Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Sejak kejadian semalam, rasanya Fara menjadi canggung ketika bertemu dengan Pak Aslan. Pagi-pagi saja, dia sudah berpapasan di dekat gerbang, Ayahnya juga sempat menyapa Pak Aslan terlebih dahulu. Untunglah, Arsyad dan teman lainnya tidak melihat kejadian itu.
Setiap pagi Pak Aslan memang selalu berdiri di dekat pos satpam untuk mengawasi murid-murid yang datang pagi hari itu dan memastikan tidak akan ada lagi yang datang terlambat.
"Pagi, Pak Aslan. Senangnya pagi-pagi sudah disambut oleh Pak Aslan." Ayla melewati gerbang sekolah dan berhenti di depan Pak Aslan.
Mendengar suara Ayla, Fara menghentikan langkahnya. Dia sengaja menunggu Ayla yang sedang tebar pesona dan senyum untuk Pak Aslan. Saat dia menatap Ayla justru pandangannya bersirobok dengan Pak Aslan.
Buru-buru Fara mengalihkan pandangannya. Dia sangat kesal dengan Pak Aslan. Sebagai lelaki harusnya dia menolak tegas perjodohan itu. Akhirnya dia berjalan pelan sambil menunggu Ayla.
"Fara!" panggil Ayla. Kini mereka berjalan bersama menuju kelas. "Gue harus semangat di jam pertama ada mapelnya Pak Aslan."
Fara hanya memutar bola matanya. Tapi kini dia merasa bersalah, bagaimana perasaan Ayla jika tahu Pak Aslan telah dijodohkan dengannya. Apakah Ayla akan memusuhinya?
"Lo kenapa sih naksir amat sama Pak Singa. Cowok lain yang masih muda dan ganteng kan banyak. Cari yang kaya dan mapan lo juga bisa." kata Fara.
Ayla tersenyum penuh arti. "Wajah dan kekayaan boleh bersaing tapi gue yakin tipikal Pak Aslan itu ketika sudah jatuh cinta dia pasti akan setia dengan pasangannya. Yakin deh!"
Fara hanya mengerutkan dahinya. Dia tak menimpali perkataan Ayla lagi.
"Far," Arsyad kini ikut berjalan di samping Fara. "Nanti pulang sama aku yuk?"
Fara terdiam beberapa saat. "Tapi aku dijemput sama Ayah." katanya pelan. Ssbenarnya dia juga sangat ingin pulang bersama Arsyad.
"Ya udah, gak papa lain kali aja." Arsyad menggandeng tangan Fara saat masuk ke dalam kelas.
"Awas, gak boleh bermesraan di sekolah. Nanti kena hukuman lagi loh." kata Ayla sambil mendahului mereka duduk di bangkunya.
Mereka berdua hanya tersenyum lalu duduk di meja yang sama.
"Kapan lagi bisa berduaan selain di sekolah." kata Arsyad. Rasanya waktu untuk berduaan dengan Fara sudah tidak ada lagi selain di sekolah. Kini dia menyesal, kenapa tidak sedari dulu saja dia jadian dengan Fara. Dia justru menunggu masa jabatannya sebagai ketua OSIS berakhir, karena sebagai ketua, dulu dia tidak mau memberi contoh buruk.
"Iya, Ayah makin protektif aja. Aku sebel." Fara menghela napas panjang. Apalagi saat mengingat perjodohan itu, rasanya dia semakin kesal.
"Kawin lari aja yuk!" goda Arsyad.
"Ayo, kapan?" Fara justru mengiyakan ide gila Arsyad itu. Meski dia tahu itu hanyalah candaan.
"Woy, capek kawin sambil lari." tawa Dani pecah saat mendengar percakapan dua sejoli itu. "Mau hubungan kalian cepat direstui. Ehem-ehem dulu sampai jadi, pasti kalian langsung dinikahin."
Arsyad melempar Dani dengan bukunya. "Jangan buat masalah baru saat akan menyelesaikan sebuah masalah."
Mereka semua tertawa dan saling beradu argumen. Geng huru hara itu memang selalu membuat keributan di kelas, tanpa sadar jika Pak Guru yang akan mengajar di jam pelajaran pertama sudah berdiri di depan kelas.
"Kalian gak dengar, bel sudah berbunyi!"
Seketika mereka terdiam. Arsyad yang saat itu tengah duduk di samping Fara belum berpindah.
"Kalian kembali ke tempat duduk masing-masing."
Arsyad sadar diri, dia pun kembali ke tempat duduknya. Karena memang peraturan sejak awal tidak boleh duduk sebangku dengan lawan jenis saat pelajaran berlangsung.
Setelah mengucap salam dan berdo'a, Pak Aslan memulai pelajaran hari itu. Dia menulis di papan tulis sambil menerangkan materi yang diajarkannya.
"Pak, itu angka 100 ya?" tanya Ayla tiba-tiba.
Pak Aslan menghentikan tulisannya dan menatap Ayla. "Iya."
"100 persen cintaku padamu, Pak." kata Ayla yang seketika memancing keributan seisi kelas.
"Ingin kukatakan cinta tapi hati ini malu jadinya..." Dani menyambungnya dengan sebuah nyanyian yang mirip di sebuah video yang pernah beredar di sosial media.
"Engkau masih anak sekolah, pagi pulang pagi..." lanjut Lili dan Nia menyambung lagu itu.
"Kalian kira kita anak TK, pergi pagi pulang pagi." Arsyad tertawa terbahak bersama Erik.
Sedangkan Fara hanya terdiam saja. Dia bisa menebak pasti Pak Aslan sebentar lagi akan kerasukan singa nya.
"Diam!" bentak Pak Aslan.
Tepat sekali dugaan Fara. Pak Aslan tidak mungkin bisa diajak bercanda. Jelas sangat berbeda dengan ekspektasi di video yang beredar.
"Saya sangat tidak suka ada siswa yang bercanda terlalu berlebihan seperti ini! Saya sedang menerangkan! Harusnya kalian menghargai guru yang menerangkan di depan kelas!"
Seketika mereka semua terdiam.
"Kalian semua yang barusan bercanda segera maju ke depan!"
Geng huru hara itu justru saling senggol.
"Cepat!" bentak Pak Aslan lagi.
Ayla, Lili, dan Nia akhirnya maju ke depan. Kemudian disusul oleh Arsyad, Dani, dan Erik.
Fara hanya menatap teman-temannya itu. Kalau bukan Pak Aslan, mungkin dia juga akan menimpali candaan mereka. Tapi dia kini sangat malas berurusan dengan Pak Aslan lagi.
Pak Aslan melipat kedua tangannya sambil menatap mereka satu per satu. "Kalian bersihkan perpustakaan sekarang juga!"
Mereka tak berkata lagi.
"Kalau kalian tidak mengerjakannya dan justru ke kantin, hukuman kalian akan bertambah dengan membersihkan toilet juga!" tegas Pak Aslan.
"Iya, Pak." jawab mereka secara bersamaan. Mereka berenam keluar dengan teratur dari kelas.
Pak Aslan menghela napas panjang. Kemudian dia melanjutkan lagi pelajarannya hari itu.
Kini mereka berenam sampai di perpustakaan. Penjaga perustakaan segera membagi tugas untuk mereka berenam. Mereka tetap mengerjakan hukuman itu sambil mengobrol.
"Gak enak gak ada Fara. Tumben banget dia diam aja." kata Lili sambil membersihkan debu-debu di rak buku.
"Iya, duh, kasihan dia ditekan sama Ayahnya. Bang Arsyad bantu Fara dong, kasihan, katanya dia juga mau dijodohkan. Bisa kandas hubungan lo sama Fara."
Arsyad menghela napas panjang. Dia kini bersandar di tembok. "Gue juga gak tahu. Gue sadar diri masih sekolah. Gue gak mungkin ajak Fara ke hubungan yang lebih serius."
"Usaha dong, usaha." kata Erik. "Samperin Ayahnya, bilang kalau lo serius sama Fara."
"Gue cuma gak mau Fara semakin ditekan. Karena pasti bukan gue yang dimarahi, tapi Fara." kata Arsyad lagi.
"Sabar. Kalau jodoh gak akan kemana." kata Dani. "Tapi mungkin bisa dipaksa." Dani memberi kode agar Arsyad melakukan hal diluar batas.
"Gila! Gue gak bakal merusak hidup Fara. Perjalanan kita masih panjang. Kalau seandainya dia memang gak berjodoh sama gue, ya gue cuma bisa doakan kebahagiaan dia. Mungkin gue memang bukan yang terbaik buat dia."
"Duh, dalam banget."
💞💞💞
.
Like dan komen ya...
sayang ama papa aslan