Bagaimana jadinya jika seorang muslimah bertemu dengan mafia yang memiliki banyak sisi gelap?
Ketika dua hati berbeda warna dan bertemu, maka akan terjadi bentrokan. Sama seperti iman suci wanita muslimah asal Indonesia dengan keburukan hati dari monster mafia asal Las Vegas. Pertemuannya dengan Nisa membawa ancaman ke dunia gelap Dom Torricelli.
Apakah warna putih bisa menutupi noda hitam? Atau noda hitam lah yang akan mengotori warna putih tersebut? Begitulah keadaan Nisa saat dia harus menjadi sandera Dom Torricelli atas kesaksiannya yang tidak sengaja melihat pembunuhan yang para monster mafia itu lakukan.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiBaW — BAB 35
MENGOBATI LUKA SUAMI ITU WAJIB???
“Chris! Kau mau pergi?” tanya Ada yang tiba-tiba muncul dan mengikuti langkah Christian yang hendak menuju ke arah pintu.
Mendengar suara itu, Christian menghela napas panjang dan berbalik menatap ke istrinya yang nampak tersenyum tipis tak seperti biasa. Tentu saja Christian berkerut alis.
“Ya. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan.” Ucap Christian yang langsung melenggang pergi sebelum Ada mengucapkan sesuatu mengenai Jones.
Sebisa mungkin wanita itu meredam amarahnya dan mencoba tenang. “Setidaknya Dom sudah tidak ada di sini. Hfffuuu— ” gumamnya tersenyum tipis.
...***...
Sementara di ruangan bergaya vintage, Dom yang duduk di sofa singel sembari menikmati vodka nya, namun mata tajamnya tak luput dari Nisa yang kini juga duduk di sofa lain yang berjarak dengan keberadaan suaminya saat ini.
“Minumlah, jika tidak, kau akan kehausan.” Ujar Dom dengan perhatian, namun perhatiannya sangatlah di luar nalar ketika dia menawarkan minuman alkohol, karena memang hanya ada itu.
“Tidak, terima kasih.” Tolak Nisa secara halus dan berpaling.
Dom meletakkan kembali gelasnya saat ia teringat akan luka di lengannya. Pria itu melingkis sekilas lengan pendek kaos hitamnya itu dan melihat jelas luka gores yang cukup dalam dan tidak terlalu panjang tapi mengeluarkan darah yang lumayan banyak.
Nisa yang meliriknya, wanita itu ingin muntah dan begidik merinding melihat darah. Namun saat melihat Dom menurunkan kembali kaos lengannya seolah dia tidak memperdulikan luka tersebut, tentu saja Nisa segera beranjak dari duduknya.
“Kau mau ke mana? Siapa yang menyuruhmu pergi?” tegas Dom saat dia mulai sadar akan istrinya yang membuka pintu.
Nisa menoleh, menatap tajam ke suaminya. “Allah memberikan pemikiran kepadaku untuk mencari sesuatu di bawah dan membawanya kemari.” Ketus Nisa yang langsung keluar sehingga Dom berkerut alis.
Pria itu hendak marah, namun rasanya seperti tercekat di tenggorokan. Dia benar-benar tidak seperti biasanya yang akan marah bila seorang wanita melawannya, tapi sekarang?? “Ada apa denganku?” gumam heran Dom hingga meneguk beernya sembari berkerut alis.
“Assalamualaikum!” sapa Nisa yang membuat paman Ji menatapnya dan mengangguk kecil dengan senyum kecil pula.
“Maaf aku mengganggu mu, bisa aku meminta kain dan secangkir air?” tanya Nisa dengan suara lembut.
“Ah, tentu! Tentu saja..” tanpa pikir panjang Ji segera membawakan apa yang Nisa minta barusan. Dengan sabar wanita itu menunggu hingga selang beberapa detik kemudian, wanita cantik yang mengenakan jubah hitam itu kembali ke ruangan yang sama usai dia mendapatkan sebuah kain putih dan secangkir air.
Melihat itu, Dom masih berkerut alis.
“Aku tidak memintamu untuk membawa itu semua.” Angkuh Dom hingga Nisa berjalan ke arahnya, berlutut di samping sofa Dom dan meletakkan kedua benda tadi atas meja.
“Aku tidak ingin mematuhi mu jika itu buruk untukku. Dan aku hanya ingin melakukan tugasku sesama manusia.” Jelas Nisa yang mulai menarik kaos lengan Dom ke atas.
Oh, betapa keras otot pria itu saat kulit Nisa tak sengaja menyentuh nya.
Tentu saja Dom membiarkannya, sementara Nisa mulai membersihkan darah itu secara perlahan dengan menggunakan air. “Air tidak akan membantu.” Pria itu menyingkirkan cangkir air tadi dan memberikan segelas beer ke Nisa.
“Lakukan.” Pintanya yang menatap lurus, sedangkan Nisa menatap nya penuh tanya dan sedikit terkejut.
“U-untuk apa?”
“Luka. Itu lebih cepat membuat luka mengering.” Jelas Dom dengan santai namun Nisa? Wanita itu tak bisa santai mendengar hal yang diluar pikirannya. Bagaimana bisa luka diberi minuman alkohol.
“Itu akan lebih buruk.”
“Kalau begitu tidak usah diobati.” Balas Dom benar-benar seperti anak kecil.
Nisa menahan tangan pria itu yang hendak menutup kembali lengan kaosnya sehingga tanpa disadari, Nisa menyentuh tangan Dom saat ini. “Setidaknya ini harus diobati.” Ucap Nisa dengan suara pelan.
Sedikit gemetar, wanita itu meriah gelas beer tadi saat Dom memberikannya sendiri.
“Bismillah... ” Gumam Nisa mulai menyiram luka tersebut dengan air alkohol tadi, dan Dom bisa melihat bibir Nisa yang tanpa hentinya melantunkan doa kecil yang sekilas terdengar di telinga Dom Torricelli.
Tak ada rasa sakit, sehingga Nisa merasa aneh dengan suaminya itu.
“Kau pria yang aneh, jika seseorang terluka mereka akan membawanya ke rumah sakit, atau membasuhnya dengan air dan obat alkohol.” Jelas Nisa dengan suara lembutnya, namun kefokusan nya masih ke arah luka suaminya.
“Tapi aku tidak.” Balas singkat Dom membuat Nisa sekilas menatapnya.
“Kenapa kau membunuh ibumu?”
Seketika pertanyaan jebakan itu membuat Dom terdiam, rahang tegasnya mulai berkedut. “Itu hanya masa lalu.” Jawabnya seolah ingin mengelak.
“Tapi kau tidak akan bisa melupakannya begitu saja.” Balas Nisa yang kembali berdiri saat dia baru saja mengikat kain putih tadi ke lengan Dom.
Kini keduanya saling beradu pandang, Nisa yang hendak berbalik pergi, justru Dom malah menarik tangannya sehingga Nisa terduduk di atas pangkuannya dalam posisi miring.
Nisa tak berani berucap <
Ya... Meski kedua tangannya saat ini mengepal kuat di pundak Dom. Namun bagaimana pun Nisa tak bisa menolaknya.
“Don't touch me?” tanya Dom keheranan saat dia tidak mendapati rontaan dari Nisa. Biasanya wanita itu akan meronta dan meminta untuk dilepaskan atau meminta untuk tidak menyentuh nya.
Tak ada balasan dari Nisa selain keberpalingan wanita itu hingga dengan nakal Dom bergerak menyentuh pipi Nisa dan membuatnya kembali menatapnya.
“Ini sudah terlalu lama. Bisakah aku pergi?” tanya Nisa sedikit mempertegas suaranya.
Tentu saja Dom tahu bahwa wanita itu terpaksa. Dia begitu mencintai Tuhan nya dan melaksanakan apa yang diharamkan dan dihalalkan.
“Sure! (Tentu)! Setelah kau memberiku ciuman mautmu!” goda Dom namun dia juga menunggunya.
“Apa? Itu menjijikkan!” tolak Nisa yang hampir kelepasan marah.
Pria itu menyeringai licik. “Kalau begitu tetaplah di sini.”
“Berhenti bersikap ... Menyebalkan. Aku tidak pernah melakukan semua itu, dan itu sangat memalukan untukku.” Ujar Nisa dengan suara kesalnya yang sungguh membuatnya geram sendiri.
“Kalau begitu belajar lah untuk menyenangkan suami mu!”
Oh sungguh! Ucapan Dom benar-benar membuatnya malu, jijik dan merinding. Yaa... Walaupun tak ada salahnya jika dia memang melayani suaminya, tapi dengan pria yang memaksa nya, pria mafia si pembunuh, dan pria yang tidak dia cintai.
Nisa merendahkan pandangannya dan menarik napas dalam-dalam. “Tolong lepaskan aku.” Pinta Nisa selembut mungkin dia bicara agar pria itu mau mendengarkannya.
Hingga belum sempat membalas, Christian datang secara tiba-tiba dan melihat pemandangan yang seharusnya tidak dia lihat saat ini. Dom dan Nisa juga sama-sama menoleh ke arah datangnya Christian.
“Dom, kita bisa bicara sekarang?!” panggil Christian yang membuat Dom sengaja berpaling darinya dengan wajah malas.
ga sabar lihat visual dom dan Nisa
ceritamu itu plot twist bgt. aku takut Thor. kebawa ke alam dunia ku hahahaa
... hahahhaa