Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Devi Baper
Tak lama kemudian Alina menghampiri eyangnya dengan Tab ditangannya, "Oh iya eyang, Eneng mau pelihara kucing lucu boleh?, ini eyang gambarnya dia badannya gemoy jenis persia peaknose tapi shorthair, lucu ya?" ujar Alina sambil menunjuk gambar kucing di Tabnya.
"Wah iya lucu sekali ya Neng, nanti eyang belikan ya tapi nggak bisa buru-buru cantik.. kan eyang harus cari dulu.. "ujar pak Bagja sambil mengelus kepala cucunya.
"Iya eyang, nggak apa apa.. "ujar Alina dengan senyum manisnya.
"Lang, rumah yang mau dijual sebelah mana lokasinya?" tanya pak Bagja. Gilang pun bertanya pada Arin tentang blok baru yang pernah diceritakan ibu pemilik warung di depan.
"Oh iya ada Lang, di sebelah sana ada pembukaan blok cluster baru, hanya model rumahnya beda aja tapi lumayan bagus minimalis modern, beda pengembang" ujar Arin.
"Tunjukin aja Rin rutenya, nanti papi mau lihat lihat dulu" ujar pak Bagja. Arin lalu tampak menerangkan rute ke arah cluster yang baru.
"Pakai motorku aja Lang, itu kuncinya" ujar Arin. "Boleh Rin, pinjam dulu ya sebentar.. "ujar Gilang sambil pamit ke semua orang yang ada di ruang keluarga rumah Arin, lalu Gilang pun pergi bersama papinya menuju blok cluster yang baru.
Tampak Alina kecil dan Arin sedang berbincang hangat dengan bu Leni, "Bu sambil di makan kue kuenya, "ujar Arin ramah.
"Iya, ini enak enak lho kuenya beli dimana Rin?" ujar bu Leni. "Kalau yang ini beli di Primarasa, kalau yang ini yang lake tampah ukuran mini belinya di Zulfa catering bu.." ujar Arin.
"Oh gitu, lucu lucu yang ini kuenya, nanti kapan kapan ibu mau pesan" ujar bu Leni. "Arin sekarang ASN golongan berapa nak?" tanya bu Leni.
"IV A bu.. lagi program S3 juga saya sekarang ini iseng bu buat mengisi waktu saja," jawab Arin tersipu.
Bu Leni tampak sayang dan tertarik pada Arin karena penampilannya yang sederhana tapi sopan.
"Gilang kan baru saja menceraikan istrinya Rin, Devi.. istrinya egois sekali, segala hal dia yang atur, Gilang tipenya nggak bisa dikekang dan terakhir kemarin dia percobaan bunuh diri.." ujar bu Leni.
Arin pun kaget tapi hanya diam tidak berani berkomentar.
"Gilang diperlakukan Devi seperti pembantu, nggak dihargai sebagai suami.." ujar bu Leni yang wajahnya berubah menjadi murung.
"Iya bu, ibu yang sabar aja.. semoga suatu hari Gilang dapat penggantinya yang terbaik ya bu" ujar Arin.
"Aamiin Rin, ya memang Gilang sekarang sedang berusaha memprioritaskan Alina, dia merasa bersalah, dia ingin menebus dosanya pada kamu dan Alina putrinya Rin.." ujar bu Leni.
Arin pun merasa agak canggung dengan perkataan bu Leni.
"Arin, kapan kapan kamu main ya ke rumah, rumah ibu kan rumah Alina juga, bawa dan ajak Alina menginap di rumah, jangan sungkan.. "ujar bu Leni sambil menatap Alina yang ada di samping Arin.
"Iya eyang, Eneng pasti ke rumah eyang nanti diantar sama ambu kalau liburan sekolah ya eyang.. "ujar Alina, "Iya ibu.. insyaaAllah saya sama eneng silahturahmi ke sana" ujar Arin sambil tersenyum.
Pak Bagja dan Gilang tampak sedang asyik melihat rumah di komplek perumahan Arin, juga beberapa blok cluster yang baru dibuka, "Yang di hook Pi bagus juga jadi kelihatan besar, luas.." ujar Gilang. "Iya juga ya Lang, tapi ini pada kemana ya orang-orangnya mau tanya jadi susah.." ujar pak Bagja sambil terus mengamati.
Di lihatnya ada seorang laki-laki seperti sedang mengontrol pekerjaan proyek rumah itu,
"Permisi ya pak, kalau tipe yang ini sudah ada yang pesan?" tanya pak Bagja.
"Oh yang ini?, yang tanya banyak pak.. tapi kalau yang pesan belum ada.. "ujar pria tersebut.
"Boleh kami masuk ke dalam pak?" tanya pak Bagja, Gilang juga mengikuti.
"Oh mangga silahkan pak, "ujar pria tadi sambil membukakan gerbang pintu rumah tersebut.
"Rumah tipe yang ini luas tanahnya sekitar 140m² pak, kualitas material bahan premium, viewnya juga bagus, ada taman kecil juga.." ujar pria tersebut dengan ramah sambil menunjukkan beberapa ruangan.
Pak Bagja sangat tertarik dengan rumah itu, "Punten kang, harga cash keras di berapa ya? tanya tanya dulu nih.." tanya pak Bagja.
"Untuk harga murah kok pak di 822 juta cash, discount 20 juta, jadi total bayar.. 802 juta, dokumen suratnya lengkap," ujar pria itu menjelaskan rinci.
"Pi, luas juga tanahnya untuk ukuran minimalis rumah kecil.. Gilang interest!" ujar Gilang. "Iya Lang makanya papi tertarik.. buat Alina nanti kalau sudah besar, tapi kan sekarang kamu yang mau nempatin dulu, "ujar pak Bagja, Gilang pun mengangguk saja.
Setelah berdiskusi pak Bagja pun tampak memesan rumah tersebut dan menuju kantor pemasaran cluster baru yang tidak begitu jauh dari lokasi, pak Bagja kemudian membayar tanda jadi rumah tersebut..
"Sisa pembayaran nanti senin atau selasa ya bu, saya transfer, tolong surat surat dokumennya dilengkapi" ujar pak Bagja.
Setelah selesai.. Gilang dan papinya kembali ke rumah Arin dengan perasaan yang lega.
Sesampainya di rumah Arin, Alina langsung melompat.. dan memeluk Gilang, tangannya melingkar di leher Gilang yang sudah siap menggendongnya,
"Eneng malu iiih udah gede masih di gendong, turun nak capek nanti ayahnya.." ujar Arin. "Nggak apa apa Rin, biar aja..." ujar Gilang.
Pak Bagja tampak bercerita tentang rumah yang dilihatnya tadi pada istrinya, Arin dan pak Ahmad lewat beberapa foto dan video.
"Bagus Pi rumahnya.. ,"ujar bu Leni. "Ya lumayan, viewnya dari sana bagus juga Mi, tampak kota bandung dari atas.."ujar pak Bagja.
Hari pun semakin sore, keluarga Gilang berpamitan pada Arin beserta seluruh keluarganya.. "Ayah pamit dulu ya neng cantik, nanti kesini lagi" ujar Gilang kepada Alina putri semata wayangnya sambil mencium pipinya.
"Iya ayah, temenin eneng ke Timezone eneng mau main sama ayah.." ujar Alina sambil mencium punggung tangan ayahnya.
Arin terharu melihat pemandangan di depan matanya, 'betapa mereka berdua begitu dekat', dan akhirnya.. Gilang, pak Bagja dan bu Leni pergi dengan sebuah mobil van besar berwarna putih meninggalkan kediaman Arin.
--------------
Devi terlihat mengalami depresi berat, semua barang barang yang berada di dekatnya di lemparnya kemana saja.. 'bruuk brak bruk braaak' "Pokoknya Devi mau ke rumah Gilang!, Pah antar Devi kesana sekarang!!" ujar Devi seperti kesetanan.
Orang tuanya sebenarnya sudah sangat malu kepada pak Bagja dan bu Leni, tapi demi Devi mereka pun menuruti keinginannya.
Tiba di rumah pak Bagja terlihat sepi, bahkan mobil van besar putih milik pak Bagja tidak terlihat, hanya mobil SUV sport saja yang sering dipakai Gilang ada terparkir didalam..
Setelah menekan bel beberapa kali akhirnya ART keluarga pun keluar, "Pak Bagja atau Gilang ada bi?" tanya pak Taufik.
"Nggak ada pak, pergi ke bandung dari subuh" ujar ART pak Bagja.
"Ngapain ke bandung bi?" tanya Devi curiga.
"Bibi kurang tahu ya neng.. "ujar ART pak Bagja.
"Bibi jangan main rahasia rahasian begitu ya, ayo bilang aja bi.." ujar Devi dengan nada agak keras. "Bibi benar benar nggak tahu neng.." ujarnya.
Pak Taufik pun mencoba menahan Devi untuk tidak melanjutkan sikapnya yang memaksa ART pak Bagja itu.
Akhirnya bibi mempersilahkan Devi dan keluarganya untuk masuk menunggu di dalam rumah, Devi pun masuk dengan sikapnya yang terlihat angkuh itu.
Tidak lama kemudian, setelah hampir 2 jam menunggu..
Terdengar suara mobil berhenti di depan pagar, lalu bibi pun membukakan pagar..
"Ada neng Devi bu.. "ujar ART. "Iya bi... "ujar bu Leni tenang. Mereka semua pun masuk ke dalam rumah.
"Eeeh pak Taufik, sudah lama?" tanya pak Bagja. "Lumayan pak, hampir 2 jam.." jawab pak Taufik.
Gilang dan bu Leni pun duduk bersama.
"Pulang dari Bandung ya pak?" tanya pak Taufik. "Iya, biasalah ada urusan sedikit.. "jawab pak Bagja santai.
Tanpa aba-aba, Devi langsung mulai bicara dengan sikapnya yang arogan..
"Apa sih sebenarnya mau kamu ak Gilang? Apa kamu masih punya perasaan? Apa kamu sudah tidak cinta lagi? Benarkan kamu sudah ada perempuan lain? Pokoknya aku mau kita sama-sama lagi, seperti dulu lagi, aku nggak mau pisah... "ujar Devi seperti mulai mau menangis.
"Maaf Dev, saya kira semuanya kemarin sudah jelas, KITA BERPISAH.. buat apa kita terusin, buat apa aku hidup dengan orang yang tidak pernah menghargai pasangannya, cukup sampai disini!, " ujar Gilang tegas.
"Saya hanya lagi ingin sendiri dulu Dev, jangan pernah ganggu saya lagi!" ujar Gilang dengan suara yang mulai mereda dari emosinya.
Devi pun hanya terdiam mematung.
Terdengar bunyi telpon bu Leni, ia pun segera melihatnya.. ternyata Alina cucunya yang menelpon, lalu berdiri menerima panggilan berjalan ke arah taman belakang.. "Ayah ada eyang?" tanya Alina. "Ada sayang, sebentar ya.." ujar bu Leni lalu memanggil Gilang.
"Lang, ini nak ada telpon terima dulu... ada yang cari.. "ujar bu Leni yang melihat Gilang sedang berdebat dengan Devi.
"Iya Mam, bentar... "ujar Gilang sambil menerima ponsel maminya.
"Ayah, sudah sampai rumah?" tanya Alina, Gilang bahagia mendengar suara putrinya.
"Sudah sayang.. baru aja, eneng lagi apa?" tanya Gilang lembut.
"Eneng lagi mau les sempoa ayah.." ujar Alina.
"Wah hebat anak ayah, baik baik di sana ya.." ujar Gilang. "Iya ayah, bye.... see you, I love you" ujar Alina lucu sekali.
"Iya sayang, I love you too honey.." ujar Gilang mengakhiri obrolannya.
Tanpa diketahui siapa pun, Devi mendengarkan percakapan Gilang.
Di ruang keluarga tempat mereka semua berkumpul tadi tiba-tiba Devi bicara dengan sikapnya seperti biasa, arogan dan egois..
"Aku sudah dengar kok, sudah tahu.. Ak Gilang sudah punya perempuan lain belum resmi juga berpisah, dan bapak ibu Bagja sudah merestui hubungan Gilang sama pacar barunya itu, " ujar Devi dengan kasar.
Pak Bagja dan bu Leni pun terkejut mendengar pernyataan Devi yang konyol itu, mereka pun hanya menggelengkan kepala.. "Dev, jangan asal bicara, kami nggak mengerti maksud kamu tadi" ujar pak Bagja.
"Silahkan teruskan semua prasangka juga fitnah kamu Dev, silahkan.. sampai KAMU PUAS!" ujar Gilang dengan nada emosi, lalu pergi ke kamarnya di lantai 2 rumah itu.
"Dasar perempuan sinting..! ,nggak bisa lihat apa Ortu gue masih capek baru pulang, dasar nggak punya etika" gumam Gilang.
Gilang pun lalu pergi mandi, membasuhi kepalanya dengan shower.. supaya kepalanya lebih dingin.
*************