Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.
Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.
Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Sea merasakan tubuhnya sedikit lemas saat ia berdiri di dapur, menyiapkan sarapan untuknya dan Aldo. Aroma telur orak-arik yang biasanya menggugah selera kini justru membuat perutnya terasa mual. Ia mengerutkan kening, menutup mulutnya dengan tangan, lalu bergegas ke wastafel, merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Aldo yang baru saja keluar dari kamar langsung menghampiri Sea dengan wajah khawatir. "Sayang, kau baik-baik saja?"
Sea mengatur napasnya, meneguk air putih yang disiapkan Aldo. "Aku tidak tahu, perutku tiba-tiba terasa mual."
Aldo menyentuh dahinya, memastikan ia tidak demam. "Sejak kapan kau merasa seperti ini?"
Sea mengingat-ingat. "Beberapa hari terakhir aku merasa cepat lelah dan pusing. Tapi kupikir hanya karena aku sibuk dengan kelas memasak."
Aldo menatapnya, seakan memikirkan sesuatu. "Sea, apakah mungkin... kau hamil?"
Sea terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia memang belum memeriksa siklusnya belakangan ini, dan kini, setelah Aldo menyebutkan kemungkinan itu, semuanya terasa masuk akal.
"Aku harus memastikan dulu," ucap Sea akhirnya. "Aku akan membeli test pack nanti."
Aldo menggenggam tangannya. "Tidak perlu menunggu. Aku akan membelikannya sekarang juga."
Tanpa menunggu jawaban, Aldo segera mengambil kunci mobilnya dan pergi ke apotek terdekat. Sementara itu, Sea duduk di kursi dapur, hatinya berdebar kencang. Jika benar ia hamil, ini akan menjadi perubahan besar dalam hidup mereka. Ia tak bisa menahan senyum kecil yang muncul di wajahnya.
Tak lama kemudian, Aldo kembali dengan beberapa test pack di tangannya. "Kita pastikan sekarang, sayang. Aku di sini bersamamu."
Sea mengangguk dan masuk ke kamar mandi dengan perasaan campur aduk. Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan mata berkaca-kaca, menatap Aldo yang menunggu dengan cemas.
"Aldo... hasilnya positif," ucapnya dengan suara bergetar.
Aldo membeku sejenak, kemudian wajahnya bersinar penuh kebahagiaan. Ia menarik Sea ke dalam pelukan erat. "Kita akan menjadi orang tua, Sea!"
Sea tertawa kecil di tengah air matanya. "Aku masih tidak percaya. Aku akan menjadi seorang ibu."
Aldo mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang. "Dan aku akan menjadi ayah yang selalu ada untukmu dan anak kita. Aku sangat bahagia, Sea."
Hari itu, kebahagiaan mereka bertambah dengan kabar baru yang mengubah hidup mereka selamanya. Sea dan Aldo kini bukan hanya sepasang suami istri yang saling mencintai, tetapi juga calon orang tua yang siap memulai perjalanan baru bersama.
---
Hari-hari berikutnya, Sea mulai merasakan perubahan dalam tubuhnya. Mual di pagi hari semakin sering terjadi, dan terkadang ia merasa lelah meskipun hanya melakukan aktivitas ringan. Aldo yang menyadari hal itu langsung mengambil alih banyak tugas rumah tangga, bahkan memasak untuknya.
"Aku bisa memasak sendiri, Aldo," protes Sea suatu pagi saat Aldo sedang sibuk di dapur.
Aldo meliriknya sekilas sambil membalik roti panggang. "Tidak, kau harus istirahat. Aku ingin memastikan kau dan bayi kita sehat."
Sea tersenyum, merasa sangat diperhatikan. "Kau benar-benar suami yang luar biasa."
"Dan kau adalah istri yang luar biasa," balas Aldo sebelum meletakkan piring berisi roti panggang dan telur di hadapan Sea.
Setelah sarapan, mereka pergi ke dokter kandungan untuk memastikan kondisi kehamilan Sea. Di klinik, dokter menyambut mereka dengan ramah sebelum melakukan pemeriksaan USG. Saat layar menunjukkan gambar janin kecil di dalam rahimnya, mata Sea berkaca-kaca. Aldo menggenggam tangannya erat.
"Itu anak kita," bisik Aldo dengan suara penuh emosi.
Sea menatap layar dengan takjub. "Ya... dia benar-benar ada di sana."
Dokter tersenyum. "Selamat, kehamilan Anda masih sangat awal, tapi semuanya terlihat baik. Pastikan untuk makan makanan sehat dan cukup istirahat."
Sepulang dari klinik, Sea dan Aldo tidak bisa berhenti tersenyum. Mereka mulai berdiskusi tentang banyak hal, dari nama bayi hingga bagaimana mereka akan membesarkan anak mereka nanti.
Minggu-minggu berlalu, dan perut Sea mulai sedikit membesar. Aldo semakin protektif, tidak mengizinkannya melakukan pekerjaan berat. Bahkan, ia mulai membatasi aktivitas Sea di dapur.
"Aldo, aku hanya ingin memasak sedikit sup," keluh Sea sambil melipat tangan di dada.
Aldo menggeleng tegas. "Tidak. Aku yang akan memasak. Kau hanya perlu duduk dan menikmati makanan."
Sea tertawa kecil. "Kau benar-benar suami dan calon ayah yang protektif."
Aldo tersenyum bangga. "Tentu saja. Aku ingin memastikan kau dan bayi kita baik-baik saja."
Sea akhirnya mengalah dan membiarkan Aldo mengurus semuanya. Setiap malam, Aldo dengan sabar mengusap perutnya, berbicara pada bayi mereka, dan mengatakan betapa ia mencintai mereka berdua.
Suatu hari, Sea merasakan gerakan kecil di perutnya. Ia terkejut dan langsung memanggil Aldo yang sedang bekerja di ruangannya.
"Aldo! Cepat ke sini!"
Aldo berlari dengan wajah panik. "Ada apa? Kau baik-baik saja?"
Sea menggenggam tangannya dan meletakkannya di perutnya. "Rasakan ini. Bayi kita bergerak!"
Aldo menahan napas, lalu matanya membesar saat merasakan gerakan halus dari dalam perut Sea. "Ya Tuhan, aku merasakannya!"
Mata Aldo berkaca-kaca, dan ia langsung mencium perut Sea. "Hei, Nak, ini Ayah. Aku tidak sabar bertemu denganmu. Kami sangat mencintaimu."
Sea tersenyum haru. "Aku tidak pernah membayangkan momen seperti ini akan datang. Aku sangat bahagia, Aldo."
"Aku juga, sayang," jawab Aldo, lalu mencium keningnya.
Mereka tahu bahwa perjalanan mereka sebagai orang tua baru saja dimulai. Namun, dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka yakin bisa menghadapi segala tantangan yang ada di depan mereka.