NovelToon NovelToon
Secretly Loving You

Secretly Loving You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 5
Nama Author: ErKa

"Dear hati ...

Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"

Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.

Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.

Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.

Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?


~Secretly Loving You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 13 - Pandanganku Berubah

Dua hari kemudian, nasabah tersebut menepati janjinya. Dia datang ke kantor dengan membawa sejumlah uang yang besarannya sesuai dengan nominal tagihan.

Selama dua hari, tidurku tidaklah nyenyak. Meskipun jaminan sudah di tangan, namun membutuhkan proses yang panjang untuk memasukkannya ke dalam daftar lelang. Selain itu, pos penampungan giro selisih. Hal itu memungkinkan untuk menjadi temuan audit.

Aku sudah menyampaikan kegelisahanku, namun Pak Armand selalu menyuruhku untuk tetap tenang dan bekerja seperti biasa. Rasa gelisahku hilang begitu nasabah itu datang dengan membawa sejumlah uang. Seakan-akan beban berat di pundakku terangkat. Aku merasakan kelegaan yang luar biasa.

Setelah ditaksasi, nilai jaminan melebihi jumlah tagihan sehingga akan sangat merugi bila harus melepas jaminan. Mungkin hal itu yang menjadi bahan pertimbangan nasabah tersebut untuk membayarnya.

Rasa terima kasih dan perasaan berhutang budi ini begitu besar, menggelayuti hati. Aku tak tahu bagaimana cara membalas hutang budi ini? Berkali-kali beliau telah menolongku. Entah dengan apa aku harus membalas kebaikannya?

***

Kejadian itu memberi pengaruh besar terhadap cara kerja maupun pandangku terhadap Pak Armand. Aku menjadi pribadi yang lebih teliti dan bersikap hati-hati. Mengerjakan semuanya dengan penuh konsentrasi. Namun ada kalanya rasa konsentrasi itu terpecah begitu melihat sosoknya di depan mata.

Aku tidak bisa mendeskripsikan perasaanku. Rasa sungkanku pada beliau masih ada, namun rasa takut itu telah hilang. Pak Armand tak lagi menjadi sosok menakutkan, namun malah menjadi sosok yang keberadaannya sangat kurindukan.

Sosoknya acapkali membuat pikiran ini teralihkan. Aku tahu pemikiran ini sangat gila dan tak boleh dilanjutkan. Namun aku tak bisa mengontrolnya.

Selepas kejadian itu, pandanganku terhadap Pak Armand berubah 180 derajat. Di mataku, dia menjadi pria sempurna yang tak tertandingi. Tak punya kelemahan. Bahkan aku menyukai sikap kaku dan wajah datarnya yang dulu sangat kubenci.

Aku tak tahu kapan rasa ini bermula. Apakah sejak dia mengantarku pulang? Mencarikan kontrakan? Membelaku di depan tim lending? Membantuku dalam menyelesaikan masalah giro yang sangat fatal? Atau yang lainnya? Kebaikan Pak Armand begitu banyak, sehingga aku tak mampu menjabarkannya satu per satu, yang jelas aku mulai merasakan keberadaannya.

Mataku tak pernah lepas dari sosoknya. Memperhatikan gerak-geriknya dengan seksama. Rasa bahagia datang, begitu bisa melihat sosoknya dan sebaliknya, ada rasa kehilangan bila beberapa jam saja tak bersua.

Aku tahu perasaan ini salah. Aku tak boleh memelihara perasaan ini. Peraturan perusahaan sangat jelas. Tidak boleh ada hubungan sesama, namun aku tak bisa menahan debaran di dada. Aku tak tahu, apakah rasa ini hanya sekedar rasa suka seorang fans terhadap idola, atau ada perasaan lebih lainnya. Yang jelas, sosok Pak Armand memenuhi pikiran dan hatiku.

***

Aku pikir akan ada kehebohan atau kasak-kusuk di belakang menyangkut kesalahan fatal yang telah kulakukan. Nyatanya, masalah itu menghilang begitu saja. Seolah-olah tak pernah ada. Hanya aku, Pak Armand dan nasabah yang mengetahuinya. Andaikan Pak Marga mendengar, pasti masalah itu akan menjadi lebih rumit. Mungkin aku akan berakhir dengan dipecat atau diberi surat peringatan.

Sikap bungkam Pak Armand melindungi posisiku. Membuatku semakin memujanya, hingga menimbulkan rasa untuk menyenangkan hatinya.

***

Malam ini kami kembali lembur. Seperti biasa, hanya tinggal kami berdua di lantai dua. Kami berada di ruang filing berkas. Menyiapkan berkas nasabah yang akan melakukan termination (pelunasan) keesokan hari.

Ada tujuh nasabah yang akan melakukan termination, sehingga kami mencari satu per satu berkas-berkas tersebut.

Ruang itu berukuran 8 meter x 7 meter. Terdapat rak-rak yang tingginya lebih dari dua meter yang berjejer rapi. Ribuan berkas bertumpuk di sana. Sementara di sisi lain, terdapat brankas tahan api yang berfungsi untuk menyimpan jaminan nasabah.

Aku mengambil daftar berkas dan mencarinya sesuai dengan urutan pengaturan. Ternyata berkas yang kucari berada di sisi rak paling atas. Tanganku tak mampu menjangkaunya, sehingga aku mencari kursi untuk menggapainya.

Ternyata, menggunakan kursi pun berkas itu tetap tak terjangkau, sehingga aku memutuskan untuk berjinjit, berharap dengan melakukan hal itu, berkas itu akan segera berada di tangan.

Harapan tak selalu menjadi kenyataan. Berkas itu tetap tak bisa kudapat. Malah pijakanku mulai goyah. Kursi tempatku berpijak mulai bergeser sehingga tubuhku mulai limbung.

Aku tak lagi bisa mengelak, ketika lantai keramik itu terlihat semakin mendekat. Kututup mata rapat-rapat, bersiap untuk menghadapi hantaman keras. Tentu saja, mulutku tak tinggal diam. Pekikan spontanitas keluar begitu saja.

"Akhhh!!" Jeritku tertahan. Pasti sakit bila tubuhku menghantam keramik yang keras itu. Apa aku akan mengalami memar? Atau bahkan patah tulang?

Memikirkan hal itu membuatku semakin memejamkan mata. Sangat pasrah dengan apa yang akan terjadi ke depannya.

Dan, aku memang terjatuh. Anehnya, kenapa tidak sakit? Bukankah menghantam lantai dengan posisi wajah terlebih dulu akan terasa menyakitkan? Namun, mengapa ini tidak? Apakah lantai seempuk dan sehangat ini?

"Kamu tidak apa-apa?" Terdengar suara bariton yang sangat kukenali dari atas kepalaku. Bahkan aku bisa merasakan hembusan napas juga. Seketika aku langsung membuka mata.

Awalnya aku tidak menyadari posisiku. Tubuhku dalam posisi tengkurap. Hal pertama yang kulihat adalah sebuah kain berwarna abu-abu yang disertai dengan kancing .... Kancing? Kenapa ada kancing?Otakku masih berusaha menelaah.

"Kalau tidak apa-apa, cepat turun."

"Hah?" Suara itu lagi-lagi mengejutkanku. Mataku langsung mencari asal suara. Kesalahan besar!! Mata ini langsung bertatapan dengan mata dingin dan datar milik pria yang keberadaannya selalu berada di pikiranku selama beberapa hari ini.

Pria itu tengah berbaring. Se-se-sementara a-aku .... Aku berada di atas tubuhnya!! Tubuhku tengah mendudukinya!! Menindihnya!! Astaga!!

Aku terlalu tertegun dan tak sanggup berkata apa-apa, sehingga yang bisa kulakukan hanya menatapnya dengan mata terbelalak dan pandangan tak percaya. Mungkin saja mulutku juga ternganga.

"Cepat turun," ucapnya lagi dengan nada malas. Kata-kata itu bagaikan guyuran air segar yang segera menyadarkan otakku yang sedang nge-lag.

"Akhhpp!!" Terlalu terkejut membuatku beranjak dengan tiba-tiba. Aku tidak menyadari, gerakan tiba-tiba itu membuat tubuhku menyenggol rak sehingga guncangannya bisa menyebabkan beberapa berkas mulai berhamburan.

"Awas!!" Pak Armand dengan cepat beringsut. Tangannya langsung menarik tubuhku sehingga tubuh ini kembali berada dalam pelukan. Beberapa detik kemudian, terdengar bunyi berkas yang saling berjatuhan.

Bunyi-bunyian itu seketika menghilang. Dunia terasa sangat sunyi. Waktu seolah telah terhenti. Ketika mata kami saling bertatapan.

Aku tak bisa mendengar apapun, selain debaran jantung yang berdebar sangat cepat dan kencang. Tubuh kami saling berpelukan. Tangan hangatnya melingkar di pinggang, sementara tanganku sendiri berada di dadanya.

Debaran jantung dan hembusan napasnya bisa kurasakan. Hal itu menunjukkan betapa dekatnya posisi tubuh kami. Tak ada lagi jarak tersisa.

Mata itu menatapku dengan sangat tajam, membuatku terpaku dan terbuai. Aku tak bisa mengalihkan pandangan. Sedikit demi sedikit, wajah itu mulai mendekat, sementara tangannya mulai terulur.

Aku menelan ludah dengan susah payah. Ketika menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin inilah saatnya. Mungkin inilah momentumnya!!

Mengikuti naluri, aku pun memejamkan mata. Bersiap untuk menerima labuhan hangat yang tanpa sadar telah kutunggu-tunggu kedatangannya.

Aku menunggu ciumannya ....

***

Happy Reading 🥰

NB : Maaf, hampir 3 minggu gak update. Sibuk ama RL genk. Kebetulan kantor kedatangan audit, jadi pikiran terpecah & stuck 🙏🙏 Lagi berusaha nulis lagi, mohon maaf kalo hambar 🙏🙏

1
Endang Sulistia
bagus banget Thor...
Endang Sulistia
huuff...akhirnya sadar juga si nadya
Endang Sulistia
ada ya cewek kayak Nadya.,pengen aja nampol pala nya biar normal
Endang Sulistia
BESTie Abang si nay rupanya
Endang Sulistia
gak mungkin ...mencurigakan
Endang Sulistia
gini kan enak...rame jadinya
Endang Sulistia
kenapa nih si Nadya?
Endang Sulistia
jaga martabat ortumu nay..
Endang Sulistia
duuaarr...jedder..
Endang Sulistia
ngilu aku..
Endang Sulistia
Arsa,arka arman
Endang Sulistia
padahal bahu yg sebelah blom kena iler tuh 🤭🤭
Endang Sulistia
gak papa Thor..dijelasin aku pun bingung, yg penting ngertilah...🤭🤭🤭
Endang Sulistia
cie..cie...masnya tau aja
Endang Sulistia
arab maklum 🤪🤪🤪
Endang Sulistia
biar besok besok si Arsa dah gak banyak kerjaannya trus bisa deh di ajak jalan2 Ama si bos. 😘😘😘
Endang Sulistia
kejam banget si mas Arman...Arsa kan pengen kencan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
heran sama yg marah2 sama anak baru, namanya dia masih baru ya pasti masih grogi lagi pula yg lama aja masih aja ada yg khilap..
Endang Sulistia
si Arsa ...gayanya mau bebas, eh baru sehari dah ketakutan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
aturan dari si bos kaku itu..bukan dari perusahaan 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!