NovelToon NovelToon
Sigma Love Story : The Boy

Sigma Love Story : The Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Identitas Tersembunyi / Preman
Popularitas:99.9k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Axel Rio terjebak bertahun-tahun dalam kesalahan masa lalunya. Ia terlibat dalam penghilangan nyawa sekeluarga. Fatal! Mau-maunya dia diajak bertindak kriminal atas iming-iming uang.
Karena merasa bersalah akhirnya ia membesarkan anak perempuan si korban, yang ia akui sebagai 'adiknya', bernama Hani. Tapi bayangan akan wajah si ibu Hani terus menghantuinya. Sampai beranjak dewasa ia menghindari wanita yang kira-kira mirip dengan ibu Hani. Semakin Hani dewasa, semakin mirip dengan ibunya, semakin besar rasa bersalah Axel.
Axel merasa sakit hati saat Hani dilamar oleh pria mapan yang lebih bertanggung jawab daripada dirinya. Tapi ia harus move on.
Namun sial sekali... Axel bertemu dengan seorang wanita, bernama Himawari. Hima bahkan lebih mirip dengan ibu Hani, yang mana ternyata adalah kakak perempuannya. Hima sengaja datang menemui Axel untuk menuntut balas kematian kakaknya. Di lain pihak, Axel malah merasakan gejolak berbeda saat melihat Hima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Office Hour

“Udah jam 3 sore!!” Devon berteriak pura-pura histeris. Belakangan aku merasa dia nih udah caper, berisik, slenge'an pula. Tapi menyebalkannya, dia ini orang terkuat di perusahaan. Selain Pak Damaskus mungkin. Kalau kurasa, setiap karyawan di sini memiliki keunikannya masing-masing, tergantung traumanya. Kalau versiku, Baron yang terkuat. Karena dia bisa saja membunuh tanpa harus ada di tempat alias ngirim santet. Hehehe.

Sekali lagi, aku tidak ingin berurusan dengan Artemis.

Kuanggap dia labil. Sedikit-sedikit santai, tapi bisa tiba-tiba berubah jadi monster dalam hitungan detik.

“Cuy, kita harus kerjaaaa!” dan Devon pun menggotongku secepat kilat dan berlari keluar ruangan.

Menggotongku.

Iyaaa.

Si bang sat ini mengangkat tubuhku dan meletakkanku di bahunya, lalu dia lari keluar ruang meeting sampai menelusuri lobby.

Diliatin orang banyak.

Aku bisa melihat Pak Damaskus dan kedua saudaranya menatap kami sambil menggelengkan kepala.

Rusak sudah reputasiku.

Dan akhirnya dia melemparku ke dalam lift.

Lempar ya lempar, gitu aja, seakan aku ini karung beras.

“Kebanyakan meeting!!” serunya sambil menekan tombol lift.

“Dateline pengumpulan laporan pajak paling lambat besok siang jam 12 dan gue masih meeting ngurusin hidup Lo!!” seru Devon tampak kesal.

Aku berusaha berdiri sambil bersandar di tembok lift. Si brengsek ini melemparku sampai aku nyusruk dan jidatku kepentok sudut lift. Apa sih susahnya menyuruhku jalan ke lift hah?! Memang dasar mau heboh aja biar rame.

“Dah nyampe! Ayo keluaaaaar!” Devon teriak begini sebelum lift berbunyi ‘ting’.

“Anda duluan saja Pak Devon, saya masih-“

“Nggak kita harus bareng!” dan dia pun mencengkeram... mending kerah baju, ini leher.

Dia menarik leherku keluar lift.

Kayak narik angsa.

Dan dengan langkah cepat kami masuk ke ruangan dia.

Ya aku sudah pasti jalan terseok-seok lah.

Udah kehabisan nafas, nggak imbang pula!

Ruangan Akunting dan Finance, masih penuh dengan karyawan. Setiap kubikel terisi. Orang-orang lalu-lalang.

Dan semua menatapku.

“Semua, ini Jackson, yang gantiin Kayla.” Seru Devon sambil jalan, masih dengan cengkeramannya di leherku.

Aku bisa melihat -walau pun berkunang-kunang karena kehabisan nafas- karyawan yang melihat kejadian ini hanya bisa ternganga sambil waspada. Mungkin karena baru kali ini mereka melihat Devon, Boss mereka, berbuat sekasar itu pada orang lain. Atau bisa jadi sosokku yang menawan ini jarang ada jadinya menarik untuk diamati.

“Ini saatnya lo tunjukin ke gue kalo lo bisa berguna di dunia selain jadi beban negara.” Kata Devon.

Aku mana bisa ngomong woy!!

Lepasin dulu lah tangan lo nih!

“Dan karena kita kini satu Tim, dengan sangat terpaksa gue mencoba percaya sama lo karena permohonan Hani, juga karena masalah lo sama Erick Sutjandra adalah masalah Praba Grup juga, Jadi apa pun yang mengganjal di hati lo, gue saranin jangan lo tahan. Bicara saja semuanya.” Kata Devon lagi.

Aku pun menatap pria brutal di depanku ini dalam bungkam.

Devon tidak melonggarkan cengkeramannya, tapi dia juga diam sambil menatapku.

Dia menunggu.

Aku tetap diam.

Kesel sumpah.

DUAGG!!

Dan lututku menghantam pinggangnya. Makan tuh !

Pegangannya akhirnya terlepas, dia itu mundur sambil menahan sakit di pinggangnya.

Sementara aku berlutut di lantai sambil tersengal-sengal.

“An jing gue hampir mati...” keluhku sambil batuk-batuk. “Lo kira-kira aja nyekek gue kenceng gitu terus nyuruh gue ngomong?! Nafas aja gak bisa, Bos To lol!!” seruku sambil lempar bantex terdekat.

Aku tak ingin beramah tamah saat ini, aku tak peduli dengan sopan santun. Bahasa resmi apalah itu. Kucurahkan saja semua isi hatiku seperti maunya barusan.

Devon menangkis bantex yang kulempar, lalu terkekeh geli. “Gue pikir lo juga punya insang, sapa tahu lo amphibi..” kekehnya.

Aku pun menyadari kalau bantex yang barusan kulempar memiliki beberapa slip asli.

“Bentar, bentar, itu bantex apa’an yang gue lempar sih?” tanyaku waspada. Bisa jadi itu bagian dari pekerjaanku, kan?

“Hah? Oh... ini laporan stock opname gudang.”

BRAKK!!

Aku pun gebrak meja. “Kumpulin semuanya! Gue kan harus sortir yang itu!” seruku panik.

“Kan lo yang lempar Bocaaah!!” Devon ikutan panik sambil mengumpulkan kwitansi-kwitansi yang bertebaran.

“Salah lo ya! Salah lo! Awas lo kalo gue telat kerja part time, belom gue harus jadi budak si Mawar!! Nggak bisa tidur nyenyak gue hari ini!!”  kesal aku rasanya.

“Lo udah tidur 3 hari!”

“Bedain antara pingsan dan tidur dong Pak Devon!!”

“Ya udah-ya udah tenaaaang, Jackson tenaaaang...” dia pun berdiri sambil meraih kedua bahuku.

“Tarik nafaaas, hembuskaaaan...” katanya.

Akunya malah nurut aja lagi.

Kutarik nafas, kuhembuskan.

Lumayan lebih tenang sih.

“Nanti gelar kasur angin ya di ruangan gue, habis dari cafe, lo balik ke sini, lembur sampe pagi. Oke? Biar gue bilang ke Mawar, budak-budakannya ditunda dulu karena lo harus ngurusin stock opname. Tenang, gue sediain pop mie sekardus.” Katanya dengan senyuman sejuta malaikat.

Biadab...

“Ayooo semuanya bantuin Jackson yaaa, nggak usah lo pada tebar pesona macam lo baru ngeliat bayik cakep aje lu! Kondisikan mata lo periksa dokumen per dokumen, semua email. Asap!”

“Asap apa’an?” tanyaku.

“As soon as posible. Pokoknya se-ka-rang!” seru Devon, “Belajar bahasa korporat dong! Dah jadi pejuang rupiah masa masih pake bahasa jamet!”

**

Dan aku pun duduk di kubikel Bu Kayla.

Tentu saja, aku tak tahu apa yang harus kulakukan, karena Devon tidak memberikan instruksi apa pun. Dia sekarang lagi mondar-mandir di ruangannya sambil nelpon

Ia hanya bilang, apa pun yang diminta, catat dulu saja di notes yang Bu Kayla sediakan di sebelah Keyboard. Tulis tangan, jangan diketik. Kalau diketik khawatir terhapus atau ribet cari file notesnya.

Aku pun membuka catatan Bu Kayla.

“Buset rapi amat tulisannya...” gumamku. Kuingat-ingat lagi, kapan ya aku terakhir menulis pakai tangan? Udah 5 tahun yang lalu kayaknya waktu masih kuliah.

“Anuuu... Mas Jackson?”

Seseorang mendekatiku sambil membawa setumpuk bantex. Pemuda dengan kacamata dan badannya sedikit gempal.

“Ha?” aku hanya bisa mendengus karena jujur saja aku merasa terganggu, wong lagi fokus baca tulisan hello kitty Bu Kayla malah dipanggil.

“Jadi gini Mas, dari vendor itu ada penawaran sekian,” cowok ini, sebut saja Sutejo, menunjukkan sebuah kontrak kerja, “Nah Divisi Umum juga mengajukan pengadaan sekian, Please Kindly Cek ya mas karena urgent, kalau Pak Devon tak berkenan tolong langsung dibuat suggest alternativenya.” Kata Sutejo.

Kata-kata itu berseliweran di otakku.

Nggak ngerti bahasa Alien, sumpah. Mending lo ngomong pake bahasa Arab aja dah gue masih bisa meraba-raba maknanya.

“Sutejooooo, pelan-pelan itu anak masih bau minyak telon...” terdengar suara dari ruangan Devon.

“Ya Pak,” Jawab Sutejo ke arah Devon. “Annuu Mas Jackson sesuai jabatan ditunjuk sebagai PIC, share number ya Mas.”

Faklah, istilah apa lagi itu?

“Berapa Mas nomor hapenya?” tanya Sutejo.

“Ngapa lo tanya-tanya? Nggak bisa pake sandi morse aja?” aku berusaha menawar karena aku hanya memiliki satu ponsel yang lacak-able punya Devon. Aku belum punya hape operasional.

“Hah?” Sutejo tampak kebingungan.

1
Nania
sesibuk itu kah madam, hingga detik ini belum up juga 😥
Syaiful Leli
kapan up nya..
Renesme
Tiap kata per kata sungguh menarik
🍌 ᷢ ͩ🏘⃝Aⁿᵘ Deέ
astagaaa ngakak🤣🤣🤣🤣🤣
🌻nof🌻
ajak ngobrol lagi aja, paling banter dipukulin, sabar aja, lama2 jadi teman curhat😂
🥑⃟вуυηgαяι
keren lh pokokny, mnurutku smua novel² madam klo diumpamain tu kek knyataan brbalut imaji si, dan tu msuk skligus ngena saat pmbaca mresapi alurny, pokokny sukses sll buat madam, dtunggu karya² slnjutnya yak
🥑⃟вуυηgαяι
ni kekny jd hal yg dmau smaa reader dah
🥑⃟вуυηgαяι
dtepuk tanda empati kali bwaang jgn nethink dlu🤭🙈😅
🥑⃟вуυηgαяι
😅😅😅 aseli ku ngakak baca ni🙈
🥑⃟вуυηgαяι
heh😅 ni kn pov Jackson madam bukn pov Devon🤭🙈🙈
🥑⃟вуυηgαяι
maybe mode sinting ny brbeda porsi ja😩
🥑⃟вуυηgαяι
ahahahaha jleb amay dah si tejo 😅😅😅
🥑⃟вуυηgαяι
ahaha kekny tejo bingung nyariin surti 😅😅😅🙈
🥑⃟вуυηgαяι
hny brharap madam dpt pangsit buat nrusin crita² yg hiatus smntara🙈😅🤭
🥑⃟вуυηgαяι
ah ku kngen crita mas put😩😅🙈
🥑⃟вуυηgαяι
ahelah😅 kukira ada something wrong trnyata otak btuh kupi 🙈
🥑⃟вуυηgαяι
hah??? gilaaakkkk😑 ni sriusan yak???😩
🥑⃟вуυηgαяι
nah ada rahasia apa lg ni yg blum trungkap
🥑⃟вуυηgαяι
😑😑 antara nyata smaa imajinasi dong yak
🥑⃟вуυηgαяι
wakakakak seru ni seru ku ko suka klo liat Devon sdikit trsiksah😅🙈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!