Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Diundang
Di pagi buta, Amber terbangun. Wanita itu terkejut setelah sadar jika ia telah tidur di dalam ruang kerja majikannya.
Amber melihat selimut yang menutup tubuhnya, lalu segera menyingkap selimut itu dengan panik.
"Syukurlah," gumam wanita itu pelan. Ia beruntung karena seluruh pakaian yang ia kenakan masih menempel di tubuhnya dengan sempurna. Mengingat perangai Arion yang hampir selalu ingin menerkamnya, Amber pikir laki-laki itu akan melakukan sesuatu saat ia dalam keadaan tidak sadar.
Setelah cukup lama mengingat apa yang sudah terjadi beberapa jam yang lalu, Amber menghembuskan napas panjang. Ia melihat botol wine yang telah kosong dan dua gelas bekas mereka semalam. Minuman itulah yang membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
Setelah cukup lama terdiam dan melamun, Amber segera bergegas keluar dari ruang kerja Arion. Beruntung sekali. ruangan ini tidak terkunci, karena hanya Arion yang bisa membukanya.
Amber kembali ke kamar Aara dan menemukan gadis kecil itu masih terlelap dengan nyenyak. Wanita itu merasa lega dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
...****************...
Pukul tujuh di hari minggu, Amber dan Aara sudah bersiap dengan pakaian rapi. Mereka hendak ke rumah balet untuk kelas latihan seperti yang biasa mereka lakukan setiap akhir pekan. Sebelum itu, keduanya keluar dari kamar menuju ruang makan.
"Daddy!" Aara berteriak, memanggil ayahnya yang sudah lebih dulu duduk di kursinya.
"Hai, gadis kecil. Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Arion. Ia mengangkat Aara dan mendudukkan anak itu di pangkuannya.
"Hmm. Mama Amber menemaniku," jawab Aara.
"Mama Amber?" Seseorang datang tiba-tiba tanpa undangan. Dengan raut wajah tidak menyenangkan, Dayana menghampiri Arion dan Aara yang terkejut dengan kedatangannya. Sementara Amber yang hendak duduk, mengurungkan niatnya. Ia mundur beberapa langkah untuk menghormati kedatangan Dayana.
"Nenek! Aara sekarang punya Mama, ini Mama Amber," ucap Aara pada sang nenek.
"Arion, apa-apaan ini!" seru Dayana. Ia mengabaikan sang cucu yang begitu antusias memperkenalkan Amber padanya.
"Silahkan duduk, Ma. Kita bisa bicara nanti," ujar Arion tenang. Ia tidak mau terjadi perdebatan di depan Aara dan Amber.
Sambil menghembuskan napas kasar, Dayana duduk di samping Arion. Ia menatap Amber dengan pandangan tidak suka. Meski dari segi penampilan Amber adalah wanita yang rapi dan cantik, nyatanya Dayana sudah berprasangka buruk tentang wanita itu.
"Duduklah bersama Mama Amber, Sayang. Kita sarapan dulu," pinta Arion sambil menurunkan Aara dari pangkuannya. Lagi-lagi Dayana mengernyitkan dahi, sebenarnya apa yang terjadi di rumah ini? batinnya.
Aara menarik tangan Amber dan mengajak wanita itu duduk di kursi. Meskipun Amber menyadari ketidaksukaan Dayana, wanita itu tidak bisa menolak ajakan Aara begitu saja.
"Jadi sekarang kau juga membiarkan pengasuh anakmu duduk di sini dan makan bersama kalian?" tanya Dayana pada Arion.
"Ma!" tegur laki-laki itu. "Kita bicara nanti, ayo sarapan!" tegasnya.
Terdengar dengkusan tidak sopan dari wanita paruh baya di samping Arion. Amber berusaha untuk tetap tenang dan sabar. Di sini, ia bekerja untuk Arion dan Aara, ia merasa hanya Arion dan Aara yang berhak memerintah dan mengusirnya jika memang tidak berkenan dengan kehadirannya.
Sarapan pagi berjalan cepat meski berkali-kali suara sendok dan piring Dayana beradu lebih kencang dari yang lainnya. Seharusnya pagi ini Arion berencana turut mengantar Amber dan Aara ke rumah balet. Namun kehadiran Dayana, membuat laki-laki itu mengurungkan niatnya.
"Sayang, anak Daddy cantik. Maaf karena Daddy tidak jadi mengantarmu hari ini, ya. Daddy harus bicara dengan Nenek," ujar Arion. Ia berlutut di depan Aara untuk mensejajarkan tinggi badan mereka.
"Hmm." Aara mengangguk tanpa protes.
"Nona Amber, tolong jaga Aara baik-baik," pesan Arion.
"Baik, Tuan." Amber mengangguk sopan. "Mari, Nyonya." Ia berpamitan pada Dayana yang berdiri di samping Arion. Namun hanya senyum sinis yang Amber dapatkan dari wanita paruh baya itu.
"Ayo, Sayang!" Amber menggandeng tangan kecil Aara, mengajaknya keluar dari rumah dan segera berangkat ke rumah balet.
...🖤🖤🖤...