NovelToon NovelToon
Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:35.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari leon—kesehatan, kepercayaan diri, bahkan wanita yang dicintainya. Dulu ia adalah CEO muda paling bersinar di kotanya. Kini, ia hanya pria lumpuh yang terkurung dalam kamar, membiarkan amarah dan kesepian melumpuhkan jiwanya.

Satu demi satu perawat angkat kaki, tak sanggup menghadapi sikap Leon yang dingin, sinis, dan mudah meledak. Hingga muncullah seorang gadis muda, seorang suster baru yang lemah lembut namun penuh keteguhan hati.

Ia datang bukan hanya membawa perawatan medis, tapi juga ketulusan dan harapan.
Mampukah ia menembus dinding hati Leon yang membeku?
Atau justru akan pergi seperti yang lain, meninggalkan pria itu semakin tenggelam dalam luka dan kehilangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35 Perpisahan yang Tak Diinginkan

Sudah beberapa hari Nayla berada di rumah sakit, setia mendampingi sang ayah yang masih belum sadarkan diri. Setiap hari, ia menghabiskan waktu di ruang ICU, menggenggam tangan ayahnya, berharap keajaiban datang.

Pagi itu, seperti biasa, Nayla duduk di kursi di samping tempat tidur sang ayah. Suara mesin-mesin medis menjadi latar, seolah detak waktu berhenti bersamaan dengan kesadaran ayahnya yang tak kunjung kembali.

Dengan suara lirih, Nayla mulai berbicara, meskipun ia tahu ayahnya tak bisa menjawab.

“Ayah... Ini Nayla. Ayah pasti bisa dengar, kan? Ayah harus sembuh... Nayla belum siap kehilangan Ayah. Masih banyak yang ingin Nayla lakukan bersama Ayah. Masih banyak yang belum Nayla ucapkan. Jadi... tolong jangan pergi...”

Air matanya jatuh, menetes di punggung tangan ayahnya yang masih dingin. “Ayah... kalau Ayah lelah, istirahat lah. Tapi jangan lama-lama. tolong, buka mata Ayah.”

Siangnya, Leon datang kembali diantar oleh Rafa, setelah menyelesaikan urusan mendadak di kantor. Begitu keluar dari ruang ICU, Nayla mendapati Leon sudah berada di depan pintu.

“Tuan...” panggil Nayla pelan, matanya sembab, wajahnya pucat karena kelelahan.

Leon segera menggerakkan kursi rodanya mendekat.

“Bagaimana keadaan Ayahmu?” tanyanya lembut.

Nayla hanya menggeleng pelan. Tak sanggup berkata-kata, hanya air mata yang kembali mengalir di pipinya.

Tanpa berkata apa pun, Leon menarik tangan Nayla dan menggenggamnya erat. Hangat tangannya seakan menyalurkan kekuatan yang Nayla butuhkan. Nayla hanya menunduk dan membiarkan dirinya bersandar, lelah secara fisik maupun batin.

Menjelang malam, tubuh Nayla akhirnya menyerah. Ia tertidur di kursi panjang di depan ruang ICU. Jam baru menunjukkan pukul tujuh malam ketika mimpi itu datang.

Dalam tidurnya, Nayla mendapati dirinya berada di tempat yang asing, tapi menenangkan. Hamparan rumput hijau, langit biru cerah, dan suara angin yang tenang mengelilinginya.

Tiba-tiba, dari kejauhan, sosok ayahnya muncul. Gagah, sehat, dan tersenyum seperti dulu.

“Nayla...” panggil suara itu, lembut dan penuh kasih.

Nayla berbalik, tertegun. “Ayah?” ucapnya lirih, lalu segera berlari ke arahnya. “Ayah! Ayah sudah sembuh?”

Namun, semakin ia berlari, semakin jauh sosok itu. Langkah Nayla terasa berat. Ia mulai panik.

“Ayah! Tunggu Nayla! Jangan pergi...”

Ayahnya berhenti dan menatapnya dengan senyum penuh damai. “Nayla, anakku... Maafkan Ayah. Waktu Ayah di dunia ini sudah habis. Tapi Ayah tenang karena kamu sudah jadi anak yang kuat dan baik. Jangan bersedih terlalu lama, ya? Lanjutkan hidupmu. Bahagiakan dirimu sendiri. Jangan lupakan kebahagiaanmu, Nak...”

“Tidak, Ayah... Jangan pergi... Nayla belum siap! Tolong jangan tinggalin Nayla!” isaknya.

“Ayah akan selalu di sini.” Ia menunjuk ke dada Nayla. “Di hatimu. Jagalah dirimu baik-baik. Jangan menangis lagi, ya?”

Tiba-tiba, dunia itu memudar. Suara tangis Nayla menggema di ruang sepi hingga...

“Nayla... Nayla... Bangun!”

Leon mengguncang pelan bahu Nayla yang kini menangis dalam tidur.

Nayla membuka mata perlahan, matanya basah, tubuhnya gemetar. “Ayah...” gumamnya dengan suara hampir tak terdengar.

Leon langsung memeluknya erat. “Tenang... Aku di sini. Itu hanya mimpi, Nayla.”

Beberapa saat kemudian, bibi Nayla datang bersama makanan. Melihat keponakannya menangis, ia segera duduk di sampingnya.

“Ada apa, Nak?” tanyanya cemas.

“Tadi Nayla mimpi Ayah, Bi... Ayah bilang mau pergi... Mimpi itu terasa nyata sekali...” isaknya.

Bibinya menggenggam tangan Nayla, berusaha menenangkan. “Itu hanya mimpi, Sayang. Kita masih berharap dan berdoa, ya?”

“Ayo, makan dulu, Nak. Kamu harus kuat...” kata bibinya sambil memberikan makanan yang ia bawa.

Nayla mengangguk, mencoba berdiri. “Saya ke toilet dulu, Bi.”

Namun saat ia berjalan menuju ruang ICU, ia melihat dokter dan beberapa perawat berlari tergesa ke arah ruangan ayahnya.

“Bi... Ayah...” katanya panik.

Bibinya mencoba tetap tenang walau hatinya sendiri sudah dipenuhi kecemasan. “Tenang, Nak... Mari kita lihat dulu...”

Di tengah kekalutan, Gaby datang bersama Rafa. Gaby tidak bertanya apa pun, hanya langsung memeluk Nayla erat.

Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang ICU. Ekspresinya datar, dan penuh duka.

“Dok... Bagaimana Ayah saya?” tanya Nayla dengan suara gemetar.

Dokter menatap Nayla lama, lalu berkata pelan,

“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin... Tapi maaf, kami tidak bisa menyelamatkan beliau.”

Dunia Nayla seperti berhenti berputar. Napasnya tercekat. Ia terduduk di lantai, tak sanggup menahan tubuhnya sendiri. Matanya menatap kosong.

“Tidak... Ayah tidak mungkin pergi... Tidak...” ucapnya lirih.

Air mata mengalir tanpa bisa ditahan. Isaknya pecah di pelukan Gaby. Mimpi tadi menjadi kenyataan. Ayahnya benar-benar telah pergi, meninggalkan dunia... meninggalkannya.

---

Hujan baru saja reda saat proses pemakaman selesai. Langit masih mendung, seolah turut merasakan duka yang menggelayuti hati Nayla. Di atas pusara ayahnya, Nayla berdiri mematung, tanpa suara, tanpa tangis, namun sorot matanya menyimpan luka yang dalam, seolah jiwanya ikut terkubur bersama tubuh ayahnya di dalam tanah basah itu.

Para pelayat sudah pergi satu per satu. Tinggal bibi dan pamannya, Nyonya Gaby, serta Leon yang duduk di kursi roda di belakang Nayla, menatap dengan tatapan khawatir dan penuh empati.

Bibi Nayla berjalan mendekat dengan langkah hati-hati. Tangannya menyentuh pelan pundak keponakannya.

“Nayla... ayo nak, kita pulang,” ucapnya lembut tapi tegas. “Kamu nggak boleh terus seperti ini. Ayahmu nggak akan tenang kalau kamu larut dalam kesedihan seperti ini.”

Nayla tetap diam. Tatapannya kosong, mengarah ke gundukan tanah merah di hadapannya.

“Benar, Nay,” timpal Nyonya Gaby dengan suara penuh kasih. “Ayahmu orang yang kuat. Pasti beliau ingin kamu tetap berdiri tegar, melanjutkan hidup, bukan terpuruk. Kamu nggak sendiri, sayang… kamu punya kami.”

Leon masih diam, tak bersuara. Tapi dalam hatinya, dia tahu rasa kehilangan itu begitu menyakitkan. Andai saja ia bisa berdiri dan berjalan, sudah lama ia rangkul Nayla dan memeluknya erat.

Nayla perlahan teringat akan pesan ayahnya dalam mimpi malam itu. Suara lembut ayahnya kembali terngiang di kepalanya.

"Nayla… jangan bersedih terlalu lama, Nak. Ayah mungkin tidak bisa selalu di sampingmu, tapi doa ayah akan selalu menyertaimu. Hidup harus kamu jalani, karena kamu kuat, dan kamu pantas bahagia.”

Air mata kembali jatuh, namun kali ini tak lagi membuncah seperti sebelumnya. Ada keikhlasan yang mulai menyusup di hati Nayla. Ia menarik napas dalam-dalam, menatap gundukan tanah itu sekali lagi, lalu mengusap ujung matanya.

“Sebentar lagi, Bibi... Nyonya Gaby. Kalian pulanglah duluan, aku akan menyusul,” ucap Nayla pelan tapi pasti.

Bibi dan Nyonya Gaby saling bertatapan sejenak, lalu mengangguk perlahan.

“Baiklah... Tapi jangan terlalu lama ya, Nak.”

“Kami tunggu di rumah.”

Mereka pun pergi meninggalkan Nayla dan Leon berdua di sisi makam. Hening menyelimuti keduanya. Hanya suara dedaunan yang ditiup angin menjadi musik latar duka mereka.

Leon akhirnya bersuara, pelan namun dalam.

“Aku ingat saat ayahku meninggal, Nay... Hari itu aku baru saja pulang dari sekolah, dan tiba-tiba ibuku memelukku sambil menangis. Aku nggak ngerti apa-apa waktu itu, sampai akhirnya beliau bilang… ayahku sudah tidak ada.”

Leon menarik napas sejenak, matanya menerawang ke kejauhan.

“Ibuku... beliau perempuan paling kuat yang pernah kutahu. Di saat beliau kehilangan cinta sejatinya, beliau tetap berdiri tegak. Dia bilang… ‘Leon, hidup ini nggak selalu adil. Tapi kita bisa memilih, menyerah atau terus melangkah.’ Sejak saat itu, aku berjanji untuk selalu melangkah, apapun yang terjadi.”

Nayla menunduk, tangannya meremas jemarinya sendiri. Kata-kata Leon menembus dinding kesedihannya.

“Aku tahu rasanya kehilangan orang yang paling kita cintai di dunia ini, Nay,” lanjut Leon, suaranya sedikit bergetar. “Tapi aku juga tahu, kamu perempuan yang kuat. Sama seperti ibuku. Sama seperti ayahmu.”

Air mata kembali jatuh dari mata Nayla. Tapi kali ini, ia mengangkat wajahnya dan menatap Leon.

“Terima kasih, tuan.” Ucapnya pelan. “Aku cuma... belum siap kehilangan ayah secepat ini.”

Leon tersenyum tipis. “Tidak ada yang pernah benar-benar siap, Nay. Tapi percaya deh, perlahan... rasa sakit ini akan berubah menjadi kekuatan.”

Nayla memejamkan mata sejenak, merasakan angin sore menyentuh wajahnya. Ia tahu, hidupnya akan terasa berbeda tanpa kehadiran ayah. Tapi ia juga tahu, ia tidak sendiri. Masih ada orang-orang yang peduli. Dan ada ayah… yang kini menyayanginya dari surga.

1
Kimchi
critany luar binasa thor suka
Kimchi
buatlah crarissa dpt karma sm si davin ,,gmn rasa sakit.pgn ngliht berdua mati samber petir .
LISA
Rencana apa nih ?
Sunaryati
Semoga lancar sesuai rencana pernikahannya, jangan sampai Clarissa bisa mengganggu atau mendekati
Mar lina
semoga lancar pernikahannya
tak ada gangguan apa pun
dan Segera bisa jln untuk mempelai pria nya
lanjut thor ceritanya
do tunggu up nya
LISA: Amin..moga aj rencana liciknya Clarisa gagal..
total 1 replies
Dafi Maulana
jangan ada drama batal kawin thor,dan jangan sampai si sundal mangacaukan semua nya
LISA
Wah ikut senang nih Nayla udh menerima lamaran dari Leon..moga Leon segera dpt berjln kembali..bahagia selalu y Nayla & Leon 😊🙏
Mar lina
aku mampir
lanjut bacanya
Yani Sugondo
aaaah, sebentar lgi nayla, sabar
mungkin ini karena masih Leon yg dingin dan nayla polos dan pemalu,
up yg rutin thoor
LISA
Semangat Leon utk menarik hatinya Nayla
LISA
Leon koq g mau mengakui perasaannya ke Nayla..jujur aj Leon spy Nayla g merasa dinikahi hanya karena kmu kasihan pdnya
Umi Al'Zidane
konflik nya jangan yg berat2 thor.../Smirk//Smirk/
Nadhiraaa
lanjut thor...crtnya menarik
LISA
Moga ayahnya Nayla dpt pulih kembali.
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
Sunaryati
Semoga harapan Ny Giba dikabulkan
LISA
Puji Tuhan..Leon benar² dapat menerima Nayla bahkan meminta agar Nayla ada selalu di dekatnya..perkembangan yg bagus moga dgn itu kaki Leon dpt pulih kembali.
LISA
Sepertinya Leon dapat menerima Nayla sebagai perawatnya..
LISA
Moga Nayla kuat menghadapi sikap angkuhnya Leon..semangat y Nay..
LISA
Tuhan buka jalan utk biaya pengobatan papanya Naila & kebutuhan bibinya..yg sabar & kuat y Nai..Tuhan besertamu 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!