Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?
Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Cinta Itu Buta
"Motor Mbak Rai udah aman, Mas. Udah tak taro di bengkel juga, karna ada beberapa bagian yang rusak." Laporan dari Raka.
"Alhamdulillah. Makasih ya, Ka." Kata Arsha.
"Yang nabrak gimana, Ka?" Tanya Arsha kemudian.
"Yang nabrak parah kondisinya, Mas. Di rujuk ke RSUD di Kabupaten." Jawab Raka setengah berbisik yang kemudian di jawab anggukan oleh Arsha.
"Mbak Rai gimana kondisinya, Mas?" Tanya Raka.
"Tulang tangannya retak, Ka. Ini sama Dokter suruh rawat inap dulu semalam. Kalau gak ada keluhan lain, besok boleh pulang." Jawab Arsha sambil memandang ke arah Raina yang sedang tertidur.
"Terus siapa yang jaga nanti malam, Mas?" Tanya Raka.
"Mas. Mas gak tega mau ninggalin dia." Kata Arsha.
"Karo sopo, Mas? (Sama siapa, Mas?)" Tanya Raka lagi.
"Sama Ashoka mungkin nanti, kan besok libur sekolah. Itu dia lagi di jalan mau kesini sama Ibun, Gendis dan Bunda juga. Kamu nanti pulangnya sekalian sama Gendis dan Ibu - Ibu ya, Ka." Pinta Arsha.
"Siap, Mas!" Jawab Raka.
Tak berselang lama, Ashoka, Gendis bersama para Ibu pun sampai. Mereka langsung masuk ke ruang rawat Raina.
"Gimana Raina, Mas? Cuma retak aja tangannya?" Tanya Runi.
"Iya, Bun. Ini hasil rontgennya." Jawab Arsha sambil memberikan hasil rontgen pada Runi. Runi pun segera melihat hasil rontgen tangan Raina.
"Gak ada keluhan lain, Mas?" Tanya Sifa.
"Gak ada, Nda. Kepalanya juga gak kebentur keras tadi katanya." Jawab Arsha.
"Bawa baju buat Mbak Raina gak, Dek?" Tanya Arsha pada Ashoka.
"Bawa dong, Mas." Jawab Ashoka.
"Keluarganya udah di kabari?" Tanya Runi.
"Sudah, Bun. Tadi Mas sudah nelfon Gus Halim dan Abinya Raina." Jawab Arsha.
"Terus, gimana?" Tanya Sifa.
"Gus Halim dan keluarganya lagi ada kegiatan di luar Kabupaten, Nda. Lusa beliau baru bisa pulang. Sedangkan Abinya Raina masih di Dubai. Beliau ya nitipkan Raina ke aku karna Raina ngelarang Abinya bolak - balik." Jawab Arsha.
"Berarti nanti malam Mas yang nungguin?" Tanya Runi.
"Ashoka satpamin, Bun." Timpal Ashoka.
"Gendis juga pingin nemenin Mbak Raina, Mas." Kata Gendis.
"Cuma boleh dua orang yang jaga, Ndis. Gendis tidur di rumah saja, ya. Lagian tidur di sini kan gak nyaman." Bujuk Arsha sambil membelai kepala adik sepupunya.
"Yaah... Yaudah, deh." Jawab Gendis.
"Eh, ada Ibun sama Bunda." Raina yang terbangun karena suara ramai langsung bergerak hendak duduk.
"Udah, tiduran aja, Mbak. Jangan banyak gerak dulu." Ujar Runi sambil menahan pundak Raina.
"Maaf, Raina gak tau kalau Ibun, Bunda, Ashoka sama Gendis mau kesini." Kata Raina merasa tak enak karena baru bangun tidur.
"Gak apa - apa, Mbak. Gimana kondisimu, Mbak?" Tanya Sifa.
"Alhamdulillah udah lebih baik, Nda." Jawab Raina.
"Masih nyeri banget gak tangannya?" Tanya Runi.
"Sudah mendingan setelah minum obat tadi, Bun." Jawab Raina.
"Jangan banyak gerak dulu ya, Mbak. Biar cepat pulih tangannya." Pesan Runi.
"Iya, Bun." Jawab Raina yang hatinya terasa hangat.
"Bun, tolong bantu Raina ganti baju dulu. Itu bajunya kotor banget. Apa Mas aja yang gantiin bajunya, Bun?" Gurau Arsha.
"Yee! Sembarangan mau gantiin baju anak gadis orang!" Sergah Runi.
"Keenakan Mas, dong. Menang banyak." Imbuh Sifa.
"Dasar Mas Arsha Nyambek (Biawak)" Timpal Gendis.
"Halalin dulu dong, Mas. Kalo mau gantiin baju." Ashoka tak mau kalah.
Tak Ayal, jawaban kompak dari para wanita keluarga Pak Karto itu membuat Arsha, Raka dan Raina tertawa.
"Tapi aku gak punya baju ganti, Mas." Kata Raina.
"Tenang, Mbak, udah aku bawain. Untung pacar Mbak ini orangnya teliti. Jadi waktu kita bilang mau jengukin Mbak Raina, Mas langsung minta aku bawa baju ganti buat Mbak." Jawab Ashoka.
"Makasih ya, Ashoka." Ujar Raina.
"Udah sana keluar kalian semua. Ibun sama Bunda mau bantu Mbak Raina ganti baju." Titah Runi.
"Berani, Bun? Gak perlu Mas temenin?" Goda Arsha.
"Opo sih nyambek siji iki. Gek ndang di rabi nak wes kebelet. (Apa sih biawak satu ini. Cepet di nikahin kalau sudah kebelet.)" Cicit Raka sambil menarik tangan Arsha.
"Iya! Bilang sama Romo, besok mau nikah biar bisa gantiin baju Mbak Raina, gitu." Imbuh Ashoka yang ikut mendorong tubuh Arsha keluar ruang rawat Raina.
Sejenak, ruang perawatan itu terasa ramai dengan celotehan dan gurauan dari keluarga Pak Karto. Hati Raina pun terasa hangat karena di kelilingi keluarga Arsha yang ternyata juga menyayanginya.
Suasana ruang rawat Raina kembali sepi setelah Runi, Sifa, Gendis dan Raka pulang ba'da magrib itu. Kini tinggal hanya ada Raina bersama Arsha dan Ashoka yang menjaganya.
"Bawa Macbook sama tab Mas kan, Dek?" Tanya Arsha pada adiknya.
"Bawa, Mas. Itu di dalam tas Mas Arsha." Jawab Ashoka.
"Mas mau pake tab atau Macbooknya?" Tanya Ashoka.
"Dua - duanya." Jawab Arsha.
"Maaas... Emang bisa pake dua - duanya? Biasanya juga cuma pake salah satu." Cicit Ashoka.
"Kali ini Mas mau pake dua - duanya." Goda Arsha.
"Aku pinjam satu loh, Mas. Mau nonton drama kesukaanku." Pinta Ashoka.
"Mau Mas pake semua." Sahut Arsha.
"Mas... Ayolah, pinjam tabnya. Mas pakai Macbook." Rengek Ashoka.
"No!" Sergah Arsha.
"Mas Arsha nih! Bentar aja, cuma dua jam." Ashoka kembali merengek.
"Mas udah to. Kok gangguin adiknya gitu. Lagian cuma nonton drama dua jam aja." Omel Raina.
"Iya tu, Mbak. Mas emang gitu!" Sahut Ashoka yang kemudian mengambil Tab Arsha dari dalam tas.
"Hmm. Seneng lah tuh, ada yang belain." Kata Arsha yang membuat Ashoka dan Raina tertawa.
"Makan ya, Sayang. Kamu belum makan dari tadi." Ujar Arsha. Ia lalu mengambil makanan yang di berikan oleh Klinik.
"Mas juga belum makan, kan?" Kata Raina.
"Aku juga belum makan loh, Mbak." Sahut Ashoka tanpa mengalihkan pandangan dari layar Tab.
"Gak nanyain kamu tuh." Sahut Arsha yang di jawab cebikan oleh Ashoka.
"Kamu aja dulu yang makan. Mas nanti cari makanan setelah nyuapin kamu." Kata Arsha.
"Aku bisa makan sendiri kok, Mas. Mas beli makanan dulu aja. Ashoka juga belum makan tuh." Kata Raina.
"Mas suapin aja. Nanti infusmu macet kalo gerak - gerak terus." Kata Arsha.
"Iya, Mbak. Nurut aja sama Mas, biar di suapin. Soalnya Mas kalo marah serem, kayak mau nelen orang. Lagian juga aku belum laper banget." Ujar Ashoka.
"Gak sampe mau nelen kok. Cuma pingin tak kunyah aja orangnya." Jawab Arsha yang kembali memecah tawa dua perempuan yang bersamanya.
Dengan telaten, Arsha menyuapi Raina makan. Obrolan ringan pun mengalir begitu saja. Keduanya tampak begitu mesra terlebih dengan sikap Arsha yang selalu lembut pada Raina.
"Lebih seru nonton drama percintaan orang yang di sebelah dari pada yang di tab ini." Celetuk Ashoka sambil melihat ke arah Arsha dan Raina.
"Jadi obat nyamuk ya, Dek? Sini gabung." Ajak Raina.
"Enggak ah, nanti di marahin Mas karna ganggu." Sahut Ashoka.
"Mbak marahin gantian nanti Masnya." Kata Raina.
"Biarin aja, dia lagi asyik mandangin aktor - aktor drakor yang katanya ganteng." Ujar Arsha.
"Padahal Masmu gak kalah ganteng dari aktor di drakor loh, Dek." Sahut Raina sambil memandangi wajah tampan kekasihnya.
"The real definisi cinta itu buta." Sergah Ashoka.
"Lanjutin aja Mbak, Mas. Aku pengertian kok, ngerti banget kalo kalian lagi anget - angetnya. Apa lagi setelah perasaannya di pendem bertahun - tahun." Ledek Ashoka yang membuat Raina dan Arsha terkekeh.
namnya jg saudra nggak usil nggak marem mas aska🤣🤣🤣🤣
jauh dicari deket gelut🤣🤣🤣
Saira cepet terima lamaran mas Aksa jd nanti ngunduh mantu & ritual bopo biyungnya bisa barengan 😊
syakafallah abi Raina.. bahagia selalu semua