Meidina ayana putri, gadis kelas 2 SMA yang selalu membuat kedua orang tuanya pusing karena kenakalannya.
Namun sebuah insiden membuat hidup gadis badung itu berubah total
Bagaimana perjuangan gadis badung itu dalam menjalani takdir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cium tangan
Jam tujuh malam selesai menidurkan Aaran, Nana kembali berkutat dengan buku-buku pelajarannya.Gadis itu berusaha keras ingin mendapatkan nilai terbaik ujian nasional disekolahnya yang akan dilaksanakan sebentar lagi.
Tak ingin mengganggu konsentrasi Nana yang sedang belajar, Adit memilih keluar dan duduk diteras belakang menikmati semilir angin dengan ditemani cahaya bulan.
Kursi kayu diteras belakang ini adalah tempat pavoritnya. Tempat ternyaman jika ia merasa suntuk dengan segala rutinitas.
Tak disangka setelah perceraiannya dengan Andini, ia akan kembali lagi kerumah ini dengan status yang sama ya itu sebagai menantu. Status yang sudah ia lepas lebih dari setahun yang lalu.
Adit menoleh ketika ayah mertuanya datang dengan membawa secangkir kopi. Perlahan ia menggeser duduknya sedikit ketika mertuanya duduk disebelahnya.
Ada rasa gugup tiba-tiba datang menghampiri hati Adit. Sejak peristiwa tempo hari dimana ia mendapat amukan dari mertuanya itu hubungan mereka tidak sehangat dulu.
Adit sama sekali tidak marah ketika ayah menghajarnya karena ia memang pantas mendapatkan nya.
Ayah mertuanya itu sepertinya belum bisa memaafkan kesalahan yang sudah Adit perbuatan terhadap putri bungsunya.
Keduanya diam tak ada yang mengeluarkan suara. Entah mengapa lidah Adit pun rasanya kelu tidak mampu untuk mengeluarkan kata.
"Ada satu yang ingin ayah tanyakan" ucap ayah memecah kesunyian.
Mata ayah menatap lurus kedepan,seolah enggan menatap menantunya itu.
Adit menoleh, hatinya menjadi tak karuan.Dulu ia tidak secanggung ini dengan mertuanya.
"Apa orangtuamu tidak tau tentang pernikahan kalian? " tanya ayah
Adit diam tak bergeming, sebetulnya itu juga yang selama ini mengganjal dihati Adit.
Adit belum berani memberi tau kedua orangtua nya tentang pernikahannya dengan Nana.
Adit sengaja belum memberitahukan karena Ia takut mama papanya akan menolak karena hubungan kedua keluarga itu benar-benar tidak baik setelah perceraiannya dengan Andini.
"Saya menunggu waktu yang tepat untuk memberi tau mereka " jawab Adit.
"Ayah mengerti, pasti keluarga kamu tidak akan setuju kamu menikahi putri ayah lagi" ucap ayah lirih.
"Tapi ayah titip Nana sama kamu, tolong jangan sakiti dia. Perlu kamu tau diawal kehamilannya Nana sempat depresi bahkan sampai ditangani psikolog. Walaupun bandel tapi sebetulnya dia anak yang baik. Jika perlakuan Nana kepadamu masih belum baik, ayah minta kamu bisa bimbing dia. Karena seburuk apapun kelakuannya, Nana sekarang adalah istri kamu "
nasehat ayah
"tidak apa-apa yah, Adit maklum.Wajar Nana benci pada saya karena saya yang seharusnya menjaga dia malah menghancurkan masa depannya " ucap Adit getir
"Sebetulnya ayah senang kamu kembali menjadi menantu ayah, namun yang ayah sesali kenapa kamu datang kembali dengan cara seperti itu " ucap ayah
"maafkan saya " Adit menunduk penuh rasa penyesalan.
Suasana kembali hening, ayah menyesap kopinya kemudian meletakannya di meja kayu.
"Yah, bolehkah saya minta satu permintaan ? " tanya Adit.
"katakan! " ucap ayah
"Tolong jangan beri Nana uang jajan " pinta Adit. Ayah mengernyit
"kenapa? " tanya ayah
"beri kesempatan saya sebagai suaminya untuk menafkahi istri saya " ucap Adit lirih "Selama ini Nana selalu menolak uang pemberian saya karena ia sudah mendapat kan uang jajan dari ayah " jawab Adit
"baiklah,mulai bulan depan ayah tidak akan memberi Nana uang jajan " ucap ayah sambil tersenyum.
"terimakasih " ucap Adit
"Sudah malam, ayah istirahat dulu " Ayah bangkit kemudian meninggalkan Adit yang masih termangu. Tak lama kemudian Adit pun kembali ke kamar.
Begitu masuk ke dalam kamar, Adit mendapati Nana tertidur dengan posisi memeluk Aaran.Sudut bibir Adit menyungging sebuah senyuman tipis. Meski Nana selalu bersikap judes namun Adit sebetulnya sangat menyayangi gadis itu.
Mungkin untuk saat ini rasa sayang Adit pada Nana masih sebatas sayang kakak terhadap adiknya, namun setidaknya itu lebih baik dibanding Nana yang hanya mempunyai rasa benci untuk Adit.
Adit merebahkan tubuhnya disisi ranjang yang lain dengan posisi tubuh miring menghadap Aaran dan Nana.Satu tangan Adit terulur memeluk dua wanita disampingnya sebelum akhirnya ia pun tertidur.
*
*
*
*
*
Lantunan suara adzan subuh membangunkan Nana. Disaat yang bersamaan Adit pun membuka matanya. Mereka bergantian ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum melaksanakan solat subuh.
"kita solat berjamaah " ajak Adit
Nana yang sedang memakai mukenanya terhenyak mendengar Adit mengajaknya solat berjamaah. Namun tak ada alasan untuk Nana menolak. Akhirnya mereka pun solat subuh berjamaah dikamar mereka.
Selesai solat, lagi-lagi Nana terhenyak ketika Adit menyodorkan tangan kanannya. Dengan risih Nana mengambil tangan Adit dan mencium punggung tangannya.
Ini untuk yang pertama kalinya Nana mencium tangan suaminya.Bahkan dulu ketika setelah selesai akad nikah pun Nana tidak sempat mencium tangan Adit karena ia langsung tak sadarkan diri.
Ada senyum tipis disudut bibir Adit ketika punggung tangannya bersentuhan dengan bibir Nana, bibir yang pernah ia sentuh meski sedang dalam keadaan mabuk.
Nana melipat mukena dan sajadah yang dipakainya dan Adit, kemudian menyimpannya dilemari.Kemudian ia pergi ke dapur untuk membuat makan untuk Aaran.
Selesai membuat makan Aaran, Nana kembali ke kamarnya, Nana langsung membalikan badannya ketika dilihatnya Adit sedang memakai baju.
"kalau lagi ganti baju pintunya kunci dong " omel Nana
"iya maaf, mas Adit lupa " jawab Adit.
Dengan wajah masam Nana mengambil baju seragam sekolahnya dan memakainya dikamar mandi.
"Aaran ibu pergi dulu ya jangan rewel " Nana mencium pipi bulat Aaran yang masih terlelap.
"Papi pergi dulu ya sayang " Adit pun melakukan hal yang sama, mencium pipi Aaran.
Setelah keduanya siap mereka pun turun untuk sarapan sebelum memulai aktifitas. Seperti biasa Adit mengantarkan Nana ke sekolah terlebih dahulu sebelum ia ke kantor.