NovelToon NovelToon
RACUN

RACUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami / Kisah cinta masa kecil
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kelabu yang menyelimuti rumah tangga selama lima tahun?

Khalisah meminta suaminya untuk menikah lagi dengan perempuan yang dipilih mertuanya.

Sosok ceria, lugu, dan bertingkah apa adanya adalah Hara yang merupakan teman masa kecil Abizar yang menjadi adik madu Khalisah, dapat mengkuningkan suasana serta merta hati yang mengikuti. Namun mengabu-abukan hati Khalisah yang biru.

Bagaimana dengan kombinasi ini? Apa akan menjadi masalah bila ditambahkan oranye ke dalamnya?

Instagram: @girl_rain67

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

H. 32~ Masih Hatiku

Perubahan raut muka Edgar tentu menimbulkan kecurigaan bagi Khalisah. Memberikan tatapan selidik, tapi apakah pernah berpengaruh terhadap Edgar? Lelaki itu tetap dengan senyumannya.

"Tidak, aku belum siap. Tolong kamu berikan rantang itu untuk mas Abi." Khalisah memutar anak kunci yang tidak dilepas Edgar tadi.

Entah apa maksudnya sampai mengunci pintu, tapi yang mengagetkan Khalisah ialah para polisi yang berada dibalik pintu. Ada yang memegang arsip dokumen, mengobrol, dan yang anehnya adalah meraba dinding.

"Selamat siang, Buk," ucap mereka tiba-tiba hormat.

Khalisah mengangguk dan berjalan kembali.

Edgar menyusul, dan sempat menyerahkan rantang pada rekannya dan keluar kantor polisi.

"Atasan kita kali ini kerjaannya cuma cinta-cintaan," cetus salah satu petugas.

"Dan kalian cuma bisa membicarakan orang lain," sambut Alif, membekukan mereka dan dalam sekejam kembali duduk di belakang komputer. Namun petugas yang diserahkan rantang oleh Edgar tiba-tiba berdiri.

"Ini untuk kita 'kan?"

Mereka saling pandang, kemudian mengangguk mengiyakan.

"Khalisah, aku antar ya," tawar Edgar, ia berhasil berdiri di sebelah kekasih hatinya.

"Enggak usah. Aku naik taksi online saja." Khalisah mencari taksi online di aplikasinya lewat ponsel.

"Lebih aman bersamaku, mereka nggak bakal macam-macam kalau kamu naiknya mobil polisi," saran Edgar.

Khalisah memberikan atensi pada Edgar. "Aku harap kamu membatasi antara pekerjaan dan prioritas pribadi."

"Sudah, aku menahannya selama lima tahun," jawab Edgar yakin.

Menghela napas. Akhirnya Khalisah mau diantar oleh Edgar ke toko kue.

Padahal Khalisah baru menutup pintu mobil, tetapi sahabatnya itu menerjangnya di depan toko tak menunggu dirinya masuk.

"Ah, kamu kurusan," komen Humaira tanpa bertanya dulu.

"Dan kamu gemukan," komen Khalisah balik.

"Wajar, aku berbesti telur dan tepung. Eh, itu Edgarnya nggak masuk?" tanya Humaira, menduga-duga sosok yang membawa mobil karena Edgar tak menurunkan kaca jendela.

"Enggak, dia sibuk." Khalisah menarik Humaira masuk ke dalam, kalau tidak pasti lebih banyak drama.

Dan Edgar yang biasa menanggapi sikap cuek Khalisah, kali ini tak bisa. Ia melajukan mobil ke rumah sakit, tempat dirawat atasannya.

"السلام عليكم، Pak," ujar Edgar membuka pintu.

Yang dipanggil segera duduk dari berbaringnya di brankar. "وعليكم سلام, Imam. Bagaimana, kamu sudah menyampaikan maafku?"

Imam menuju ke sofa lebih dulu. "Tidak akan pernah saya sampaikan, Bapak sendiri yang harus mengatakannya."

"Kamu tidak bisa diajak kompromi," celetuk pak Haikal kesal.

Imam mencomot keripik di dalam toples. "Bagaimana keadaan kaki, Bapak?"

"Tidak bisa digunakan berjalan untuk sementara waktu. Tak apa, dengan begitu aku tidak perlu memusingkan tugas dan menyerahkannya kepadamu." Pak Haikal tertawa jahat.

Imam memandang datar atasannya, kemudian menghembus napas panjang. "Masalah ini semakin besar. Bapak pun dicelakai begitu tau kita mulai ikut mencampuri urusan mereka."

"Ya, karena masalah sudah sebesar ini. Kita jadi bisa melaporkan ke pihak yang lebih berwenang 'kan? Bukti kejahatan besar mereka pasti tidak akan menjadikan kita diremehkan, karena tidak bisa menangkap mereka," tekad pak Haikal sembari mengepal tangannya.

"Meski begitu, saya masih ingin pihak kita yang menangkap mereka," desis Imam merasa geram.

"Kita sudah berusaha tujuh tahun ini, dan kamu berhasil mengumpulkan bukti selama menjadi mata-matanya wanitamu itu. Jadi, sudah cukup dari kita," tutur pak Haikal agar Imam tak membara lagi.

"Mata-mata apanya, Khalisah justru menganggap saya penjahat sekarang. Aku bersyukur ini berakhir."

"Cih, berakhir karena kamu mengambil keputusan penangkapan sepihak selama aku tidak sadar." Memberikan raut wajah jengkel terhadap bawahannya.

"Memang Bapak mau menguliti Abizar sampai mana?" tanya Abizar tak habis pikir dengan jalan orang yang membimbingnya terdahulu.

"Samapi kita menemukan pemimpinnya, tapi ya sudahlah.... Keputusan kamu juga nggak buruk." Pak Haikal mengibas-ngibas tangannya.

"Sebagai polisi dibagian penyelidikan, kamu harus mendapatkan keterangan tentang kasus ini dengan sejelas-jelasnya. Kemungkinan mereka mengincar kamu sekarang, korban, dan wanita kamu itu. Jadi kamu harus mengawasinya," titah pak Haikal.

"Siap, Pak." Imam sampai hormat tangan.

"Dibagian itu mah gercep," sindir pak Haikal.

Imam nyengir, tak mau menyahut lebih. Ia sadar atasannya itu merasa bersalah kepada Khalisah karena telah memanfaatkannya, makanya memberikan perhatian khusus. Dan siapa yang lebih perhatian ke Khalisah selain dirinya?

.

.

.

.

Matahari mulai redup tak secerah waktu menunjukkan tengah hari. Hara menapaki kantor polisi.

"Permisi, Pak. Saya mau mengunjungi suami saya Abizar Al-Ghifari," ucap Hara pada polisi yang berada di belakang komputer.

Hening.

Hara merasa bulu kuduknya berdiri lantaran tatapan polisi yang mengarah ke arahnya. Apa ada yang salah?

Memandangi dirinya yang memakai dress navy selutut dan high heels dengan hak dua senti serta rantang makanan ditentengnya. Apa ada yang salah dengan penampilannya?

Kata mama, bagus.

"Ikuti saya." Alif mengambil peran dan membawa Hara ke ruangan jenguk, lalu berpamitan untuk menjemput tahanan yang hendak ditemui.

"Tahanan bernama Abizar Al-Ghifari?"

Abizar yang sedang memeluk lutut lantas mengangkat wajah, dan menunjukkan tangan. "Saya."

"Silahkan keluar. Istri Anda berkunjung." Alif membuka sel penjara.

"Khalisah." Abizar segera berdiri dan keluar diiring oleh polisi. Membawanya ke ruang jenguk yang membuat langkahnya terhenti.

"Hara."

"Abi!" seru Hara girang.

"Silahkan mengobrol. Waktunya dua puluh menit." Alif undur diri, membiarkan dua sejoli itu tinggal dalam ruangan.

"Aku merindukan Abi." Hara tergesa-gesa mendekap Abizar, dan dibalas pula oleh suaminya itu.

Abizar masih membeku. "Hara, kamu datang sendiri? Dimana Khalisah?" tanyanya sembari menangkup pipi Hara dan menghadapkan wajahnya itu ke arahnya.

"Abi 'kan udah ketemu mbak Khalisah tadi pagi, masa mau ketemu lagi?" Hara memperlihatkan ekspresi cemberut, namun sebenarnya ingin menangis karena sang suami menunjukkan bukan ia yang mau ditemui.

"Tidak, Khalisah tidak mengunjungiku tadi pagi," aku Abizar mengherankan Hara.

"Tapi tadi pagi mbak Khalisah bilang mau ke sini sambil bawa makanan juga. Kok enggak sampai?"

Mendadak Abizar blank. "Apa Khalisah tidak ada di rumah?"

Hara menggeleng. "Kenapa?" Bertanya dikarenakan Abizar mulai mengeluarkan keringat dingin.

Tidak. Apa terjadi sesuatu pada Khalisah.

Pikiran Abizar mulai melantur kemana-mana, diliputi kecemasan luar biasa yang membuatnya panik. Lantas Abizar melepas paksa dekapan Hara, dan berdiri di pintu.

"Dimana Khalisah?" hardik Abizar kepada semua petugas.

Di sisi lain Hara meremat dadanya yang terasa sesak. Rasanya seperti debu tak terlihat, disaat dirinya ada di hadapan namun Abizar malah ingat kepada istrinya yang lain. Liquid bening dimatanya jatuh.

Alif maju. "Tenang, Pak. Nyonya Khalisah sudah pulang diantar pak Imam."

Imam? Benar, itu nama Edgar setelah masuk Islam. Abizar menghembus napas lega. "Terima kasih."

Alif mengangguk. "Sama-sama, Pak."

Abizar berbalik. Sontak ia membeku melihat Hara menangis sampai mengeluarkan isakan.

...☠️...

...☠️...

...☠️...

Sebenarnya cerita bagaimana sih yang laku? Rain masih kurang kreatif 🤷‍♀️

1
Masitoh Masitoh
aduh teka teki BYK..
Dinda Putri
up
Aminin azaaa
bingung Thor Edgar kan seorang polisi, tp bertahun tahun jd bodyguard khalisah, gimana cara bagi waktu nya🙏🙏
Masitoh Masitoh
jujur aku heran dgn sikap Khalisah terlalu baik ya Thor walau mertua SDH hadirin madu bahkan suaminya mafia
@Girl_Rain67: Jujur, Rain pun pengen jadi Khalisah. Tapi tak sanggup 😢
total 1 replies
Dinda Putri
up
Dinda Putri
Lanjut Thor jangan kelama an upnya jadi penasaran
@Girl_Rain67: Siap, kak
total 1 replies
Dinda Putri
luar biasa
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
@Girl_Rain67: Insyaallah
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Aminin azaaa
lanjutkan
@Girl_Rain67: Siap, kak. /Smile/
total 1 replies
Aminin azaaa
lanjut
Gadiscantik27
Malam, kak. Boleh minta support balik, kak?
@Girl_Rain67: Boleh, kak 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!