cewek yang suka dandan menor, dia yang terlalu di bodohi oleh rasa yang namanya cinta. Sekarang sudah saatnya dia kembali menjadi dirinya sendiri. Rambut yang di kucir kuda dan hanya bedak tipis dan pelembab bibir pink samar agar terlihat lembab. Itulah jati diri Ara yang sesungguhnya.
“Eghem!” Ara berdehem, membuyarkan tatapan kagum kedua cowok itu. “Eh, kita berdua siap jadi sandaran buat Lo, Ra, kalau Lo sedih,” Romi menyenggol lengan Vero ketika cowok itu berucap.
“Apaan sih, Rom, Gue cuma mau hibur Ara,” bisik Vero.
Nita dan Ara saling berpandangan melihat tingkah kedua cowok populer yang sedang cari muka di depan Ara itu.
“Makasih ya buat kalian semua yang udah mau menghibur Gue, sebenarnya Gue udah enggak kepikiran sama kejadian kemarin, jadi kalian enggak usah khawatir,” ucap Ara tersenyum menatap satu persatu ketiga orang tersebut.
“Iya, Ra, Lo harus kuat, harus bisa move on, kalau ada apa-apa Lo bisa chat Gue,” ucap Vero yang sepertinya mulai melancarkan aksi pendekatan. Vero memang sudah lama kagum dengan Ara, tapi dia hanya bisa diam tanpa berani mendekati Ara karena Vero tahu bahwa pria yang di sukai Ara adalah Revan.
"Betul, Ra, masih ada kita," ucap Romi yang ?langsung di angguki gadis cantik itu.
Mungkin mereka bertiga pikir Ara sedang frustrasi dan sedih karena masalah Revan, padahal sebenarnya saat ini yang di pikirkan Ara adalah bagaimana caranya dia bisa mengerjakan 100 soal yang di berikan oleh Pak Ridwan.
###
Revan mendatangi Romi dan Vero di markas mereka, di sebuah ruangan yang memang di khususkan untuk para OSIS. “Bro, jangan bersikap kaya anak kecil, donk?” ucap Revan kepada kedua sahabatnya itu.
“Di sini siapa yang kekanakan?” sahut Romi yang di angguki oleh Vero.
“Gue enggak bisa maksain diri donk buat suka sama seseorang, jangan hanya karena Cewek kalian jadi ngejauhin Gue kaya gini?” Romi mendekati Revan dan menepuk bahunya.
“Bukan gitu, Van. Kita gak nyalahin perasaan Lo, tapi yang kita sayangkan itu kenapa Lo harus mempermalukan Ara di depan seluruh siswa, seharusnya hal seperti ini jangan sampai terjadi, apalagi Lo itu ketua OSIS, panutan kita semua,” ucap Romi.
Revan menunduk, mungkin memang benar dia sudah keterlaluan dengan Ara, tapi dalam hatinya Revan gengsi dan tidak akan meminta maaf pada gadis itu.
“Iya, Gue ngaku salah, tapi jangan menghakimi Gue lagi, kita udah bersahabat lama, masa cuma gara-gara cewek, kalian enggak mau berteman lagi sama Gue?”
Romi dan Vero tertawa, sebenarnya mereka juga tidak bermaksud untuk memutuskan pertemanan yang sudah terjalin lama itu. Hanya merasa sedikit kesal dan kecewa dengan Revan yang sudah bertingkah kelewatan.
“Kenapa tertawa? Kalian ngeledek Gue?”
“Kita enggak akan melepaskan Lo sebagai sahabat, Van.” Mata Revan berbinar.
“Jadi kita tetep kaya dulu, kan?”
“Iya, kita tetap sahabat,” jawab Romi dan Vero kompak.
Ketiga cowok terpopuler di sekolah itu langsung bertos ria.
Bersambung.
Nanti up lagi kalau othor udah dapat bunga atau kopi 😉
Parah kali Cere cuma Krena masalah yg sbenarnya gaada😭 rill miss komunikasi+salah paham ini sampe kandas prnikahaan🤦