NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Tawanan Tuan Muda

Menjadi Istri Tawanan Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Paksa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anggraini 27

*"Ah ... ampun, Kak. U-udah! Naya ngakuh, Naya salah."*


Masa remaja yang seharusnya dilalui dengan ceria dan bahagia, mungkin tidak akan pernah dialami dengan gadis yang bernama Hanaya Humairah. Gadis cantik yang lemah lembut itu, harus terpaksa menikah dengan Tuan muda dingin nan kejam.

Demi menyelamatkan ibunya dari tuduhan penyebab kematian mama dari sang tuan muda, ia rela mengorbankan kebahagiaannya.

Akankah Gadis itu bisa menjalani hari-harinya yang penuh penderitaan.
Dan akankah ada pelangi yang turun setelah Badai di kehidupannya.

Penasaran ...?
Yuk ikuti kisahnya ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggraini 27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Bel sudah berbunyi. Menandakan waktunya pulang bagi semua murid. Setelah setengah harian menguras isi kepala, untuk belajar.

"Nay, lo pulang sama siapa?" tanya Lili yang sudah selesai membereskan buku-bukunya.

"Ada, Kakak nanti jemput," ucap Naya yang masih merapikan buku-bukunya.

"Oh, lo punya kakaknya. Bukanya lo bilang anak tunggal, ya?" tanya Lili kepo.

"Eh, iya itu. Maksudnya kakak sepupu," jelas Naya sedikit gugup.

"Oh, yaudah kalo gitu. Kita pulang duluan ya? Ayo, Bau. Buruan!" ucap Lili mengajak Bayu.

"Iya, bentar. Sabaran Napa," ketus Bayu. Pasalnya dia masik mencari pulpennya di dalam laci meja.

"Lo cari apa, sih? Lama amat," tanya Lili yang sudah jengah.

"Pulpen gue, ili. Nah, ini baru ketemu," ucap Bayu senang, yang kemudian langsung memasukkan pulpennya ke dalam tas.

"Makanya, punya pulpen itu jangan dipake buat jitak pala gue aja. Ngambek kan tu pulpen, untung ketemu. Kalau gak udah gue sukurin, lu!" ketus Lili.

"Ah, ili ma jahat,"  ucap Bayu yang sok didramatiskan.

"Ah, lebay lo. Udah hayuk buru. Entar ditinggal supir baru tau," cetus Lili yang menarik tangan Bayu.

"Iya, iya!" balas Bayu, yang memutar bola matanya malas.

"Eh, Nay. Kami duluan ya," pamit Bayu sebelum pergi.

"Loh, kalian pulang bareng?" tanya Naya tak mengerti.

"Iya, rumah kita satu komplek. Dia ini sepupu gue," dibalas oleh Lili.

"Oh ...," Naya hanya ber'O ria saja.

"Yaudah ya. Kita duluan. Bye ... bye ...."

"Bye ...," balas Naya yang melambaikan tanganya. Sekarang tinggalah dia seorang yang masih berada di dalam kelas.

"Hai, kamu Naya 'kan?" tanya seorang siswi yang memasuki kelas Naya.

"Hai, iya aku Naya. Kamu siapa ya?" tanya Naya yang tak mengenal siswi itu.

"Oh, gue anak kelas sebelah. Gue ke sini, cuma nyampaikan pesan buk Ratih. Kalo lo disuruh ke Perpus sekarang," terang Siswi itu.

"Loh, emangnya ada apa ya?" tanya Naya lagi, pasalnya dia tidak tau. Kenapa buk Ratih memanggilnya, padahal dia tidak melakukan apa-apa.

"Gak tau gue. Mendingan lo buru deh ke sana. Ruang perpus ada di ujung lorong sana. Lo tinggal keluar kelas, terus ikuti lorong belok kanan. Nah, nanti lo jumpa tu ruang perpus," terang siswi itu memberitahu jalan.

"Oh yaudah, makasih ya," ucap Naya.

" Iya, yaudah gue cabut dulu." Siswi itu pun langsung pergi meninggalkan Naya.

'Eh, tunggu. Kalo aku ke perpus. Gimana dengan kak Malik. Nanti aku ditinggal pula sama dia. Ah ... sebaiknya beri kabar dulu saja,' batin Naya kemudian mengambil gawainya di dalam tas.

"Yah, lowbat lagi baterainya. Aduh, gimana ni? Ah, lebih baik aku langsung keperpus sekarang. Setelah itu langsung ke halte," monolog Naya.

Kemudian dia langsung berlari menuju perpus.

Sedangkan di halte. Malik sudah menunggu Naya.

"Haihss ... kemana tu anak? Udah jam segini belum juga datang. Apa dia gak ingat yang gue bilang, apa?" Kesal Malik, bermonolog sendiri. Kemudian dia mengambil gawainya yang berada di saku celana, untuk menghubungi si Naya.

"Ck, si*l! Gak aktif lagi nomornya," umpat Malik, yang memukul setirnya.

***

"Loh, ini benar gak sih. Ruang perpus di sini?" Naya bertanya pada dirinya sendiri, yang melihat sekeliling.

Kemudian, tibalah seseorang ...

Plak ...

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi mulus Naya, saat dia melihat ke belakang.

"Aw ...," pekik Naya. Untungnya dia tidak sampai terjatuh.

"Kalian siapa?" tanya Naya melihat orang-orang tersebut. Sampai matanya tertujuh pada satu orang yang pernah dia liat. "Kamu ...!" ucap Naya kaget.

"Iya, gue Zia Kiranti. Satu kelas dengan, Lo!" terang Zia yang melipat kedua tangannya di depan dada.

"Terus, kenapa aku ditampar. Emangnya aku ada buat masalah sama Kalian," tutur Naya yang memegang pipinya.

"Nye ... nye ... nye. Zia buruan lo kasih tau dia lah!" seru Zeni. Setelah menyenye ucapan Naya.

"Lo dengar baik-baik." Zia menjambak rambut Naya. "Lo itu udah buat gue malu tadi pagi di kelas, dan elo! berani-berani nya jalan sama Kelvin, gebetan gue. Maka lo harus tau akibatnya!" seru Zia, melepaskan tangannya dari rambut Naya dengan kasar.

"Aw ... "

"Tapi, Zia. Aku gak ada maksud buat bikin malu kamu, dan dengan Kelvin. Tadi dia cuma minta bantuan ke ...."

"Bacot, lo! Udah sekarang buruan dimasukkan tu anak!" seru Zeni yang menyuruh Zia dan Zahra. Karena sedang malas berlama-lama.

"Zia, zia! Tolong, Zia ... jangan kuncikan aku di sini!" teriak Naya yang menggedor-gedor pintu gudang. Setelah mereka berhasil memasukkan Naya kedalam situ.

Yah, ini semua rencana Zia cs. Yang menyuruh siswi lain. Mengantar kan dia ke sini. Dengan alasan di panggil guru ke ruangan perpus. Padahal ini cuma akal-akalan Zia. Agar Naya bisa di kuncikan didalam gudang ini.

"Dah, cupu ... selamat menginap di sini ya," ucap Zia dan di balas dengan tawa dari mereka semua.

"Zia ... tolong buka! Aku janji gak bakal dekat dengan Kelvin lagi!" seru Naya yang masih menggedor pintu, berusaha mendapat belas kasihan dari Zia. Namun, tak ada jawaban. Karena Zia dan temannya sudah pergi meninggalkan sekolah.

"Ya Allah. Bagaimana ini! Nanti kalau kak Malik nyariin aku bagaimana? Ya Allah, berilah hambamu petunjuk," guman Naya yang berdoa, meminta pertolongan kepada sang Pencipta.

***

"Bik, bik ... dimana Naya?" teriak Malik yang sudah berada di rumahnya.

Bik Nanik yang mendengar teriakkan dari tuan nya pun, langsung keluar dari dapur.

"Loh ... maaf, Den. Bukannya non Naya belum pulang sekolah," ucap bik Nanik sedikit gugup, melihat ekspresi Tuan mudanya.

"Ck, sial. Kemana anak itu pergi! Berani-beraninya kabur dari tangan  gue," umpat Malik geram. Yang berjalan menuju kamarnya.

"Maaf, Den. Ada yang bisa bibik bantu?" tanya bik Nanik, sebelum Tuannya menaiki anak tangga.

"Gak perlu." Malik pun kembali melanjutkan langkahnya.

Setengah jam sudah, Naya berada di dalam gudang yang terkunci itu.

Setelah lama berpikir bagaimana caranya untuk keluar.

Namun, tiba-tiba ... Dia mendapat kan cahaya silau yang berada di balik tumpukan kerdus yang tinggi. Dia pun berjalan mendekat kearah di mana cahaya itu berada.

Rupanya itu cahaya yang berasal dari luar jendala yang tertutup tumpukan kerdus, makanya Naya tidak mengetahui sedari tadi.

"Ya Allah ....Alhamdulillah, akhirnya ada juga jalan buat Naya keluar," guman Naya yang bersyukur.

"Tapi, bagaimana caranya melewati jendela yang tinggi itu?" batin Naya bertanya-tanya. Kemudian dia mengedarkan padangannya kepenjuru ruangan. Benda apa yang bisa dipakainya untuk memanjat jendala itu.

"Ah, itu dia" Naya pun menunjuk meja-meja yang tak terpakai. Kemudian di menumpuknya. Sebagai alat  pijakan untuk dia mencapai ke arah jendela.

Brukghh ...

"Aw ...," pekiknya, saat berhasil turun dengan melompat. Sedikit membuat kaki sebelahnya merasa sakit. Tapi, tak apa. Naya masih bisa berjalan.

Dia pun segera keluar dari gedung sekolah itu. Sampai tiba lah dia di depan gerbang sekolah.

"Loh, Non. Kok baru pulang sekolah?" tanya satpam, penjaga gerbang sekolah.

"Iya, pak. Tadi abis dari perpus, cari buku," alibi Naya.

"Loh, bukannya enon murid baru tadi pagi ya?" tanya satpam itu curiga.

"Iya, Pak. Makanya itu saya cari buku,  biar tidak ketinggalan pelajaran," ungkap Naya, yang meyakinkan satpam itu.

"Oh, baguslah kalo gitu. Oh ya, buruan pulang, Non. Bentar lagi mau hujan tu, langitnya uda mulai gelap," tunjuk satpam itu ke arah atas, memberitahu akan ada air turun sebentar lagi.

"Iya, Pak. Makasih. Saya pamit dulu ya." Naya pun pergi dari sekolah itu. Segara berjalan menuju halte.

'Mudah-mudahan, dia bukan korban pembullyan lagi,' batin Satpam itu yang melihat punggung Naya yang sudah berjalan semakin jauh.

Naya mempercepat jalannya agar cepat sampai di halte. Namun, tiba-tiba air sudah turun dengan derasnya.

"Yah, udah hujan." Naya pun berlari di bawah derasnya hujan yang membasahi tubuhnya.

Tapi, saat dia sudah mau sampai menuju halte. Dia melihat seorang yang baru dia kenal tadi pagi.

"Kelvin," guman Naya.

Naya yang tidak mau mendapat masalah lagi terus berjalan, tanpa ingin berteduh.

"Loh, itu bukannya Naya 'kan?" tanya Kelvin pada dirinya sendiri. Yang melihat Naya melintasi dia begitu saja.

"Hai, Naya tunggu!" panggil Kelvin. Tapi tak mendapat respon dari Naya.

Pikir Kelvin, Naya tidak mendengarnya. Kerena tertutup derasnya air hujan. Dia pun berinisiatif mengejar Naya.

"Nay, tunggu!" Kelvin pun berhasil menggenggam tangan Naya.

"Ke-kelvin!" Naya terkejut, rupanya Kelvin nekat mengejarnya.

Sedangkan, di sisi lain. Ada yang melihat dia tidak suka.

"Bangs*t!" umpat orang itu.

Bersambung ...

Haisss... Makin seru gak tu?

1
Nuriati Mulian Ani26
keten
muna
lanjut trss thor
muna
lanjut
Anggraini 27: sudah up ya.
terima kasih sudah menjadi pembaca setia Naya dan Malik😍
total 1 replies
muna
kok gak up sih thoor
Tóc tém^^~
Mantap banget nih ceritanya, bikin ketagihan!
Anggraini 27: Terima kasih/Smile/
ikutin terus ceritanya ya/Kiss/
total 1 replies
Nami/Namiko
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Anggraini 27: Terima kasih /Smile/
ikutin terus ceritanya, ya/Kiss/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!