Rayana, seorang ibu tunggal yang keras kepala dan sederhana, menjalani hidup dengan penuh perjuangan untuk membesarkan putrinya, Naira. Masa lalunya penuh luka dan pengkhianatan, membuatnya membentengi diri dari dunia, apalagi dari cinta.
Takdir mempertemukannya kembali dengan Zidan Mahendra, seorang CEO muda, ambisius, dan dingin—laki-laki yang pernah melukai harga dirinya di masa lalu. Namun kini keadaan berbalik: Rayana menjadi bagian dari hidup Zidan karena sebuah kontrak tak terduga yang melibatkan anak mereka, Naira—yang diam-diam ternyata adalah putri kandung Zidan.
Pertemuan yang awalnya penuh kebencian dan kesalahpahaman perlahan berubah menjadi ketertarikan. Di tengah pertentangan status sosial, luka masa lalu, dan ambisi karier, keduanya dipaksa menghadapi perasaan yang selama ini mereka tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak UPe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 33
Saat Raya sibuk melarikan diri, David sudah hampir sampai ke kediaman Danil.
David sengaja meminta anak buahnya untuk membersihkan jalanan yang akan dia lewati agar dia bisa melewati jalanan itu tanpa hambatan dan tentu saja supaya dia bisa cepat sampai ke rumah Danil.
“Jadi disini dia tinggal sekarang?” Seru David sambil melihat rumah Danil yang tidak lebih besar dari ruang tamu mansion nya.
“Mmm...” Perintah David pada bodyguard nya agar mengetuk pintu rumah Danil.
Si bodyguard itu tentu saja paham maksud tuannya walaupun perintah yang diberikan oleh sang majikan hanya berbentuk isyarat semata.
“Hallo.. ada orang di dalam.” Panggil sang bodyguard sambil mengetuk pintu itu.
“Ada orang di dalam?” Ulang bodyguard itu kembali memanggil ke dalam rumah.
“Hallo ada O- “ ucapan bodyguard itu pun terhenti ketika melihat siapa yang keluar dari rumah kecil itu.
“Tuan Danil?” Ucapnya terharu dan langsung memeluk sahabat bos nya itu.
“Ternyata rumah ini rumah mu tuan!!” Ujar nya yang tak kuasa menahan haru.
“Sean?” Panggil Danil yang tidak percaya salah satu bodyguard David yang juga dekat pada nya datang ke rumah nya saat ini.
“Apa yang kau lakukan di sini. Kau tidak datang bersama Da-“ Danil langsung menelan kata-katanya sebab David langsung menampakkan wajahnya di hadapan Danil.
“Tentu saja dia datang bersama ku.” David melanjutkan kata-kata Danil.
“Apa kau tidak akan membiarkan sahabat mu ini untuk masuk?” Ucap David sambil menyelonong masuk ke rumah Danil.
“Kalian semua tunggu di luar. Kalau bukan suara bom yang kalian dengar dari dalam rumah ini maka kalian di larang keras untuk masuk ke dalam. Kau juga Sean.” Peringat David dengan suara beratnya.
Danil sampai tidak bisa berkata-kata melihat David yang bertindak seenaknya itu.
“Benar-benar tidak berubah sedikit pun.” Seru Danil, mengikuti David ke dalam rumah dan ya David sudah duduk tanpa Danil izinkan.
“Silahkan duduk.” Tawar David pada Danil, seolah-olah dia tuan rumah di rumah ini sedangkan Danil adalah tamu yang datang berkunjung.
Danil hanya bisa menarik nafas dalam dan menghembuskan nya pelan.
“Cepat katakan alasan mu datang ke rumah ku.” Ujar Danil dengan wajah tidak suka.
“Emm.. rumah mu ini sangat kecil, sungguh memalukan bagi seorang mafia yang masih aktif seperti diri mu.” Ejek David.
“Ck, apakah kau datang hanya untuk menghina ku?” Balas Danil.
“Emm.. bisa ya, bisa tidak.” Jawab David yang masih belum mau mengatakan tujuan kedatangannya yang sebenarnya.
“Aku sudah lama tidak menjadi mafia lagi. Aku sudah keluar dari dunia itu.” Sebut Danil yang mengira kedatangan David ada hubungannya dengan hal tersebut.
“Baguslah kalau begitu.” Jawab David singkat.
“Tapi kalau kau memang tidak ada sangkut paut dengan semua hal itu mengapa kau tidak mengangkat telpon ku tadi malam.” Tanya David dengan mata elang nya seakan sedang menunggu jawaban dari seorang terdakwa.
“Aku tidak biasa mengangkat telpon dari nomor yang tidak ku kenal.” Jawab Danil menjengkelkan, membuat seulas senyum tersungging di sudut bibir David.
“Nomor tidak di kenal.. Ehmm.. jadi nomor ku kini menjadi nomor yang tidak dikenal di ponsel mu.” Sebut David masih dalam mode tersenyum pada Danil.
“Boleh aku pinjam ponsel mu sebentar.” Tanya David ramah.
“Untuk apa?” tanya Danil curiga.
“Apakah aku perlu alasan untuk meminjam telpon sahabat ku sendiri.” Sarkas David.
Dengan berat hati, Danil memberikan telponnya pada David.
David mengambil ponsel itu sambil tersenyum pada Danil dan mengucapkan terima kasih lalu-
“PRRraaaaaaaaaak!!!!?” Terdengar suara ponsel yang hancur berantakan di belakang kepada Danil.
David kembali tersenyum setelah melemparkan ponsel Danil tepat ke dinding di belakang Danil.
Danil auto menelan saliva nya. Hal barusan mengingatkannya akan tempramen buruk David ketika masih menjadi ketua sindikat mereka.
“Aku sangat tidak suka ada yang melupakan ku.” Seru David dengan suara beratnya.
“Kalau dia manusia maka akan aku cuci otaknya agar dia kembali mengingat ku, kalau dia mesin apa boleh buat, terpaksa aku hancurkan agar otaknya diganti dengan otak yang baru.” Sebutnya dengan tatapan membunuh. Hal ini membuat Danil bergidik. Aura ini adalah aura sang bos mafia. Bagaimana bisa aura ini kembali ada di diri David padahal David sudah lama pensiun dari dunia hitam itu.
“Ooh iya, sampai mana kita bicara tadi?” Tanya David seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
“Haah, tujuan ku datang kemari.” Ucap nya kembali sambil tersenyum manis.
Dan Danil? Ya ,.. Danil masih dalam mode mengumpulkan keberaniannya yang kocar kacir.
🐣🐣🐣 continued
Jangan lupa
1.like
2.komen
3.vote