NovelToon NovelToon
Kekuatan Dari System

Kekuatan Dari System

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mdlz

Seorang pemuda tanpa sengaja jiwanya berpindah ke tubuh seorang remaja di dunia lain. Dunia dimana yang kuat akan dihormati dan yang lemah menjadi santapan. Dimana aku? Itulah kata pertama yang diucapkannya ketika tiba di dunia yang tidak dikenalnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketiga Puluh Tiga

Arsa tersenyum, menyerahkan sebatang kayu kepada pekerja di sebelahnya. Lalu berkata, “Baguslah, aku ikut senang. Apa Kak Ata sudah menstabilkan kultivasi? Jika belum, besar kemungkinan pondasimu tidak akan kokoh.”

Setelah mengatakan itu, Arsa melangkah ke kanan, menuju gubuk bambu, gubuk sementara yang sengaja didirikan dalam pengerjaan rumah asuh untuk para anak-anak.

Sambil mengikuti langkah Arsa, Ata Nugraha menanggapi, “Belum. Mungkin butuh waktu satu bulan untuk menstabilkannya.

Tapi bagaimanapun, aku sangat berterima kasih padamu. Jika bukan karenamu, maka kemacetan terobosanku akan mencapai dua tahun di bulan depan.”

Sebelum Arsa dapat mengatakan sesuatu, Ata Nugraha sudah melanjutkan kata-katanya, “Adik, aku minta maaf atas tindakanku di masa lalu. Aku terlalu serakah.”

“Hahaha…,” Arsa tertawa hangat, menepuk ringan bahu Ata Nugraha sambil berkata, “Tidak perlu minta maaf. Aku sudah melupakannya. Lagi pula, tidak ada seorang pun yang tidak pernah melakukan kesalahan, termasuk diriku sendiri.

“Ini untuk pondasimu.” lanjut Arsa sembari duduk, menyerahkan sebuah botol giok, berisikan lima butir Pil Penguat Tubuh Bintang Tiga.

Mendengar jawaban Arsa, Ata Nugraha tertegun agak lama. Menurutnya, sepupunya ini terasa lebih dewasa dibandingkan dengan dirinya sendiri, bahkan terkesan bijak dalam bersikap.

“Ambillah,” desak Arsa, menyadarkan Atta Nugraha yang termenung mematung.

Ketika melihat isi botol giok, Atta Nugraha serasa ingin menangis saat ini. Dia semakin menyesali tindakannya di masa lalu terhadap Arsa, dengan terbata-bata. Atta Nugraha menolak, “Ini, ini, ini terlalu berharga. Adik, aku tidak bisa—“

“Tidak apa-apa,” sela Arsa memutus perkataan Atta Nugraha, dan berkata, “gunakan saja dengan baik, Dan jika beruntung. cukup dua butir dalam tiga hari, pondasimu sudah kuat dengan kultivasimu yang sekarang.”

“Jika Kak Nhia sudah keluar dari pelatihan tertutupnya, dan pil ini masih ada sisa, berikan saja padanya untuk memperkuat pondasi kultivasinya!” imbuh Arsa kemudian.

“Adik terima kasih,” ucap Atta Nugraha dengan sunguh-sungguh.

Atta bergegas ke rumahnya. Namun beberapa saat kemudian, dia kembali lagi ke tempat Arsa berada, diikuti lima orang pemuda yang seumuran dengannya dari keluarga Nugraha.

Kelima pemuda ini adalah bagian dari Keluarga Nugraha. Dan secara tidak langsung merupakan kerabat sepupu bagi Arsa, mendengar ajakan Atta Nugraha untuk membantu Arsa dalam membangun rumah, antusiasme kelima pemuda ini tergerak.

Kebaikan Arsa membagikan koin emas melalui Atta Nugraha sebelumnya, telah membatu mereka untuk mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan dalam kultivasi.

Dan sudah barang tentu, sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya peningkat kekuatan. Hal paling utama bagi siapapun yang hidup di dunia antah berantah ini.

Melihat antusiasme ini, Arsa tidak bisa berkata-kata. Dia hanya mengangguk berterima kasih, membiarkan para saudaranya membantu pekerjaan pembangunan.

Menghela napas panjang. Arsa membatin, ‘Uang bukan segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang.’

*

Detik demi detik berlalu, pembangunan sebuah rumah berukuran cukup besar, terus berlangsung sesuai arahan sang arsitek, di pantau langsung sang Patriak dan di bantu para saudara Arsa yang lain.

System. “Ding! Proses Penyerapan telah selesai.”

System. “Ding! Selamat, Tuan. Energi Mental telah bertambah seratus poin.”

‘Akhirnya….’ ucap Arsa di dalam hati, sangat gembira dengan peningkatan energi mentalnya.

‘System, upgrade ke Versi 2!’ pinta Arsa di benak.

System. “Ding! Proses upgrade dari Versi 1 ke Versi 2 membutuhkan waktu tujuh kali dua puluh empat jam.”

System. “Ding! System akan dinonaktifkan selama waktu proses. Harap Tuan untuk berhati-hati! Proses dimulai: 1%…,”

***

Kelurga Nylon

Hari berganti, Midun Nylon telah kembali ke kediaman Keluarga Nylon bersama ayahnya. Sebelumnya, Midun Nylon dan ayahnya pergi ke Pegunungan Bedo. Mereka memeriksa lahan tambang yang menjadi milik Keluarga Nylon di pegunungan itu.

Pengunungan Bedo terletak di tenggara pusat kota Dreams, tepatnya di perbatasan antara Kota Dreams dan Kota Sarden, dua ratus lima puluh kilometer sisi timur Hutan Kegelapan.

Lahan tambang milik Keluarga Nylon di pegunungan ini, kini telah dijaga dengan sangat ketat. Tidak hanya dari pihak Keluarga Nylon sendiri, bahkan salah satu tetua dari Sekte pedang langit, juga telah mengerahkan sejumlah besar murid mereka.

Adalah sebuah kebetulan, bahwa sang patriak Keluarga Nylon merupakan adik dari salah satu tetua Sekte pedang Langit. Sehingga lebih mudah bagi Keluarga Nylon dalam meminta bantuan.

Di lakukannya penjagaan super ketat itu, akibat telah ditemukannya batu berharga dalam jumlah yang melimpah. Orang-orang menyebutnya dengan Batu Gudeg.

Ukuran dan bentuk Batu Gudeg, hampir serupa dengan Batu Roh. Yang membedakan adalah warna dan kualitas energi yang terkandung di dalam batu tersebut.

Batu Gudeg sendiri berwarna hijau cerah, dan terdapat bintik-bintik hitam di dalamnya. Nilai energinya adalah setengah dari energi Batu Roh tingkat Rendah.

Jika dikonversi menjadi koin emas, nilainya setara dengan lima ratus koin emas untuk setiap satu Batu Gudeg. Saat ini, hampir setengah dari salah satu gunung di pegunungan Bedo, merupakan calon lahan tambang bagi Keluarga Nylon.

Dapat dibayangkan, jika Batu Gudeg tersebut adalah satu gunung utuh, betapa kaya rayanya Keluarga Nylon. Penemuan ini pun telah membuat patriak dan seluruh anggota Keluarga Nylon terbang ke langit. Mereka akan menjadi Keluarga kelas satu, bahkan kelas teratas di ibukota Elanor.

Tentu saja, hal ini akan membuat Keluarga Nylon merasa di atas angin, kian sombong dan semakin arogan dari sebelumnya, menganggap remeh semua orang yang di temuinya.

“Kenapa mereka belum kembali dari Hutan Kegelapan?” gumam Midun Nylon, tidak menemukan keberadaan para pengawal pribadinya begitu tiba di kediamannya.

Mendengar ini, ayah Midun Nylon menyarankan, “Coba kamu periksa!”

***

Keluarga Nugraha

Seperti hari kemarin, pagi-pagi sekali, Arsa sudah ikut serta membantu para pekerja dalam pembangunan rumah asuh, dia tidak ingin bersantai dan tidak melakukan apapun.

Arsa semakin bersemangat, tanpa sepengetahuannya, jumlah kamar pribadi telah di tambahkan dalam perencanaan oleh Patriak Ronggo. yang terus memantau jalannya pembangunan.

Dengan demikian, rumah itu kelak akan menjadi rumah terbesar dari seluruh rumah yang ada di lingkungan Keluarga Nugraha, mengalahkan rumah kediaman Patriak Nugraha itu sendiri.

Tidak lama kemudian, Atta Nugraha dan beberapa orang pemuda datang. Tetapi hari ini ada tambahan tiga orang lagi, yang juga termasuk saudara sepupu bagi Arsa.

Melihat Arsa dan para saudaranya ikut bekerja, sang Mandor pun keheranan. Pasalnya, ini adalah kali pertama dirinya melihat, pihak pemberi kerja juga turut bekerja, bahkan tanpa mengurangi biaya yang telah disepakati.

‘Keluarga yang patut ditiru,’ gumam sang mandor dalam hatinya.

Menjelang siang, seorang sepupu bertanya, “Saudara Arsa, sebenarnya rumah ini untuk siapa? Besar sekali!”

Arsa menjawab dengan tersenyum, “Nanti kamu dan kita semua akan tahu.”

“Ayo, semuanya! Waktunya istirahat! Aku telah membuat kue yang nikmat,” teriak Lita dari gubuk bambu, tidak jauh dari tempat Arsa dan yang lain bekerja.

Mendengar ini, Arsa dan yang lainnya menghentikan pekerjaan. Semua orang menuju gubuk bambu, tempat Lita meletakkan banyak kue dan minuman jas jus segar.

“Kaka….hmmmm…” panggil Lita sambil memutar-mutar jari tangannya yang kecil.

“Jalan-jalan, kan?” Arsa langsung menerka apa yang sedang diinginkan adik perempuannya itu.

“Bagaimana kakak tahu?” mata Lita yang besar dan indah, berkedip-kedip heran begitu kakaknya mengetahui apa yang diinginkannya

“Besok, ya! Hari ini Kakak ada urusan,” sahut Arsa sambil mencubit pipi kiri adiknya.

Sang adik tidak menanggapi, hanya menggembungkan pipinya dengan kesal. Melihat Lita yang kesal, Nhia Nugraha yang baru saja keluar dari dapur rumah Arsa, langsung menghampiri, “Bersama Kak Nhia saja! Bagaimana?”

“Benarkah?” tanya Lita memastikan, ekspresinya langsung berubah gembira.

“Ayo!” angguk Nhia Nugraha, bergegas menuju taman kota, yang kebetulan hanya berjarak tiga kilo meter dari kediaman Keluarga Nugraha.

“Kak Atta, ikut aku ke rumah Paman Rimo sebentar! Sudah satu minggu tidak ada kabar dari Paman Rimo,” ajak Arsa kepada Atta Nugraha.

Setelah mengganti pakaian, Arsa dan Atta Nugraha segera berangkat menuju Rumah Rimo, pelayan setia Wahyu Nugraha, ayah Arsa.

Jarak antara rumah Rimo dan Kediamanan Keluarga Nugraha cukup jauh, setidaknya kisaran sepuluh kilo meter. dan akan menempuh waktu sekitar satu jam setengah jika berjalan kaki.

“Apakah Rimo pindah rumah? Bukankah ini ke arah Kota?” tanya Atta Nugraha, agak bingung dengan arah jalan yang diambil Arsa.

Arsa menjawab singkat, “Kita mampir sebentar ke suatu tempat.”

Beberapa saat kemudian, Arsa dan sepupunya tiba di sebuah kios yang lumayan besar, pengujung kios itu pun sangat ramai dan keluar masuk setelah mendapatkan barang yang mereka inginkan.

‘Bukankah ini tempat jual beli kebutuhan kultivasi dan obat? Apakah Arsa akan membeli Pil?’ pikir Atta Nugraha, tetapi tidak mengatakan apa pun, hanya mengikuti ke mana pun langkah Arsa.

“Selamat siang, Tuan Muda. Kita bertemu lagi,” sapa seorang pria paruh baya, orang yang sebelumnya pernah memberi Arsa kartu pelanggan.

“Aku ingin menjual bahan dari monster. Apakah aku harus mengeluarkannya di sini, Paman?” Arsa menanggapi sambil tersenyum penuh canda.

“Jangan! Jangan! Jangan! Ayo masuk!” pria paruh baya itu segera merespon, agar kejadian sebelumnya tidak terulang kembali.

Atta Nugraha yang berdiri di sebelah, tertegun sejenak, kembali membatin, ‘Kenapa tiba-tiba orang ini menjadi begitu gugup setelah Arsa mengucapkan itu?’

Sesampainya di ruang bagian dalam, Arsa langsung mengeluarkan bahan-bahan monster dan binatang buas hasil buruannya. Seketika, pria paruh baya dan Atta Nugraha tercengang. Keduanya menoleh ke arah Arsa dan hasil buruan silih berganti.

Betapa tidak, hasil buruan itu menumpuk tinggi, hampir menyentuh langit-langit rumah. Benar-benar terlalu banyak untuk disebut hasil buruan, ini lebih pantas disebut hasil pembantaian.

“Ada yang salah?” Arsa melambaikan tangannya ke atas dan ke bawah, menyadarkan kedua orang yang masih mematung terpana di depannya.

Terbangun dari pikirannya, pria paruh baya itu menanggapi dengan tergesa, “Harap tunggu, Tuan Muda! Aku membutuhkan tenaga dan waktu untuk menghitung semuanya.”

“Oh, baiklah. Aku akan menunggu diluar sambil melihat-lihat,” jawab Arsa menganggukan kepala, sebagai tanda setuju.

Menoleh ke arah Atta Nugraha, Arsa melihat sepupunya itu masih diam membeku, menatap hasil buruan dengan mulut ternganga lebar. hingga tanpa sadar, air liurnya pun terjatuh.

“Ayo, kita tunggu di luar saja!” ajak Arsa sambil menyentuh bahu kanan Atta Nugraha.

Tersadar dari keterkejutannya, Atta Nugraha mengikuti Arsa ke ruang penjualan senjata, Tapi kepalanya masih menoleh ke arah tumpukan hasil buruan Arsa.

“Adik, apakah kamu berburu semua itu?” tanya Atta Nugraha memastikan, dia benar-benar dibuat keheranan dengan adik sepulunya itu.

Bagi Atta Nugraha, ini adalah pertama kalinya dia keluar bersama Arsa. Tapi malah sudah membuat jantungnya berhenti berdetak, terkejut bukan main dengan apa yang di tunjukan Arsa.

Melihat anggukan tenang Arsa, Atta Nugraha menelan ludah. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benaknya, ‘Sekuat apa sebenarnya Arsa ini? Bukankah hasil buruan tadi berada pada level yang gila? Bagaimana cara dia berburu?’

“Dengan hasil berburu inilah aku membeli Pil untuk Keluarga kita,” ucap lirih Arsa, ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sepupunya ini.

Atta Nugraha langsung tertunduk malu. Apa yang dikatakan Kakeknya tentang sepupunya ini, memang benar adanya. Menjadikan Keluarga Nugraha semakin kuat agar tidak dipandang rendah oleh orang lain, adalah cita-cita utama yang seharusnya terpatri di benak setiap orang yang berdarah Nugraha.

Dan bagi Atta Nugraha, Arsa telah membuktikannya. Bukan sekedar omon-omon atas cita-cita, tetapi dengan tindakan nyata, bergerak cepat untuk segera merealisasikan cita-cita yang luhur.

1
Uraaaa
oke kak
Hr⁰ⁿ
baru baca,Thor kalo bisa pas di system pake tanda ( ) gitu Thor biar mempermudah pembaca,itu aja si sarannya untuk skrng Thor,smngt trus
Uraaaa
semoga menghibur
Alfathir Paulina
lucu thor nama dr para penjahatnya ada blangkon ada ndasmu ada telu limo🤣🤣🤣🤣👍👍💪💪😙😙
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!