“Menikahlah denganku, Kang!”
“Apa untungnya untukku?”
“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Pisah Aja!
"Akang."
Naura sontak melepaskan tangannya dari motor Riki. Tatapan mata suaminya agak menakutkan, dia baru berbalik akan kabur tapi Sagara tiba-tiba menarik tangannya, pria itu agak membungkuk saat lagi-lagi menaruh Naura di pundak, payung dia lempar, bahkan pantofel istrinya dia lempar juga karena kotor.
"Akang aku bisa jalan sendiri, Akang!" pekik Naura. Tapi dia tidak di dengar. "Aku mau turunnnn, Akang!"
"Kang." Riki buru-buru menghampiri sampai motornya jatuh ke tanah. "Kang, maafkan saya. Saya yang salah, saya yang ngajak Neng Naura buat ketemu pasien di pedalaman, jangan marahi dia."
Deg!
Pria itu terdiam ketika Sagara berbalik menatapnya tajam.
"Kalau sudah tahu salah, sebaiknya diam. Jangan ikut campur urusan rumah tangga orang."
"Tapi, Kang. Sikap Akang ini enggak baik, Neng Naura bukan barang yang bisa diangkut gitu aja. Neng ...."
"Mau saya laporkan ke polisi?" tanya Sagara datar. Sontak Naura memukul punggung suaminya berkali-kali.
"Kita pulang, Kang. Pulang!" Naura mengalah agar tidak menimbulkan masalah yang lebih serius. Sagara ini orangnya tidak pernah bercanda, dia tidak mau Riki kena imbasnya.
"Lihat!" kata Sagara mengejek. "Berhenti mengganggu istri saya!"
Kaki Riki sudah bergerak, hendak mengejar Sagara, tapi Naura malah menatapnya sambil bergaya. Perempuan itu juga mengangkat tangannya untuk berpose, membuat Riki terkekeh meskipun masih sangat khawatir.
"Ada-ada aja ih." Dia menghela napas lalu memungut pantofel Naura. "Mudah-mudahan enggak dimarahin."
... ...
"Kamu tuh kenapa sih!" bentak Naura saat mereka sudah duduk di mobil, tapi Sagara tidak menjawab. Dia hanya terus melajukan mobilnya. Tapi, setelah beberapa saat, Naura tidak sadar jika mobilnya sudah berhenti di bahu jalan. "Malu tahu kayak gitu di depan mantri Riki, kamu pikir kamu siapa, seenaknya ngangkut orang kayak gitu, kammmm."
Mata Naura melotot, tangannya sudah terangkat untuk memukul suaminya tapi pria itu lebih lihai, dia tahu cara menangkas serangannya.
"Kamu istriku, Naura. Aku memiliki hak untuk melarangmu berduaan dengan laki-laki yang bukan mahrammu," katanya di depan wajah Naura.
"Hah." Perempuan itu balas menatap tanpa menjauh, malah menahan kerah kemeja suaminya di belakang pundak agar Sagara tidak menghindar. "Terus yang kamu lakuin sama Mbak kota itu ngapain, hah? Dia mahram kamu? Lahir dari rahim yang sama kalian? Atau ayah kalian sama? Mikir pake otak, Pak. Jangan punya standar ganda, cewek enggak boleh Deket sama cowok lain sedangkan kamu masih pacaran!"
"Dia bukan pacar saya, Naura."
"Dia pacar kamu! Dia yang bilang dan kamu enggak ngelak!" bentak Naura. Kini dia melepaskan suaminya, matanya merah menyala dan dia tidak bisa lagi menahan emosi. "Aku juga tahu kalau kamu sama Tiffany bersekongkol buat bunuh aku."
"Apa?" kaget Sagara. Pria itu mengerutkan kening dan matanya menatap dalam Naura.
"Enggak usah pura-pura kaget, Kang. Aku tahu apa yang kamu lakukan sama perempuan itu, Pak Tarman ... Dia bukan nolong aku, dia memang sengaja dorong aku, bahkan nahan kepalaku sampai aku hampir mati kan? Kamu tahu itu!"
Air matanya sudah tidak bisa dia bendung lagi. Naura tahu mungkin keputusannya untuk mengatakan ini akan membawa jalan cerita ke arah lain, bisa saja suaminya merencanakan hal lain saat rencana awalnya gagal.
"Kenapa diem?" todong Naura. "Kamu mengaku salah kan? Kamu masih mau nyalahin aku, kamu mau bilang kalau kamu enggak terlibat atau ...."
"Kamu salah paham!"
"Salah paham di mana?" bentak Naura lagi. "Bagian mana yang keliru, aku salah ngomong? Dia enggak ngelakuin itu, pacar kamu enggak punya rencana buat nyingkirin aku, hah? Jawab!" bentaknya lagi.
Tapi, Sagara masih diam, dia tidak mengatakan apa-apa, malah kedua bahunya luruh ke bawah.
Hal itu membuat Naura semakin marah, apa susahnya jelaskan dengan baik, dia hanya butuh alasan kenapa Sagara tega melakukan ini. Meskipun dia tidak menganggap Naura istrinya, setidaknya dia masih manusia.
"Kita batalin aja pernikahan kita, Kang. Enggak mau aku nikah sama monster kayak kamu."
bagi gara mah kcil tau...
skli kdip mata prmintaan mu ada di dpn mata...Nau..🤣🤣🤭