Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pov Dayanti (Penyakit itu)
Hari terlihat kelabu. Awan dilangit terlihat abu-abu, dan tak ada sinar mentari yang menyinari.
Seorang gadis kecil dengan wajah cantik ayu rupawan sedang bermain dibalkon rumah megahnya yang berada dibagian belakang dan menghadap kearah para pekerja yang sibuk memuat kelapa sawit keatas mobil.
Sebagai pembatas, terdapat taman kecil yang dipenuhi bunga-bunga dan juga beberapa tanaman buah yang menjadi pembatas rumah dengan para pekerja, disertai tembok setinggi satu meter.
Gadis tidak lagi ingin main ke rumah sepupunya, sebab Sutini selalu berbuat nakal padanya, sehingga ia memutuskan untuk bermain sendiri saja dirumah bersama dengan bonekanya.
Saat sedang asyik bermain, seekor kupu-kupu terbang melintasinya, lalu mengalihkan perhatiannya.
Ia beranjak bangkit dan mencoba mengejar hewan mungil tersebut. Namun sang kupu-kupu terbang melewati pagar balkon, sehingga ia tidak dapat menggapainya.
Tanpa sadar, boneka yang dipegangnya terjatuh diantara tumbuhan taman yang membuatnya terlihat kecewa.
Dikejauhan sana, seseorang sedang memperhatikannya. Wajah cantik sang gadis kecil dengan kulitnya yang putih bersih membuatnya menahan gejolak perasaan yang datang dengan niat hitam.
Gadis kecil itu berlari menuruni anak tangga. Dengan lincahnya ia keluar dari dalam rumah mewahnya dan menuju taman belakang. Ia mencari dimana bonekanya tadi terjatuh, dan saat bersamaan, seseorang yang menggunakan penutup wajah dengan tubuh tinggi tegap melompati pagar dan membekap sang gadis kecil dari arah belakang.
Sontak saja hal itu membuat Dayanti memberontak meskipun ia tidak dapat berteriak.
Akan tetapi, pria itu tak menghiraukannya dan terus membawa paksa gadis kecil itu dengan memaksanya terus berjalan sembari menggerayangi tu-buh mungil itu.
Saat bersamaan, ditengah keputusasaannya ia melihat sebilah besi penghias pagar berbentuk runcing yang sudah terlepas diatas tembok. Ia meraihnya, lalu menusukkan ujungnya pada pria yang membekapnya dan mengenai bagian buah salaknya.
Rasa ngilu membuat pria itu melepaskan sang gadis, lalu memberi kesempatan padanya untuk melarikan diri dan masuk melalui pintu belakang dan menutupnya.
Seketika pria kembali melompati pagar untuk menyelamatkan dirinya agar tidak ketahuan. Rasa sakit yang kini semakin membuatnya sengsara, memaksanya untuk pulang kerumah dengan alasan sakit perut.
Sementara itu, Dayanti berlari menuju kamarnya yang ada dibagian lantai dua, lalu mengunci pintu dan menutup tirai jendela.
Ia terlihat meringkuk ketakutan. Sungguh hal tersebut membuatnya trauma dan wajahnya tampak pucat, namun ia tidak berani untuk mengatakan apapun pada orang tuanya.
*****
Seorang pria pergi mengendarai motornya dengan wajah meringis. Setibanya dirumah, ia bergegas ke kamar mandi, lalu memeriksa biji salaknya yang terasa ngilu.
"Bocah sialan! Awas saja kau!" makinya dengan nada geram.
Ia terbayang akan kecantikan sang gadis kecil. Lalu tersulut api benci karena tidak dapat menyalurkan hasrat fed0filnya pada Dayanti.
Setiap kali ia membayangkan wajah cantik dan kulit putih bersih sang gadis kecil, kembali hasratnya menggebu dan membuat ia semakin tersiksa.
Jika untuk mendapatkannya, maka hal itu tidak mungkin, sebab pastinya Wicaksono akan menendangnya, karena ia adalah ipar dari pria itu.
Namun membayangkan Dayanti, membuatnya semakin menderita.
Ditempat lain, seorang wanita yang sedang mengandung trisemester 3 berjalan menaiki anak tangga dengan nafasnya yang tersengal. Terkadang ia memegang pinggangnya karena rasa sakit yang sudah dialaminya sejak kehamilan tujuh bulan.
Ditangannya membawa sepiring nasi dengan lauk pauk yang menggugah selera.
Ia ingin menyuapkan makan siang pada gadis keculnya, sebab Dayanti sangat sulit makan, dan ia akan lahap jika disuap sang ibunda.
Setelah mencapai anak tangga terakhir, ia mengetuk pintu dengan sangat lembut.
"Yanti buka pintunya, Sayang." ia kembali mengetuk pintu.
Dayanti mengusap bulir bening yang terjatuh disudut matanya dan beranjak dari atas ranjang untuk membuka pintu, sebab ia mengetahui jika itu ibunya.
Setelah pintu terbuka, ia menatap sang ibunda, lalu mendekapnya tanpa mengatakan apapun dan menangis sejadi-jadinya.
Sang ibunda merasa heran. Ia membalas dekapan sang anak. Ia menuntun puterinya menuju ranjang.
Lalu dengan bersikap lembut, ia membelai rambut sang anak, lalu memintanya untuk bercerita.
"Ada apa, Sayangku? Apa yang membuatmu sangat begitu takut?" tanyanya dengan sangat lembut.
Gadis itu masih diam. Ia sungguh trauma akan kejadian barusan, dan tidak mengetahui siapa yang membekapnya, namun perbuatannya sungguh meninggalkan rasa trauma yang dalam.
"Cobalah cerita, agar ibu tau masalahmu," wanita itu masih terlihat tenang dan mencoba membujuk puterinya agar menceritakan masalah yang saat ini sedang dihadapinya.
"I-itu, itu tadi ada yang tutup mulut kakak dan badan kakak dipegang-pegang begini." ucapnya dengan sesenggukan sembari memperagakan peristiwa yang dialaminya.
Duuuuuuaaar
Bagaikan disambar petir, ia merasakan dunianya runtuh saat mendengar pengakuan dari anak perempuannya.
Mencoba menahan segala emosinya, ia mendekap puterinya dan rasanya ingin ia cabik siapa yang sudah lancang untuk membuat puterinya dilecehkan.
"Apakah kakak mengenali orangnya?" tanya sang ibunda dengan bibir bergetar.
Dayanti menggelengkan kepalanya. "Dia tutup mulut kakak dari arah belakang." jawabnya sembari menangis.
Wanita itu melepaskan dekapannya "Lalu bagaimana kakak bisa lolos? Apakah dia ada memasukkan sesuatu di ini, Kakak?" sang bunda menunjuk sesuatu yang sensitif dibagian tubub puterinya.
Dayanti menggelengkan kepalanya. "Tadi kakak tusuk dia pakai besi pagar dibagian itunya," ungkap sang gadis kecil.
Wanita itu merenung sejenak. "Syukurlah, mulai saat ini kakak jangan pernah keluar rumah tanpa ijin dari ibu,"
Dayanti menganggukkan kepalanya. Ia merasa lega setelah dapat mengungkapkan apa yang membuatnya takut.
"Ibu pastikan orang itu tidak akan pernah mengganggumu lagi." janji sang ibunda.
Dayanti mendekap ibunya dan sesenggukannya mulai berkurang.
"Baiklah, mari kita makan." wanita itu mengambil.sepiring nasi yang tadi ia letakkan diatas meja nakas. Namun sejujurnya hatinya sangat kacau, dan ia akan menemukan siapa pelakunya dan tidak akan memberi ampun pada orang tersebut.
Dayanti menyantap makanannya dan ia merasa sangat aman saat berada didekat sang ibunda.
Ditempat lain, pria yang tadi telah membuat teror mengerikan pada gadis kecil itu terlihat sangat uring-uringan. Ia tak dapat tenang karena sudah menyentuh sebagian tubuh dengan kulit.yang begitu halus dan kenyal.
"Aaaaaaaa." ia mengacak rambutnya dengan sangat kasar dan merasakan frustasi karena tidak dapat menyalurkan keinginan liarnya.
"Kenapa kamu cepat pulang, Kang?" tanya seseorang yang saat ini sedang menggelung rambutnya seperti cangkang siput.
"Eh, anu, tadi kepala akang sakit," jawabnya berbohong.
"Oh, apakah Kang Wicaksono tau kalau akang pulang cepat?" tanyanya lagi, sembari duduk ditepian ranjang.
"Tau, karena tadi akang pamitan," pria itu terlihat gugup.
"Ya sudah, aku buatin kopi hitam ya." wanita itu beranjak dari tempatnya dan menuju dapur untuk membuatkan secangkir kopi.
apa jangan-jangan kematian Dayanti itu ulah paman nya yaa ❓❓
ohh pasti yg bikin yanti jelek ya dia itu
hadehhh dasar