Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istana Tanpa Waktu & Menenun Keyakinan
Ghoki dan timnya mendarat di Istana Tanpa Waktu, dimensi yang benar-benar asing. Semuanya di sini terbuat dari Benang Takdir Waktu yang kristal. Tidak ada siang, tidak ada malam, dan tidak ada gerakan yang terasa.
Ghoki, tanpa Gada Semesta, hanya mengandalkan Aether-Kail dan Kanon Takdirnya. Ia merasakan setiap detak Waktu di seluruh Multiverse.
"Ini aneh," bisik Lysandra. "Aku merasa bisa melihat masa lalu dan masa depan secara bersamaan."
The Temporal Shadow
Tiba-tiba, sebuah Benang Waktu yang bergerak sangat cepat muncul. Itu adalah The Temporal Shadow—agen Void Lord.
The Temporal Shadow adalah bayangan yang ditenun dari Waktu yang Dipercepat, bergerak dengan kecepatan yang tidak dapat Ghoki deteksi.
"Dia adalah Master Waktu," kata Ghoki. "Kita tidak bisa menyentuhnya karena dia bergerak di luar Waktu normal kita."
The Temporal Shadow menyerang. Ia tidak menyerang Ghoki secara fisik; ia menyerang Benang Takdir Waktu Ghoki.
Lysandra mencoba menanggapi. Ia menciptakan sepuluh bayangan Ghoki di berbagai titik Waktu (5 detik ke masa depan, 5 detik ke masa lalu, dan 5 titik di masa kini).
"Dia tidak tahu Ghoki mana yang nyata!" seru Lysandra.
The Temporal Shadow berhenti sejenak, bingung. "Ilusi Waktu? Menarik!"
Ghoki memanfaatkan jeda itu. Ia harus mengunci Bayangan Temporal itu.
Ghoki mengayunkan Aether-Kail, menargetkan Esensi Waktu di sekeliling Bayangan Temporal itu.
Aku memancing... Esensi Waktu Mutlak di sekeliling The Temporal Shadow!
Ghoki menarik. Esensi Waktu Mutlak dari Istana itu mengalir ke sekitar Bayangan, memperlambatnya hingga mencapai Waktu Normal Ghoki.
Bayangan Temporal kini terlihat: sosok berzirah perak yang memegang pedang yang memancarkan Esensi Dislokasi Waktu.
Menguasai Pilar Waktu
Ghoki, kini bisa melihat musuhnya, berlari menuju Pilar Waktu Murni—sebuah tiang Benang Waktu raksasa di tengah Istana.
"Fitria, kunci dia di sana! Kaelen, Lindungi Fitria!"
Fitria menciptakan kubah Esensi Keseimbangan Kosmik yang sangat tebal di sekeliling Bayangan Temporal, mengunci gerakan dan Waktunya.
Ghoki mencapai Pilar Waktu. Ia harus menenun Esensi Kanon Takdir-nya ke dalam Pilar, yang merupakan tindakan Tenunan paling murni.
Ghoki meletakkan Aether-Kail di Pilar Waktu. Ia memfokuskan dirinya untuk melepaskan Esensi Kesadaran Kosmik ke dalam Pilar.
Ini bukan pertarungan fisik, melainkan pertarungan kehendak. Ghoki harus meyakinkan Pilar Waktu bahwa ia adalah Jangkar Keseimbangan yang layak.
Saat Ghoki menenun, Pilar Waktu merespons. Ia menunjukkan kepada Ghoki semua Kemungkinan Masa Depan—visi kehancuran, kejayaan, dan juga ketiadaan Ghoki sendiri.
Ghoki merasakan ujian yang berat: ia harus menerima semua kemungkinan takdir, bahkan yang paling buruk.
"Aku menerima Takdirku!" teriak Ghoki, Kanon Takdirnya bersinar.
Ghoki berhasil menenun. Pilar Waktu Murni berdenyut dengan Esensi Kanon Takdir Ghoki.
Sementara itu, Bayangan Temporal berhasil melepaskan diri dari kubah Fitria dan menyerang Ghoki. Ghoki, meskipun tanpa Gada, berdiri kokoh.
"Kau terlambat," kata Ghoki.
Bayangan Temporal menyadari bahwa Pilar telah dikuasai. Ia mengeluarkan teriakan Waktu yang memekakkan, lalu menghilang ke Benang Waktu di sekitarnya.
Ghoki telah menguasai Pilar pertama. Ia kembali ke timnya, merasa Waktu Multiverse kini ada di ujung jarinya. Ia tahu ia siap untuk Pilar berikutnya: Pilar Imajinasi Abadi di Aethelgard.
Ghoki, yang kini dapat merasakan dan memanipulasi aliran waktu dengan presisi, memimpin timnya kembali ke Dimensi Zenith. Ia mengambil kembali Gada Semesta dari Kaelen, yang kini ia genggam dengan otoritas baru.
Eon memuji mereka atas keberhasilan mereka dalam menguasai Pilar Waktu Murni.
"Pilar berikutnya adalah Pilar Imajinasi Abadi di Aethelgard," kata Eon. "Void Lords akan mengantisipasi gerakanmu. Mereka akan mengirim The Dream-Breaker—agen yang ahli dalam merusak keyakinan dan menenun ilusi yang menyiksa."
Ghoki mengangguk. "Saya tahu cara kerja Aethelgard. Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita yakini."
Ghoki menggunakan Esensi Pilar Waktu Murni yang baru ia kuasai untuk membuka Gerbang ke Aethelgard dengan stabil. Mereka melangkah ke dimensi di mana setiap pikiran memiliki bentuk.
Kembalinya ke Aethelgard
Aura, Penenun Mimpi, menyambut mereka dengan Esensi Imajinasi Stabil.
"Void Lords telah mengubah bentang alam," kata Aura cemas. "Puncak Imajinasi kini diselimuti kabut yang ditenun dari Keraguan Kolektif. Ini adalah pekerjaan The Dream-Breaker."
Kabut itu tebal dan abu-abu. Ghoki merasakan keraguan yang aneh merayap dalam dirinya: keraguan tentang apakah dia benar-benar pantas menjadi Jangkar Keseimbangan. Keraguan itu menyerang inti Esensinya.
"Kabut ini menyerang Esensi Kelayakan kita!" seru Ghoki. "Jangan biarkan ia memengaruhi pikiran kalian!"
Lysandra segera bertindak. Ia menggunakan Esensi Ilusi Kuantum untuk menciptakan bayangan diri mereka yang sepenuhnya percaya pada diri sendiri. Bayangan itu berjalan di depan, dan kabut itu mundur dari mereka.
"Aku menenun ilusi keyakinan, Ghoki. Kita harus mengikuti mereka!" kata Lysandra.
Mereka mendaki Puncak Imajinasi, dipandu oleh ilusi keyakinan Lysandra.
The Dream-Breaker
Mereka tiba di Pilar Imajinasi Abadi, sebuah kristal raksasa yang memancarkan semua warna kreativitas. Di depan Pilar, berdiri The Dream-Breaker, seorang entitas yang terbuat dari Benang Takdir yang rusak, wajahnya adalah cerminan dari semua kegagalan yang pernah mereka alami.
"Ghoki Limana," desis The Dream-Breaker. "Kau tidak akan menenun Pilar ini. Aku akan menghancurkan landasan kekuatanmu: keyakinan tim-mu."
The Dream-Breaker menyerang Fitria terlebih dahulu. Ia tidak menggunakan kekuatan fisik, tetapi menenun Esensi Penyangkalan Diri yang kuat.
Fitria terhuyung, Esensi Keseimbangannya runtuh. "Aku... aku tidak pernah bisa menstabilkan udara dengan sempurna. Aku tidak berguna!"
"Fitria, jangan percaya padanya!" teriak Ghoki.
The Dream-Breaker kemudian menyerang Kaelen, menenun Esensi Ketakutan Fana. Kaelen ambruk, wajahnya menunjukkan ketakutan akan kematian yang paling mendasar.
Ghoki tahu ia tidak bisa melawan Esensi kelemahan psikologis ini dengan Gada Semesta. Ghoki harus memulihkan keyakinan mereka dengan Tenunan Kebenaran.
Ghoki menancapkan Aether-Kail ke Pilar Imajinasi Abadi. Ia memfokuskan Mata Para Deva untuk memancarkan Kebenaran Realitas ke seluruh timnya.
Aku menenun... Esensi Validasi Diri ke dalam Fitria dan Kaelen!
Ghoki menarik. Esensi Validasi Diri dari Mata Para Deva mengalir ke Fitria dan Kaelen.
Fitria menarik napas dalam-dalam, Esensi Keseimbangan Kosmiknya kembali. "Aku menstabilkan realitas! Aku berguna!"
Kaelen bangkit, Esensi Kekuatan Stabilitas-nya bergemuruh. "Aku tidak takut pada kematian! Aku melindungi Takdir!"
The Dream-Breaker menjerit. "Kau membalikkan tenunanku! Mustahil!"
Menguasai Pilar Imajinasi
The Dream-Breaker menyerang Ghoki. Ia menciptakan Ilusi Bencana Kosmik di sekitar Ghoki—visi Ghoki telah gagal, dan Multiverse hancur menjadi Benang Takdir yang tak berarti.
Ghoki, dikelilingi oleh ilusi kegagalan, harus menyelesaikan penenunan Pilar. Ghoki harus menenun Esensi Kreativitas-nya ke dalam Pilar, yang berarti ia harus menerima potensi Imajinasi dan juga bencana yang dapat ditimbulkannya.
Ghoki mengabaikan ilusi kehancuran di sekelilingnya. Ia memfokuskan Esensi Harapan Tak Tergoyahkan yang ia dapatkan dari pertarungan sebelumnya, dan Esensi Kreativitas murni dari Aethelgard.
Ghoki melepaskan Aether-Kail dan menyentuh Pilar Imajinasi Abadi dengan tangannya. Ia harus menenun tanpa bantuan alat.
"Aku menenun... Esensi Imajinasi Bertanggung Jawab ke dalam Pilar!"
Saat Ghoki menenun, Pilar Imajinasi Abadi merespons. Pilar itu menunjukkan kepada Ghoki semua kemungkinan Imajinasi—realitas yang tak terbatas dan fantastis, dan juga bahaya jika Imajinasi tidak dikontrol.
Ghoki berhasil menenun. Pilar Imajinasi Abadi berdenyut dengan Esensi Kanon Takdir Ghoki.
The Dream-Breaker, melihat kegagalannya, melesat ke udara. Ia mencoba menenun Pintu Keluar menggunakan Esensi Keraguan terakhirnya.
"Void Lords akan menang, Ghoki! Kau hanya menunda Ketiadaan!" teriak The Dream-Breaker sebelum menghilang ke dalam Benang Takdir.
Ghoki telah menguasai Pilar kedua. Ia merasakan kekuatan Imajinasi mengalir ke dalam dirinya.
Ghoki menatap timnya. "Dua Pilar selesai. Sekarang, Pilar Keseimbangan Mutlak—Pilar Limina."
Fitria melangkah maju. "Pilar Limina adalah inti dari Esensi Deva Limina. Kita harus kembali ke Sanctum Aetherius. Itu akan menjadi ujian yang paling pribadi, Ghoki. Kita harus menghadapi asal-usul semua Esensimu."