"Ini uang, aku menginginkan suamimu!" ucap Nadine serius.
"Apa???" Dinda tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Patah hati dari penghianatan sang kekasih yang berselingkuh dengan adiknya sendiri membawa kisah tersendiri seorang Nadine yang semula angkuh dan sombong namun berubah lebih baik hanya karena terpesona pada bodyguardnya sendiri.
Kisah gadis kaya raya yang terlalu mudah jatuh cinta kembali pada seorang pengawal pribadinya, membawa ia pada kenyataan lain yang tidak ia ketahui selama ini.
Farhan Pradhipta merupakan sosok yang mampu membuat Nadine kembali merasa hidup disaat yang tepat, namun siapa yang menyangka bahwa lelaki ini tidaklah seperti yang Nadine kira.
Penasaran?
Lanjut ke Bab ya......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Nadine menghempaskan tubuhnya ke ranjang besar dan mewah yang menghiasi kamar barunya.
Lama ia bermenung, menatap langit-langit kamar yang akan ia tempati dalam waktu yang lama, ia berniat tidak ingin kembali pada rumah utama orangtuanya mengingat bahwa akan ada Daniel yang akan menjadi suami Nadira dalam waktu dekat.
Menarik napas dalam, "Kau benar-benar tega padaku Nadira", gumam Nadine dengan pandangan fokus satu arah.
Hening, matanya kian sayu seperti menahan kantuk namun enggan terpejam, sampai pada sebuah bunyi panggilan masuk pada ponsel mahalnya.
Nadine menerima telepon yang ternyata dari pengacara sekaligus notaris langganan keluarganya.
"Baiklah kapan kita bisa bertemu paman?", tanya Nadine setelah mendengar penjelasan maksud ia dihubungi saat ini.
Gadis itu mengangguk dan mengatakan iya pada seseorang yang berada di seberang telepon, tidak lama setelahnya mereka menyudahi percakapan.
Nadine menghembus napas kasar.
"Urusan harta, tidak jauh dari harta", gumam gadis itu seraya berlalu ke kamar mandi.
******
Mata dan wajah dingin sang ibunda tidak beranjak dari tatapannya pada Nadine putri sulungnya.
Suasana menegangkan terjadi saat pengacara keluarga itu membeberkan suatu wasiat lelaki penuh kuasa karena kekayaan yang ia miliki seumur hidupnya sebelum pria itu wafat, siapa yang akan menyangka bahwa pria itu hanya menyebutkan satu nama yang akan ia warisi seluruh harta dan kedudukannya.
Nadine Calista Rinaldi, nama yang menjadi sosok tertera dan tertulis pada berkas pelimpahan harta dan aset yang dimiliki ayahnya.
Meski tidak seluruhnya, namun ia menjadi pewaris sebagian besar aset. Hanya sebagian kecil bahkan hanya beberapa yang menjadi warisan untuk adiknya Nadira.
Nyonya Airin tetap tenang menghadapi itu semua disaat Nadira mulai merasa tidak adil akan hal itu.
Nadine tersenyum puas seraya membubuhkan tanda tangan, sebab ia merasa menang dari Nadira dalam beberapa hal.
"Aku rasa ayah tahu alasan kenapa harta ini harus berada di tanganku, meski aku boros dan menghamburkannya setidaknya ayah tahu aku tidak menjadi aib keluarga", sindir Nadine melirik Nadira dengan nada mengejek.
"Apa kau merasa menang hanya karena harta? kau akan punya segalanya namun ingatlah kakak ku yang berharga ini, setidaknya aku memiliki cinta ibu dan cinta dari pria yang lebih memilihku daripada kau, tentu kau tidak punya bukan?", balas Nadira tanpa takut.
Entah keberanian darimana adik satu-satunya Nadine itu mampu berkata lantang tanpa takut siapapun.
"Asal kau tahu Nadira, aku tidak butuh cinta dari siapapun sekarang, jadi teruslah berbangga memiliki pria pengecut seperti Daniel yang mana tahu besok-besok dia juga akan menduakan mu".
"Berhenti berdebat, ibu sudah lebih bersabar dalam satu minggu ini, apa kalian tidak malu bahkan paman Chandra masih berada di sini", ucap nyonya Airin menengahi dua putrinya yang beradu mulut.
Paman Chandra selaku advokat keluarga itu sekaligus teman dekat mendiang tuan besar Rinaldi hanya bisa geleng kepala.
"Nadine, ibu harap kau tidak asal menerima apa yang telah ayahmu wariskan namun ibu harap kau bisa mengemban tanggung jawab besar sebagai pengganti beliau, tentu kau tidak ingin reputasi dan nama baik ayahmu hancur bukan? apa yang ayahmu bangun selama ini tidak mudah, ibu harap kau mampu menjaganya dengan baik setelah ini", ucap nyonya Airin serius pada Nadine yang terdiam oleh kata tanggung jawab besar yang mulai menguasai pikirannya.
Gadis itu menarik napas dalam, meski ia tidak berkata apapun namun sungguh ia merasa perkataan sang ibunda ada benarnya, yang bahkan ia sama sekali tidak memikirkan apa yang akan ia perbuat sebagai pengganti ayahnya nanti.
"Ibu harap kau bisa belajar banyak nantinya sayang, selamat atas warisan dan kedudukan ayahmu" ucap nyonya Airin pada Nadine yang duduk di sebelahnya dengan raut sulit dimengerti.
"Terimakasih banyak Chandra kau banyak membantu suamiku selama ini", sambung nyonya Airin pada paman Chandra yang mengangguk tersenyum.
"Kita berteman lama nyonya, jangan sungkan jika membutuhkan bantuanku".
Setelah pertemuan itu berakhir, Nadine segera pergi ia tidak ingin berlama menghadapi Nadira dan ibunya.
Rose yang selalu setia menunggu, ia tersenyum meski sedikit cemas dengan majikannya itu yang telah berubah menjadi jutawan baru tak tertandingi di kota tempat mereka tinggal.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?", ucap Nadine mengangkat alisnya menatap heran pada Rose.
"Apa nona kecil ini akan berubah jadi nona besar setelah ini?", canda Rose.
"Tentu saja, kau tahu dengan baik ayahku seperti apa meski aku belum memikirkan apa yang akan terjadi nanti jika aku yang memimpin semuanya, namun aku merasa ini sedikit mengganggu kesenanganku".
"Apa kau akan membuat ayahmu bangkrut? ayolah Nadine".
"Entahlah, yang pasti sekarang waktunya kita berdisco", colek Nadine pada dagu sahabatnya itu dengan wajah berbinar dan girang.
"Huh selalu saja santai, padahal kau baru saja menjadi pengganti ayahmu Nadine itu tidak mudah dan sedikit berat mengingat kau seperti apa, aku heran kenapa tuan besar mewariskannya padamu padahal aku rasa Nadira lebih serius daripada gadis tengil ini".
"Apa kau akan terus memikirkan itu ayolah, itu hartaku sekarang aku bebas dalam hal apapun, tidak akan bangkrut meski tujuh turunan sekalipun".
"Aku mulai ragu nona", jawab Ross geleng kepala.
"Its the time to disco", pekik Nadine seraya menggoyangkan tubuhnya menggoda Rose sebagai ajakan ke klub langganannya.
Gadis itu juga menghubungi beberapa teman yang sering ia ajak untuk menghamburkan uang.
mampir juga ya di karyaku jika berkenan
semangat terus thor...