zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh satu
Zahra terlihat bingung, pria itu menatapnya antusias. Ia sampai menelan salivanya gugup, tatapan antusias ethan membuatnya canggung.
"sekarang tuan?" tanyanya dengan suara mencicit, zahra sampai berdehem memecah suaranya yang tercekat.
Ethan mengangguk, senyumnya semakin membuat zahra berdebar.
"tuan belum makan malam..."
"ahh iya.." jawab pria itu tersadar menepuk jidatnya lucu, ia bangun dengan segera, melirik arloji di tangan kanannya.
"kalau aku terlambat ke meja makan. Buk nur bisa mengamuk.." ujarnya tersenyum, ia melangkah hendak keluar, namun menoleh dan mengajak zahra.
"ayo..temani aku makan"
Zahra tersenyum mengangguk, perlahan berdiri dan mengikuti ethan yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Benar saja, buk nur berdiri di samping kursi biasa ethan duduk. Semua hidangan makan malam telah tertata rapi, wanita tua itu menatap majikannya dengan tatapan seorang ibu yang marah,
"terlambat 5 detik saja, saya akan antar makan malam tuan ke ruangan kerja"
"heheheh..maaf buk nur" ethan menarik kursinya seraya tertawa cengengesan menunjukkan sisi kekanakannya.
Zahra terpana menatap pria itu, entah mengapa ethan selalu terlihat lembut dan hormat pada kepala pelayannya.
"zahra, temani aku makan yah.." ujar ethan cepat, ketika melihat zahra hendak beranjak ke dapur.
"saya makan di dapur saja tuan"
Ethan menggeleng,
"buk nur selalu menolak menemaniku makan, selama ini aku makan di sini sendirian, seperti orang buangan"
Wajah pura-pura sedih ethan, membuat buk nur mengalihkan wajahnya, wanita tua itu menahan senyumnya.
"udah raa, temani saja. Anggap saja itu pekerjaan kamu, menemani setiap tuan makan di rumah"
Zahra terlihat ragu, namun anggukan kepala buk nur menepiskan keraguannya itu, apalagi tadi ethan juga mengatakan tugasnya adalah asisten pribadi pria itu. Mau tak mau zahra akhirnya mengangguk, tangannya hendak menarik kursi sedikit jauh dari ethan, tapi gelengan kepala pria itu membuatnya mengurungkan niat.
"kalau kamu duduknya di situ sama saja aku makan sendirian..kemari" lambainya memanggil zahra mendekat.
Zahra menoleh kembali ke arah buk nur, seakan meminta persetujuan wanita tua itu.
"pergilah.." senyum buk nur mengangguk menenangkan.
########
Selesai salat subuh, zahra menemani buk nur di dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk ethan.
Tangan cekatan zahra tak mau diam, ia membantu apapun yang bisa dikerjakan, walau buk nur berulangkali melarangnya.
"kamu puasa hari ini raa?"
"iya buk.." angguk zahra, tersenyum manis.
"puasa senin kamis buk"
Buk nur mengangguk paham, tangannya dengan telaten menguleni tepung hendak membuat roti,
"kenapa untuk sarapan tuan ethan, ibu selalu turun tangan langsung membuatkan roti?" tanya zahra penasaran, sudah hampir 10 hari ia di rumah ini. Zahra memperhatikan khusus sarapan tuan ethan, buk nur langsung yang membuatkannya,
"tuan ethan bilang, dulu sarapan paginya selalu dibuatkan oleh ibunya, jadi ibu merasa seakan beliau meminta ibu melakukan hal yang sama.."
Buk nur menatap sesaat mata zahra yang masih mengamatinya,
"apakah kamu tidak melihat raa, terkadang sorot mata tuan ethan terlihat kosong dan sedih?"
Zahra menggeleng pelan,
"malah menurutku beliau pria yang dingin buk nur, walau terkadang ada saat-saat beliau terlihat berbeda."
"kamu benar.." angguk buk nur,
"tuan ethan itu sebenarnya asli orang korea raa, kalau ibu nggak salah nama asli beliau cha ji hoon.."
Zahra tidak terlihat terkejut, foto keluarga di ruang keluarga sudah cukup membuktikan cerita buk nur.
"kamu tahu raa, ada cerita di balik kenapa tuan sangat suka menyelamatkan orang-orang dari tindakan perdagangan manusia, terutama orang asia tenggara.."
Zahra beringsut mendekati buk nur, sungguh ia sangat penasaran tentang itu. Kemarin zahra sudah menanyakan hal itu pada ethan, namun pria itu seperti enggan menjawabnya.
Zahra menatap buk nur antusias, menanti penjelasan wanita tua baik hati itu.
Buk nur menoleh, tertawa menatap raut wajah zahra yang menatapnya penasaran.
"ibu juga nggak yakin cerita sebenarnya bagaimana, tapi dari para bodyguardnya yang suka berasumsi sendiri, menurut mereka tuan pernah merasa terhutang budi oleh orang asia tenggara.."
"berarti cerita sebenarnya nggak ada yang tahu yah buk?" tanya zahra cepat, begitu buk nur menjeda penjelasannya sesaat.
Kepala buk nur menggeleng pelan, wajah tuanya terlihat sedih.
"siapapun tak ada yang tahu, apa yang melatarbelakangi tuan melakukan semua itu, beliau sedikit tertutup.."
Zahra menganggukkan kepalanya paham, walau kebenaran info itu tidak dapat di pertanggung jawabkan, namun ada titik terang di balik hobby aneh namun baiknya itu.
"tapi ibu percaya raa, kalau beliau memiliki cerita dengan orang asia tenggara, terutama dengan orang indonesia, dulu ibu hanya mencoba menduga-duga sikapnya itu yang sangat berbeda pada ibu dibandingkan dengan yang lainnya, tapi sekarang ibu semakin yakin dengan kehadiranmu.."
"kehadiranku?" mata zahra memicing,
"apa maksud ibu?"
buk nur menatap lekat zahra,
"tapi denganmu ibu melihat tuan sedikit berbeda.." sesaat wanita baik itu terdiam, buk nur menghembuskan nafasnya berat.
"menurut ibu, tuan itu menyukaimu"
"kalau menurutku itu karena ibu, tuan memperlakukanku beda dari yang lainnya karena ibu,"
Buk nur menggeleng cepat, wanita itu terlihat tidak setuju.
"tidak raa, maksud ibu tuan menyukaimu sebagai seorang wanita.."
Zahra terhenyak, matanya membelalak tak percaya. Mulutnya terperangah, namun zahra dengan cepat menggelengkan kepalanya.
"nggak mungkin deh buk" sanggah zahra tak percaya.
"raa.." panggil buk nur lembut, sesaat tangannya berhenti mengadoni adonan roti.
"ibu sudah 8 tahun bekerja di rumah ini, selama itu tuan belum pernah membawa wanita ke rumah ini, dan lagi tatapan beliau yang biasanya dingin, sejak kehadiranmu beliau sedikit berbeda, apalagi jika tuan sedang menatapmu, matanya selalu berbinar.."
"buk.." sela zahra cepat, wajah cantiknya masih kelihatan tak percaya.
"nggak mungkin banget tuan menganggapku sebagai seorang wanita, apalagi saat ini statusku hanya tawanannya, pela—"
"raa.." sambar buk nur menatap zahra, wajah wanita baik hati itu terlihat serius.
"apakah kamu tidak menyadari perlakuan tuan padamu di awal-awal kedatanganmu?, ibu memang belum tahu seberapa besar perasaan tuan padamu, tapi ibu yakin tuan memiliki perasaan padamu"
Zahra terperangah, ia masih mengingat dengan jelas, bagaimana pria itu hampir merenggut maruahnya sebagai seorang muslimah, namun penjelasan buk nur masih membuatnya tak percaya.
"kalau dugaan ibu ini benar, ibu senang loh raa. Tuan itu orang baik.."
Zahra menggeleng, raut wajah tak percayanya terlihat sangat jelas.
"dengan kamu yang paham agama, ibu sangat berharap ada jodoh diantara kalian"
Zahra terperanjat tak percaya, buk nur memiliki harapan seperti itu, walau ia tahu tuan ethan memang pria yang baik, namun sangat tak mungkin menurutnya, pria itu menyukainya sebagai seorang wanita.
Namun tak urung rasa jengah dan takut menghampirinya, saat ini zahra takut kejadian yang lebih buruk dari yang sudah dialaminya akan terjadi lagi, jujur zahra takut bermasalah lagi dengan makhluk yang namanya pria, zahra berharap, semoga saja dugaan buk nur salah.
Zahra tak mau terlibat masalah hati dengan pria itu, ia tak mau ada perempuan yang sakit hati padanya lagi.
Bersambung..
