Aleta seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Gadis ini memiliki wajah yang cantik, dengan sepasang mata yang bening dan indah. Nasib mempertemukannya dengan seorang kakek yang sedang tertabrak mobil.
Karena sifat penolongnya, Aleta dibawa kakek ke kota Bandung dan dinikahkan dengan cucunya yang memiliki tabiat keras. Dengan kelembutan hatinya, pada akhirnya Aleta bisa meluluhkan hati suaminya.
Intrik-intrik yang muncul dalam pernikahannya, akhirnya menjadikan mereka untuk saling menguatkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah AllRey.., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Oh Angkot...
Karena ada jadwal kuliah pagi, pukul enam Dev sudah bersiap untuk berangkat menuju kampus. Aleta segera mencari Bu Rosna dan kakek Cokro untuk meminta ijin, dan menemukan keduanya sedang mengobrol di teras rumah utama panti.
"Ibu, Kakek...., Aleta berangkat ke kampus dulu ya."
"Naik apa nak ke kampusnya" tanya kakek Cokro.
"Naik angkutan umum kek, Aleta sudah terbiasa. Nanti di pinggir desa setiap tiga puluh menit ada angkot kuning yang lewat."
"Iya hati-hati di jalan Aleta."
Setelah berpamitan dengan Bu Rosna dan kakek Cokro, Aleta segera berangkat ke kampus. Hari ini Aleta memiliki kelas jam delapan dan jam sebelas siang, dan saat ini jarum jam masih menunjukkan pukul 06.30.
Aleta berdiri di pinggir jalan desa menunggu Angkot jalur K, dan sudah tiga puluh menit dia berdiri di pinggir jalan namun angkot yang di tunggu belum juga datang. Sesekali Aleta melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya, karena empat puluh menit lagi dia harus sudah berada di kelas.
"Drtt...drttt...," ponsel Aleta bergetar di dalam sakunya.
Aleta segera mengeluarkan ponselnya dari saku, melihat nama Cory yang muncul di layar, kemudian menerima panggilan masuk.
"Assalamualaikum,"
"Wa Alaikum salam, kamu posisi dimana Aleta? Tumben jam segini belum nyampe kelas."
Aleta menyampaikan alasan terkendala belum sampai kampus, dan sekaligus minta bantuan Cory menyampaikan ijin kepada dosen pengampu terkait kemungkinannya datang terlambat.
"Baiklah hati-hati Aleta, semoga ada pangeran tampan yang menjadi dewa penolong mu hari ini." goda Cory.
Setelah mengakhiri panggilan, Aleta masih berdiri menunggu angkot. Tetapi lima belas menit tambahan waktu, Angkot tetap belum juga muncul. Memperkirakan waktunya tidak akan cukup, Aleta memutuskan untuk kembali pulang ke panti. Baru saja Aleta masuk gerbang desa, terdengar suara klakson mobil.
"Tin...tin..., Aleta tunggu," terdengar suara laki-laki berteriak menghentikan Aleta.
Aleta menengok ke belakang, dan terlihat Ferdinand dari kaca pintu depan memanggilnya.
"Ayuk bareng aku, kamu ada kelas kan setengah jam lagi."
Aleta menganggukkan kepalanya, dan dengan penuh tanda tanya dia berbalik menghampiri mobil. Tapi karena keinginannya besar untuk menghadiri perkuliahan, Aleta menghapus pikirannya dan bergegas masuk ke mobil bersama Ferdinand.
"Kak Ferdi kok bisa sampai sini,"
"Tadi kebetulan aku pas mau berangkat, tiba-tiba Cory kasih tahu kamu masih nunggu angkot."
"Ya udah sekalian jalan aku belok kesini"
"Oh karena Cory ya, makanya kok bisa kebetulan. Makasih ya kak sudah membantu Aleta."
Ferdinand menbalas ucapan terima kasih Aleta dengan senyuman, kemudian segera menjalankan mobilnya.
Aleta hanya memikirkan bagaimana bisa segera ke kampus, sehingga tidak berpikir untuk menolak tawaran Ferdinand. Lima belas menit perjalanan, mobil memasuki halaman kampus dan berhenti di tempat parkir.
"Kak Ferdi kita berpisah disini ya, kelas Aleta sudah akan dimulai."
"Ok, kelasku juga sudah akan dimulai."
"Makasih ya kak Ferdi, kalo ga ada kakak tadi, Aleta jadinya bolos deh."
"Iya sama-sama, setiap hari antar jemput Aleta kakak juga mau kok."
"Nanti siang kita lanjutkan ngobrolnya ya. Kita ketemu di kantin." kata Ferdinand.
"Iya kak, Aleta ke kelas dulu."
Mereka akhirnya berpisah di Selasar kampus, karena mereka memiliki jurusan yang berbeda, maka gedung perkuliahannya juga berbeda. Aleta segera memasuki kelas, dan melihat ada satu kursi kosong di samping Cory. Kebetulan Cory pas memandang ke pintu masuk, dan melambaikan tangannya memanggil Aleta duduk di sampingnya. Aleta segera menduduki ke kursi yang sudah disiapkan Cory untuknya.
"Dih..., yang baru saja dijemput sang Arjuna." dengan suara lirih Cory menggoda sahabatnya.
"Aku sebenarnya ingin membuat perhitungan denganmu Cor, tapi karena tidak ada pilihan lagi."
"Yah..., bagaimanapun terima kasih ya. sudah memberikan pertolongan yang menjeratku."
"akhirnya aku bisa hadir di kelas ini." ucap Aleta cemberut.
"Kwkkkk... kwkkk..., lucu ekspresimu kalau sedang cemberut." ledek Cory.
"Selamat pagi." tiba-tiba dosen pengampu mata kuliah Kalkulus yang bernama pak Yudha memasuki kelas.
"Selamat pagi pak," jawab semua mahasiswa yang hadir serempak.
"Sudah siap untuk kuliah pagi ini?"
"Siap pak,"
"Baiklah hari ini kita masih melanjutkan materi Minggu yang lalu, yaitu tentang fungsi kuadrat."
"Jadi jika ada pernyataan kita diminta mencari nilai atau titik optimum, minimum, maksimum maka cara penyelesaiannya adalah dengan mencari nilai marginal dari fungsi tersebut."
"Setelah kita menemukan nilai marginal, baru nilai tersebut kita samakan dengan nol.
"Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita mendapatkan nilai marginal. Ayuk siapa yang masih ingat materi Minggu lalu."
Kelas seketika hening, tidak ada yang mengangkat mukanya.
"Gimana ini, kok kelas jadi anteng. Baru Minggu lalu lho materinya, gimana nanti kalau pas ujian," tanya pak Yudha.
Karena tidak ada yang merespon pertanyaan pak Yudha akhirnya Aleta mengacungkan jarinya.
"Ya Aleta, gimana cara mencari nilai marginal.?"
"Kalau salah tidak apa-apa ya pak."
"Ya, jawablah,"
"Cara mencari nilai marginal adalah, fungsinya kita cari turunan pertama. Misalkan Marginal Revenue kita turunkan dari fungsi Total Revenue terhadap Q atau quantity dari barangnya." jawab Aleta.
"Bagus Aleta, jawabanmu tepat sekali." pak Yudha mengapresiasi jawaban Aleta.
Pak Yudha kemudian melanjutkan materi kuliah hari ini. Kuliah diakhiri pukul 10.40, karena mata kuliah ini penuh dengan materi hitungan, waktu perkuliahan terasa cukup singkat.
*****
Seusai mata kuliah yang kedua, Aleta memenuhi janjinya menemui Ferdinand di kantin. Sebenarnya dia mengajak Cory untuk menemani, tetapi sepertinya Cory sengaja menghindarinya.
Sesampainya di kantin, Aleta melihat Ferdinand sudah menunggunya di meja.
Aleta langsung menghampiri dan duduk di depannya.
"Sudah lama kak nunggunya."
"Belum, baru tiga puluh menit," jawab Ferdinand tersenyum. Di depannya sudah ada satu gelas es teh yang sudah habis airnya.
"Tiga puluh menit itu mah lama kak, maaf ya soalnya kelas Aleta dosennya tertib," kata Aleta penuh rasa bersalah.
"Halah ga pa pa..., Aleta mau makan apa,"
"Apa ya kak, bakso aja deh, minumnya es teh. Kayaknya segar deh."
"Siap bukkk," canda Ferdinand, kemudian dia menuju kasir untuk order makanan dan minuman mereka.
Tidak menunggu terlalu lama, pesanan mereka sudah terhidang di meja.
"Aleta habis ini mau kemana."
"Mau langsung pulang kak, Aleta tidak bisa bermain kemana-mana seperti teman-teman yang lain."
"Aleta punya momongan adik-adik kak yang harus didampingi belajar," katanya tanpa mengeluh.
"Kapan-kapan kakak boleh main ke panti ya, sesekali ikut mendampingi adik-adik."
"Ya bolehlah, masak main saja tidak diperbolehkan."
"Ayuk dihabiskan baksonya, nanti pulang kak Ferdi antar sampai panti ya,"
"Ga usah kak, Aleta naik angkot saja." cegah Aleta.
"Kalau angkotnya ga lewat, Aleta mau jalan kaki sampai rumah? Sudah pokoknya Kakak antar Aleta sampai tempat, kan kakak juga pingin kenalan dengan adik-adik."
"Ya boleh kak, asal tidak merepotkan kakak saja."
Aleta akhirnya mengizinkan Ferdinand mengantarnya sampai panti.
******
lanjut Thor