Telah Terbit Cetak Bersama Platinum Publisher X NovelToon ~
"Aku menyerah karena suamiku memilih
menciptakan cap jari diatas surat gugatan perpisahan demi mengucap akad dengan wanita lain,"
Dikta Nadira, seorang Motivator Pernikahan yang menikah dengan sosok Dosen Sosiologi bernama Robby Dreantama.
Pernikahan mereka yang terjadi akibat sebuah kesepakatan berujung kecewa disaat mereka sadar bahwa Noda Merah telah tercipta diatas buku nikah mereka dan Dikta memilih diam.
Dikhianati, bahkan melihat suaminya bercinta dengan wanita lain dihadapannya benar-benar menghancurkan hidup Dikta. Sehingga sampai pada kata Talak itu keluar.
Dikta menganggap akan menemukan jalan baru dalam kehidupannya malah kehilangan pijakan hidupnya, namun satu yang menjadi masalah, disaat mereka resmi berpisah fakta mempertegas bahwa Dikta tengah mengandung anak dari Robby.
Robby yang enggan mengakuinya membuat Dikta kembali merasa terpukul dan bertekad membuka lembaran baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. Putusan Meja Hijau
Ketika keputusan itu keluar, semuanya sudah terjadi dan tidak bisa dipungkiri, semuanya berubah drastis dan tidak ada lagi yang tersisa.
Kadang sebuah penyesalan akan datang diakhir sebuah kisah dari hadirnya ikutan.
Tidak ada yang namanya kesempatan kedua yang ada hanya tujuan dari berubah dalam setiap keinginan.
•
"Jadi Mas Sean ini kakak kandungnya Dikta?" tanya Mama Reni berusaha memastikan.
Sean mengangguk dengan air mata menggenang, dia tidak menyangka bahwa kini dia bisa bertemu adiknya yang hilang dua puluh tahun yang lalu.
"Dikta sekarang dimana Bu?" tanya Sean yang sudah tidak sabar ingin mendekap tubuh adiknya itu.
Mama Reni berusaha mengingat sejenak sampai dia ingat bahwa hari ini adalah sidang perceraian Dikta dan Robby. "Dikta ada di pengadilan, mereka sedang sidang perceraian."
Mendengar jawaban dari Mama Reni membuat pria berumur tiga puluh tujuh tahun itu berdiri dan ingin menyusul Dikta.
"Ibu Reni bisa tolong saya, ikut dengan saya ke pengadilan untuk menjelaskan kepada Dikta bahwa saya adalah kakak kandungnya," ujar Sean memohon kepada Mama Reni.
Mama Reni mengangguk, ia kemudian izin masuk ke kamarnya untuk mengambil tas sebelum pergi, Sean tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah SWT penantian selama dua puluh tahun akhirnya bisa terpenuhi.
Sementara itu dilain tempat suara ketukan palu dari sang hakim membuat Robby menghela napas panjang.
Hasil sidang sudah dibacakan dan keputusan sudah di utarakan dengan takdir berasaskan meja hijau pengadilan, atas putusan hakim dan kedua belah pihak yang tidak menentang satu sama lain, maka diputuskan bahwa Robby dan Dikta sudah resmi berpisah secara negara pada sidang pertama mereka.
Hakim tersebut kemudian keluar dari ruangan itu, sedangkan Dikta yang di dampingi Aurel berdiri dan mendatangj Robby yang tampak frustrasi.
Putusan meja hijau ini membuat hati Robby hancur disaat dia tahu bahwa dia sudah kehilangan berlian dalam hidupnya.
"Bang Robby?" panggil Dikta pada mantan suaminya itu. "Terimakasih untuk lima tahun berharga dalam kehidupanku, kuanggap kegagalan ini adalah simulasi untukku untuk menjadi lebih kau dan Bang Robby bisa mengambil pelajaran dari hal ini."
Robby mengangguk. "Terimakasih kembali untuk semuanya, Dikta. Aku menyesal pernah melepas mu semoga kau mendapatkan pria yang lebih baik dariku."
Dikta mengangguk, Robby hendak menjabat tangannya namun Dikta hanya membalas dengan tangkupan tangan seolah-olah mereka bukan mahram tapi kenyataannya memang begitu, mereka berdua sudah sah berpisah dimata agama setelah kata talak itu keluar dan negara setelah putusan hakim terucap.
Mendapat perlakuan seperti itu membuat Robby sedikit sungkan dan tidak enak hati.
"Bang Robby tidak perlu khawatir tentang anak ini, aku akan menjaganya dengan baik dan tidak akan menutupi siapa identitas ayahnya," ujar Dikta yang membuat Robby mengangguk.
Dikta bersama Aurel kemudian berjalan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Robby yang masih frustasi disana.
Robby menatap punggung Dikta yang berjalan keluar, sedangkan tak lama kemudian dia memilih membenamkan wajahnya pada meja sembari menangis meratapi semua perbuatan bodohnya.
Kesempatan memang tidak akan datang dua kali dan Robby menyesal menyia-nyiakan banyaknya kesempatan yang pernah dia miliki.
Dikta dan Aurel berjalan dengan langkah pasti kali ini Dikta diiringi senyumannya mereka sudah berada di tempat parkir, disaat Aurel dan Dikta ingin masuk ke mobil, tiba-tiba suara dari Mama Reni membuat langkah Dikta terhenti.
Dan yang lebih mengejutkan lagi tiba-tiba aja Sean yang datang bersama dengan Mama Reni langsung memeluknya dengan perasaan sedih dan bahagia.
"M-maaf Pak, bukan mahramnya," ujar Dikta berusaha melepaskan pelukan Sean.
Sean melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Dikta dan menatap wajahnya dalam. "Ini kakak Dikta, ini kakak kamu kak Sean."
"Kakak?"
"Iya Nak, Mas Sean ini adalah kakak kandung kamu," jawab Mama Reni meyakinkan Dikta.
Sontak Dikta dan Aurel terkejut mendengar itu terutama Dikta yang menerima fakta secara mendadak.
Disaat mereka semua terdiam dalam pikiran masing-masing, Glenca datang dengan kaki pincang dan bantuan tongkat jalan.
"Dikta berarti kakak aku? Wah kak Sean bercanda sih, dia gak mungkin wanita ini adalah saudara kita yang hilang," cetus Glenca yang entah kapan berada disana.
"Tidak Ca, Dikta adalah saudara kita, adik aku dan kakakmu," jawab Sean memperlihatkan foto masa kecil Dikta dari Mama Reni dan foto yang Sean simpan.
Dikta yang melihat itu ikut terkejut, sedangkan Glenca yang tidak terima memilih pergi dari sana dengan perasaan kesal.
Sean hendak menyusuinya sebelum sebuah suara klakson mobil bernada panjang terdengar lantang ditempat itu.
BRAK
"Glenca!" teriak mereka semua.
Kini tubuh Glenca terbaring ditengah jalan sehabis dihantam sebuah mobil dengan darah bercucuran.
•
•
•
TBC
sehat dan semangat terus ya
hihihi, biasanya manggil kak atau mak..
tapi berhubung authornya lebih muda dan ternyata cowok pula, maka aku panggil dek othor saja yah, hehe..
ceritanya bagus, tapi menurutku alurnya terlalu to the point banget..
kurang panjang dan halus dikiiiit aja..
emang wajar sih, kalau cowok ngarang itu umumnya selalu to the point dan gak bertele-tele, karena mereka tercipta dominan akal (logika)..
nah kalo authornya cewek, gaya bahasanya bakalan sedikit panjang bahkan ada yg sangat bertele-tele, karena cewek dominan perasaan..
tapi, overall novel ini bagus banget..
mana diselipin ilmu2 agama yg sangat bagus dan tentunya menanbah menambah ilmu agama kita para reader Muslim..
bagi non Muslim pun, bisa jadi tambahan pengetahuan jg..
keren banget dah pokoknya..
semoga sehat selalu ya dek..
tetap semangat berkarya dan semoga sukses selalu dimanapun dan dalam kondisi apapun..
barokallahu fiik.. 🙏🏻