NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang Misterius

Satu piring ceker dengan bumbu pedas sudah siap untuk di eksekusi oleh Nara.

"Yakin kamu mau makan ini Nar?".

"Memangnya kenapa Mas? Aku sering memakannya".

Vian sedikit geli melihat tumpukan ceker dengan warna merah serta taburan biji cabai yang terlihat memenuhi setiap sela.

"Tidak apa-apa, makanlah".

Nara mulai mengeksekusi satu persatu ceker di hadapannya, cara makan Nara yang lahap dan terlihat nikmat membuat Vian cukup penasaran.

"Apa seenak itu sayang?", tanya Via yang melihat Nara begitu menikmati ceker pedasnya.

"Hu.um Mas, enak banget rasanya kenyal, lembut dan empuk. Cobalah Mas".

Gadis itu menggeser piring mendekat ke arah Vian. Vian yang sudah selesai meminum jusnya lantas meletakkan gelas itu di atas meja kemudian beralih mengambil satu buah ceker ayam dan mencium baunya. Di rasa bau dari ceker itu aman di indra penciumannya, Vian mulai menggigit satu jari ceker tersebut, mengecap kemudian mengunyahnya.

"Tulangnya di buang Mas jangan di telan".

"Em, ini cukup enak".

"Benarkan apa kataku Mas, ceker memang enak jika di masak pedas seperti ini".

Vian mulai memakan habis satu ceker yang sebelumnya ia ambil, namun perhatian Nara teralihkan saat melihat bibir Vian yang penuh dengan noda sambal. Nara mengambil tisu lantas meminta Vian untuk mendekatkan wajahnya, gadis itu mengusap pelan bibir Vian dengan tisu. Perhatian dari Nara membuat laki-laki itu mengulum senyum.

"Terimakasih sayang".

"Sama-sama Mas. Em, Mas mau tau cara makan ceker agar bumbunya tidak belepotan ndak?".

"Memakan ceker juga ada caranya?".

"Tentu saja ada, cara makannya itu lebih baik memisahkan kulit dan daging ceker ayam di dalam mulut, bukan menggerogoti langsung di luar bibir seperti yang Mas lakukan tadi. Selain belepotan bibir Mas bagian luar pasti akan ikut merasa panas".

Vian mengangguk mengerti, ia mulai mengambil ceker ayam dan memakannya sesuai cara yang di ajarkan oleh istrinya.

Tidak sampai setengah jam satu piring ceker ayam itu habis tidak tersisa, hanya meninggalkan tulang belulang yang telah di mutilasi oleh keduanya.

Perhatian keduanya teralihkan oleh teriakan Mama Arin yang memanggil nama mereka. Perempuan paruh baya yang masih terlihat muda itu mengenakan setelan jas dan rok span selutut dengan menenteng sebuah tas itu datang mendekat, ia mengernyit saat mendapati sepiring tulang tak berdaging di depan anak dan menantunya.

"Ternyata kalian berdua ada disini, pantas saja tadi Mama sama Papa cariin tidak ada didalam".

"Mama sama Papa baru pulang?".

"Iya sayang".

"Maaf ya Ma tangan kami kotor", ucap Nara yang merasa tidak enak karena tidak bisa menyalami tangan Ibu mertuanya.

"Tidak masalah sayang, ngomong-ngomong yang kalian makan itu ceker ayam ya?", tanya Mama Arin setelah menajamkan penglihatannya dan Nara mengangguk sebagai jawaban.

"Kamu juga memakannya Vian?".

"Iya, ini enak Ma", ucap lelaki itu sembari mengunyah potongan tulang yang masih berada didalam mulutnya.

"Hal baru sayang, tetapi it's oke, lakukan apapun yang kamu suka".

"Ma", panggil Papa Agam dari kejauhan.

"Iya Pa, sebentar. Ya sudah Papa dan Mama ke atas dulu ya, mau bersih-bersih badan dulu, sampai bertemu di meja makan malam nanti".

"Baik Ma".

Sepeninggalan Mama Arin, Nara menatap intens wajah suaminya yang masih sibuk dengan satu ceker ayam yang masih ia makan, hingga laki-laki itu menyadarinya dan menatap balik wajah istrinya.

"Ada apa Nar? Apa ada sambal di bibirku?".

Nara menggeleng, gadis itu yang semula duduk tegak kini menyenderkan punggungnya, masih dengan menatap suaminya. "Memakan ceker ayam itu hal baru, wow orang kaya memang beda", batin gadis itu heran.

Makan malam hari ini tidak hanya mereka berempat saja namun mereka juga mengundang Egi dan Aryan. Keenam orang itu makan dengan lahap apalagi malam ini Nara ikut terjun langsung ke dapur sehingga makan malam kali ini tidak hanya hidangan menu mewah yang tersedia namun menu rumahan yang biasa Nara masak.

“Ini benar kamu yang masak Nar, luar biasa selain cantik kamu juga pintar memasak. Benar-benar istri idaman”, ucap Egi dengan mulut penuh dengan nasi yang tercampur dengan lalapan dan sambal terasi.

“Iya, aku akan mencari istri yang cantik dan pintar memasak sepertimu”, imbuh Aryan.

Kedua laki-laki jomblo itu tidak henti-hentinya memuji masakan istri Vian, membuat yang punya istri sedikit tidak suka.

Nara yang mendengar pujian mereka hanya mengangguk, berterima kasih dan tersenyum canggung. “Apa mereka tidak pernah makan daun kemangi dan sambal terasi?”, batin Nara yang melihat kedua laki-laki itu menghabiskan satu mangkok sambel terasi yang jika Nara perkirakan akan butuh beberapa hari untuk menghabiskannya namun tidak di tangan kedua lelaki tersebut.

“Nara jangan kaget ya, mereka berdua memang sangat menyukai makanan sederhana seperti ini jadi jika makanan sebanyak ini habis maka maklumi saja ya”, ucap Mama Arin seakan tahu isi pikiran menantunya.

“Eh iya Ma, tidak apa-apa, Nara malah senang jika masakan buatan ku dapat di terima”.

“Lain kali jika Nara memasak lagi tidak usah mengundang mereka Ma, sayang-sayang bahan makanan kita akan cepat habis nantinya”, ucap Vian yang sejak tadi hanya diam, perkataannya pun di sertai dengan tatapan tajam yang melirik kedua Omnya.

“Hais, seperti orang tak berduit saja kau Vian, punya makanan enak itu di bagi-bagi bukan di kekepin sendiri".

"Terserah aku".

Semuanya tertawa, ke enam orang itu makan dengan suka, mereka saling melempar candaan, keluarga ini tidak menerapkan sistem seperti orang kaya yang terhormat seperti keluarga lainnya di mana mereka masih bisa mengobrol santai saat makan, tidak seketat mungkin menjaga sikap dan tidak boleh mengeluarkan suara saat makan. Bukankah hal itu akan membuat suasana hambar?

Setelah selesai makan, mereka pindah ke ruang keluarga untuk bersantai.

"Apa kau belum kenyang? Kau menghabiskan tiga porsi nasi dan sekarang kau meminta pelayan membawakan mu cemilan?", ucap Egi kepada Aryan yang baru saja menerima satu toples penuh yang berisi camilan bertekstur renyah dari pelayan.

"Tidak masalah untukku, masih ada tempat yang tersisa untuk camilan ini", jawab enteng Aryan sembari memasukkan satu persatu keripik pangsit ke mulutnya. Melihat itu Egi dan lainnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, luar biasa memang. "Benar-benar akan habis stok makananku".

"Astaga, semenjak kehilangan ingatan kenapa kau jadi pelit seperti ini?".

Vian hanya berdecih, sejak tadi laki-laki itu hanya memasang wajah masam dengan terus menggenggam tangan istrinya.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaanmu Vian?".

"Seperti yang terlihat, aku baik-baik saja".

"Bukan itu maksudku, maksudku adalah ingatanmu apa ingatanmu sedikit demi sedikit sudah kembali?".

"Ah iya Vian, datanglah ke Rumah Sakit bersama dengan Aryan, semenjak kedatanganmu kemari kamu belum memeriksakan diri kan!", ucap Papah Agam yang di angguki oleh semuanya.

"Tidak perlu Pa, tidak ada keluhan. Aku baik-baik saja", tolak Vian.

Aryan hanya mengangguk, sekali tidak mau maka lelaki itu akan kekeh dengan keputusannya, lagi pula Aryan juga melihat jika Vian dalam kondisi yang baik.

Malam telah larut sebagian makhluk di bumi telah mengistirahatkan tubuh serta pikirannya dengan tidur namun tidak dengan seorang laki-laki paruh baya yang masih sibuk diruang kerjanya. Laki-laki itu tengah memeriksa beberapa berkas penting yang belum sempat ia pelajari di kantor sebelumnya, namun memang ada tujuan lain yang membuatnya tetap terjaga yakni ia tengah menunggu seseorang.

“Permisi Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda”, ucap salah satu pelayan setelah ia di persilahkan masuk.

Pak Farhan yang memang tahu siapa tamu yang di maksud segera meminta pelayan itu untuk mengantarkannya kemari. Tak lama seorang lelaki berpakaian serba hitam dengan menggunakan topi dan masker memasuki ruang kerja Pak Farhan.

“Silahkan duduk, aku sudah lama menunggumu”.

“Terimakasih”, ucap orang itu sembari mendudukkan diri di kursi tepat di hadapan Pak Farhan yang terhalang sebuah meja kerja.

“Langsung saja, kabar apa yang kau bawa”.

“Dia masih lupa ingatan, ini kedua kalinya aku bertemu dengannya, dan aku yakin jika ingatannya masih belum kembali”.

“Tetapi dia mengenaliku?”.

Orang bermasker hitam itu menatap tajam Pak Farhan yang masih meragukan ucapannya. “Terserah jika kau tidak percaya”. Orang misterius itu bangkit berdiri dan meninggalkan ruang kerja Pak Farhan tanpa mengucap sepatah katapun namun sebelum itu ia meletakkan sebuah kertas yang terlipat rapi di meja.

Pak Farhan mengambil kertas itu dan membukanya, laki-laki itu tersenyum sembari melipat kembali kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam laci.

Selepas kepergian lelaki misterius itu istri Pak Farhan masuk ke ruang kerja suaminya sembari membawa secangkir kopi di tangannya.

“Ini kopimu Pa”, ucap Bu Ratna sembari meletakkan secangkir kopi di atas meja tepat di hadapan suaminya. Kemudian duduk di kursi yang sebelumnya di duduki oleh tamu Pak Farhan.

Pak Farhan mengangguk lantas mengambil cangkir kopi dan menyeruputnya.

“Bagaimana Pa? Apa ada sesuatu yang kita dapatkan?”.

“Ya, dia mengatakan jika Vian memang mengalami amnesia dan ingatannya juga belum kembali. Bagaimana menurutmu? Apa kau percaya?’.

“Tentu saja iya Pa, orang suruhanmu bukanlah orang yang bisa kita ragukan, lagi pula Agam juga bukanlah orang yang bisa kita remehkan, ia pasti sudah merencanakan ini semua”.

“Iya kau benar Ma. Mereka pasti sudah menyiapkan ini dengan matang”.

Pak Farhan berpikir keras, ia harus memikirkan cara untuk menjebak Vian, laki-laki itu ingin membuktikan kebenarannya. Jika terbukti benar jika Vian mengalami amnesia maka mereka bisa menjadikan putra semata wayangnya sebagai pemimpin Perusahaan.

“Pa, menyangkut masalah Vian, mengenai gadis yang ia akui sebagai istrinya, aku masih tidak mengerti bagaiman bisa tiba-tiba Vian menikah dengannya, kau tau sendiri bukan jika anak itu sangat anti dengan yang namanya perempuan setelah hubungannya dengan gadis sombong itu berakhir, Apa Papa sudah mendapatkan informasi tentang itu?”.

“Iya,tetapi hanya sebatas informasi mengenai asal-usul gadis itu yang berasal dari kelurga biasa, selebihnya tidak ada”.

“Bagaimana bisa Pa, bukankah kamu telah menyewa detektif hebat?”.

“Memang benar, tetapi itu kenyataannya”.

Jelas saja jika informasi mengenai hal itu tidak dapat Pak Farhan dapatkan tentu saja semua itu adalah ulah Johan yang membungkam semua bukti serta saksi hidup yang mengetahui fakta kejadiannya atas perintah dari Papa Agam dengan memberikan sejumlah uang untuk menutup mulut mereka.

1
Antok Antok
Sepertinya aku yang pertama.... lanjut Thor
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!