NovelToon NovelToon
Sebungkus Mie Instan

Sebungkus Mie Instan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Janda / Romansa
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Tika Despita

Sudah empat tahun lamanya Aini menikah dengan suaminya Rendra. Namun dia tahun terkakhir Rendra tak bekerja. Sehingga kebutuhan sehari-hari di bantu bapak mertuanya. Terkadang Aini terpaksa memasak sebungkus mie instan untuk lauk makannya dirinya dan anaknya.

Disaat himpitan ekonomi, suaminya pun bertingkah dengan kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika Despita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Aku kembali ke pantry dengan perasaan yang campur aduk. Langkahku terasa ringan tapi dadaku justru berat. Ucapan yang keluar dari mulutku di rooftop tadi sebenarnya nggak ada salahnya,semua benar, semua jujur tapi entah kenapa aku justru dihantui rasa takut.

Takut Mas Arsya salah paham. Takut dia mengira aku sok cantik, sok pede, merasa ditaksir olehnya.

Astaga, baru kali ini aku berharap bisa menghilang sementara waktu dan tak bertemu dengan dirinya sementara waktu.

Belum sempat napas ku lega, Mbak Cici menatapku.

“Aini, kamu disuruh Pak Arsya anterin teh ke ruangannya!” serunya setelah menutup telepon pantry.

Aku langsung kaget. “Mbak aja yang nganterin, ya? Biar Aini yang bikinin tehnya."

Nada suaraku memohon banget, sampai-sampai aku sendiri malu mendengarnya.

“Lah, bukannya biasanya juga kamu yang anterin?” Mbak Cici mengerutkan kening.

“Buat kali ini aja, please Mbak…” Aku menyatukan kedua telapak tangan di depan dada seperti mau menyembah. Gengsi sudah kulepas jauh-jauh.

“Gak ah, kamu aja. Lagian kenapa kamu kayak takut banget ketemu Pak Arsya?”

Mbak Cici memperhatikanku dengan tatapan curiga.

“Sudah, anterin sana tehnya Pak Arsya!” akhirnya ia mengibas-ngibaskan tangannya menyuruhku pergi. Fix, tidak bisa diganggu gugat.

Aku menunduk lesu. Ya Allah, kenapa cobaan hari ini datang bertubi-tubi?

Dengan berat hati, aku keluar dari pantry sambil membawa cangkir teh hangat itu. Aku bahkan sempat berharap Mas Arsya mendadak rapat keluar atau apa kek, pokoknya yang bikin aku gak harus ketemu mukanya dulu.

Begitu sampai di depan meja kerja, aku menghembuskan napas lega.

Untung masih ada Mbak Risa di sana.

“Mbak, ini tehnya Pak Arsya,” ucapku sambil meletakkan cangkir itu di mejanya.

“Oh, oke. Biar aku yang antar.”

Nada suaranya manis, tapi senyum yang mengiringinya jelas bukan.Itu senyum kemenangan.

Senyum dengan ucapan dalam hati “lihat kan, dia milik aku”.

Dalam hati aku cuma bisa menghela napas panjang. Ya sudah, biarin aja dia cari muka. Toh dia memang kekasihnya Mas Arsya. Wajar kalau dia mau menonjolkan diri di hadapannya.

Dan aku? Untuk sementara ini, aku benar-benar ingin menghindari Mas Arsya.

Bukan benci atau tak suka, tapi lebih ke bingung.

Bingung harus bersikap bagaimana setelah dia mendengar semua percakapan aku dan Mbak Risa di rooftop tadi. Bingung harus jelasin apa. Bingung dengan reaksi matanya yang seolah punya sejuta kalimat tak terucap.

Aku hanya berharap, dia nggak salah menangkap maksudku.

Sayangnya, hati kecilku berkata, itu pasti mustahil. Karena tatapan terakhirnya di rooftop masih membayang jelas di kepalaku.

**

Sudah tiga hari lamanya aku menghindari Mas Arsya. Rasanya seperti jadi ninja dadakan. Aku sengaja datang lebih pagi dari biasanya, bahkan setengah jam sebelum kantor benar-benar ramai. Dengan begitu, saat aku membersihkan ruangannya, dia belum datang. Aman. Tenang. Damai.

Teh paginya pun selalu kutitipkan ke Mbak Risa. Biar sekalian dia senang. Biar hubungan mereka kembali harmonis.

Anggap saja aku membantu mereka memperbaiki romansa yang sempat retak.

Padahal, siapa sih yang aku tipu?

Kadang aku tahu, aku cuma lari dari sesuatu yang aku sendiri nggak ngerti.

**

Hari ini aku libur karena memang akhir pekan. Pagi-pagi sekali aku sudah sibuk mencuci pakaian. Setelah semuanya selesai, aku keluar rumah sambil pakai daster favorit yang sudah mulai longgar di pinggang. Aku menjemur pakaian sambil bersenandung pelan.

Siapa sangka, di seberang halaman, Mas Arsya sedang mencuci mobilnya. Dia memakai kaos lengan pendek dan celana training. Kelihatan santai, tapi cukup keren juga. Astagfirullah, fokus Aini!

Mata kami sempat bertemu. Seketika aku langsung menunduk dan buru-buru masuk rumah.

Lah, kok aku yang jadi salah tingkah? Kan aku gak melakukan kesalahan apa-apa.

Tapi entahlah, rasanya keberadaan dia saja sudah cukup membuat jantungku ribut sendiri.

Hari libur kuhabiskan bermain dengan Keenan, bocah kecil penyemangat hidupku. Dia sekarang sudah makin pintar. Sejak Kevin membelikannya Lego, Keenan jadi makin kreatif. Dia sudah bisa bikin bangunan-bangunan kecil kayak rumah, kantor polisi, bahkan katanya mau bikin "rumah robot" , aku pun nggak ngerti maksudnya apa, tapi lucu lihat dia begitu bersemangat.

Kalau hari Minggu, rumah biasanya sepi.

Kevin pasti lagi pergi mejeng sama pacarnya. Sementara Ibuk ada arisan sama ibu-ibu pengajian.

Tiba-tiba terdengar suara dari luar.

“Assalamualaikum!”

Aku langsung menoleh. Di pintu sudah berdiri Tante Ratna dengan pakaian rapi dan senyum yang khas.

“Waalaikumsalam, Tante! Mari masuk,” jawabku.

Tante Ratna masuk dan duduk di sofa. Senyumnya tidak juga surut. Aku jadi curiga ada apa gerangan.

“Ada apa Tante? Tante mau ketemu Ibuk?” tanyaku.

“Enggaklah. Tante justru mau ketemu kamu,” jawabnya.

“Oh…” aku mengangguk.

“Kamu senggang nggak?”

“Lumayan Tante. Pekerjaan rumah sudah beres. Ini cuma main sama Keenan.”

“Kamu mau nggak temenin Tante ke mall? Udah lama Tante gak belanja.”

Beliau manyun seperti anak kecil yang nggak dibeliin es krim.

“Tante malas sendiri. Kemarin Tante ajak Ibuk kamu, dia gak mau. Pagi ini Tante ajak Arsya, eh dia juga nolak.”

Aku nyengir kecil.

“Jadi Tante putuskan ajak kamu. Sekalian ajak Keenan jalan-jalan!”

Aku pikir sejenak. Memang sudah lama Keenan nggak jalan-jalan, dan aku juga jarang rekreasi sejak kerja terus.

“Baik, Tante. Aini temani.”

“Tante tunggu kamu di teras, ya!”

Beliau bangkit dengan wajah berbinar. Melihatnya begitu senang, aku ikut tersenyum. Jujur, aku tahu Tante Ratna sering kesepian. Hanya hidup berdua dengan anak laki-lakinya yang sibuk kerja, pasti kadang terasa lengang.

Aku dan Keenan pun mandi dan bersiap-siap. Begitu keluar rumah, aku langsung kaget.

Di teras, Tante Ratna sedang menunggu.

Tidak sendirian. Tapi bersama Mas Arsya.

Loh? Katanya tadi nggak mau ikut? Kok sekarang ada di sini?

“Aini, kita ke mall bareng Arsya aja. Tadi tiba-tiba aja Tante paksa dia, akhirnya dia mau. Jadi kita nggak perlu naik taksi,” kata Tante Ratna sambil tersenyum lebar.

Mas Arsya hanya berdiri kaku di sampingnya. Dia sempat melirikku sebentar sebelum mengalihkan pandangan.

Ya Allah, susah payah aku menghindari dia selama tiga hari ini. Eh, malah mamanya sendiri yang bikin kami ketemu lagi.

Dalam mobil pun suasana cukup canggung diantara aku dan mas Arsya. Gak ada tegur sapa. Dan dia terlihat sedikit dingin padaku. Mungkin dia masih sakit hati dengan ucapanku pada mbak Risa tempo hari.

Mas Arsya menyetir dengan fokus luar biasa. Tante Ratna duduk di depan sambil terus mengobrol tentang banyak hal, mulai dari tetangga baru, harga cabai, sampai kipas angin yang rusak di rumahnya.

Aku dan Keenan duduk di belakang mendengarkan semua ocehan Tante Ratna.

Sesekali Mas Arsya terlihat seperti ingin menoleh ke belakang, tapi dia tahan.

Sedangkan aku? Aku pura-pura sibuk memperbaiki posisi duduk Keenan.

Hening yang canggung itu pecah ketika Tante Ratna bertanya tiba-tiba.

“Aini, masa iddah kamu sudah selesai belum?”

Tiba-tiba Mas Arsya tersedak air mineral yang baru saja diminumnya.

Aku sedikit tersenyum melihat ekspresinya, tapi ku tahan biar gak kentara sekali.

“Sudah Tante,” jawabku pelan.

“Kalau gitu, nanti Tante cariin pria baik dan cocok buat kamu. Yang rajin bekerja juga, ya!”

Aku hanya mengangguk sopan.

“Jangan trauma menjalin hubungan. Gak semua lelaki itu kayak mantan kamu. Contohnya anak Tante ini!”

Beliau mencolek dagu Mas Arsya seperti memperlakukan bocah dua tahun.

Mas Arsya meringis malu sambil menjauhkan wajah. Aku menunduk, menahan senyum.

Aku baru sadar, di balik sikap dingin Mas Arsya sehari-hari, dia sebenarnya anak mama banget. Tante Ratna bahkan memperlakukannya penuh kasih, manja, dan penuh perhatian.

Entah kenapa, melihat dinamika mereka seperti itu, Ada rasa hangat yang menyelinap di dadaku.

Sederhana.

Tapi membuatku tersenyum tanpa sadar. Mas Arsya pun melirik ku sekilas dari kaca,aku pun buru-buru kembali bersikap biasa dan membuang muka sejenak.

1
Cicih Sophiana
Aini sekarang pasrah dan serah kan nasib dan jodoh kpd yg memberi kehidupan...
Cicih Sophiana
Arsya laki laki payah gak berani tegas dan melindungi Aini...
Mariyatun Mariya
bagus thor😥😥😥lanjut up😍😍😍🥰🥰🥰😘😘😘🤩🤩🤩
Cicih Sophiana
Aini masih takut disakiti mungkin... tdk percaya ada orang kaya mencintai dia jg mungkin dan bisa jg nanti di bilang janda gatel itu jg masuk akal...
Cicih Sophiana
cinta itu tdk bisa di paksakan dan jg tdk bisa di tolak... klo memang jodoh nya Aini dgn Arsya knp tidak? jodoh itu sdh di tentukan kok...
Marini Suhendar
plooong ya arsya udah jujur..tinggal gmna reaksi mma k risya🤪
Cicih Sophiana
tentu aja Aini tdk akan percaya mana ada seorang bos bisa suka dgn pegawai rendahan...
Marini Suhendar
klo arsya cerita masa lalunya..nanti justru d suruh tanggung jawab sama raisya🤪
Lee Mba Young
Aku juga kayak aini, janda anak satu Dr desa, tp Aku kerja keras gk gmpang baper lbih mntingin bangun kehidupan yg layak. akhir nya jd tkw bisa bangun rumah, lahan punya kendaraan. krn di dunia nyata gk Ada janda miskin tiba tiba di Lamar laki kaya. jd jika sekarang aku di Lamar laki mampu gk papa toh aku sdh memantaskan diri pling gk punya rumah sendiri sblm nikah lagi. itu baru janda keren sih.
Qhaqha: Semangat kak... 💪💪💪
total 1 replies
Cicih Sophiana
kedua nya udah ada perasaan suka
Cicih Sophiana
liat tetangga begitu emang pusing dan jg serba salah... mereka kadang so tau dgn kehidupan qta
Cicih Sophiana
yg sabar ya Aini... orang hanya lihat qta luar nya aja... tp qta jg mungkin seperti sama orang lain krn janda di cap jelek di mata orang... padahal orang tdk tau knp qta jd janda...
Cicih Sophiana
jalanin aja hidup ini dgn bahagia Aini... gimana nanti Allah yg menentukan yg terbaik untuk kamu... asal jgn terima si Rendra kembali di hidup kamu
Cicih Sophiana
Arsya seperti nya masih bisa di atur mama nya... tp itu hanya pemikiran orang sekilas... kan qta jg gak tau seperti apa hati nya Arsya
Cicih Sophiana
seperti nya tante Ratna mau menjodoh kan Arsya ke Aini...
Cicih Sophiana
ternyata asli nya Risa jahat...
Marini Suhendar
oh..kayanya mama arsya juga g suka klo sama aini karena statusnya janda..g tau kelakuan anaknya gmna..hemm
Wanita Aries
huhhh mmng lbih baik jgn sama arsya
Wanita Aries
wkwkwk lu ya aini bkin ank org patah hati sama sakit
Wanita Aries
wihhh bodohnya lastri demi dela jd hilang pekerjaan tp apa vera terlibat jg ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!