zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
Deru motor terdengar bising di jalanan, tiga belas motor ninja hitam memadati seisi jalan, mereka seperti kelompok geng motor dengan jaket hitam kulit yang mereka kenakan dan kompak mereka semua memakai helm full face. Hujan sudah reda dari sepuluh menit yang lalu.
Suara tersebut mengundang petugas pom dan Zahra untuk menoleh. Ke tiga belas pengendara motor tersebut belok ke arah pom untuk mengisi bensin, mereka turun dari motornya, menghampiri gadis itu. Pikirannya kalut, Zahra terlihat sangat berantakan dengan tubuh yang basah dan terlihat kedinginan sambil memeluk tubuhnya sendiri. Di samping Zahra ada salah satu penjaga pom yang menemani.
" Lo ngapain malam-malam di sini,hah?!" Tanyanya dengan nada tinggi. "Lo keluyuran malam? Gue udah bilang jangan keluar malam, ko lo nggak nurut, jam berapa sekarang?! Mana Rival?! Dia kan yang bawa lo main malem?! " Malik mencecar Zahra dengan berbagai pertanyaan tapi gadis itu malah menelisik tubuh Malik yang utuh tanpa luka.
Ke dua belas teman di belakang Malik membuka helmnya, mereka saling menoleh bingung dengan apa yang terjadi.
" ngapain si Zahra ada di sini" gumam Dion
"ZAHRAAA!!! " Malik yang sudah naik pitam membentak Zahara membuat kedua bahu Zahra meloncat kaget.
"Apa sih, kak!! "
"Bukan apa!! Jawab pertanyaan gue!! Lo basah kaya gini, keluar cuman pake jaket doang!! Sesusah itu nurut sama gue hah?!! Diem di rumah, lo tuh perempuan, engga pantes keluyuran kaya gini!! "
Zahra mengepalkan tangannya kesal dengan mata berkaca-kaca.
" LO BANYAK NGOMONG, KAK!! "
ke dua belas teman Malik sontak melebarkan mata mendengar Zahra berteriak pada Malik.
Zahra berteriak sambil menangis histeris.
" GUE KELUAR BUAT NYARIIN LO, DARI SORE HUJAN TERUS, ANGIN KENCENG, BELUM LAGI SUARA PETIR, HP LO MALAH ENGGA AKTIF, LO ENGGA LUPA BAWA CHARGER TAPI HP LO ENGGA AKTIF, GUE KHAWATIR TAU GA!! GUE KE KAMPUS LO JAM SEBELAS MALAM!! "
Dada Zahra naik turun, rasanya sakit sekali, suaranya yang tinggi kembali merendah.
"T-tapi.... Tapi gue malah ketemu sama pak tua yang bilang... Lo kecelakaan, kak.
DIA NIPU GUE, MOTOR SAMA HP GUE DI AMBIL HUUUAAAA!! "
Malik dan kedua belas temannya melebarkan mata, Malik menatap gadis itu yang kini menangis histeris.
"Zah..... "
Zahra menepis tangan Malik yang hendak menyentuhnya. "Dosen mana yang ngasih tugas sampe tengah malem, hah?! "
"Z-zah... Gue, gue di warung bi ijah. Gue baik-baik aja. HP gue rusak".
Mata Zahra kembali melebar sempurna menatap Malik kemudian dia menatap ke dua belas teman Malik di belakang nya, dia khawatir dari sore tapi lelaki di hadapannya ini malah asik berkumpul bersama teman-teman nya di warung bi ijah.
"Jahat, lo kak! " Zahra mendorong dada Malik. Ia menyeka air matanya dengan kasar dan hendak pergi tapi Malik segera mencengkram tangan gadis itu.
" Ayo pulang"
"Lepas! Gue pulang sendiri! "Zahra berusaha melepas tangan Malik tapi Malik mencengkram nya kuat.
" Zah plis, jangan ngebantah!! "
"Gue engga...... "
Belum selesai Zahra berbicara, Malik menarik tangan gadis itu membuat Zahra masuk ke dalam pelukannya. Zahra terkejut, dua belas teman Malik apalagi.
"Mau pulang naik apa? Motor lo udah di curi, mau pesen gojek pake apa, HP lo juga engga ada! "
Zahra mendongak menatap tajam Malik, benar juga ucapannya, naik gojek juga tidak bisa karena ia sudah tidak punya ponsel.
Malik melepas pelukannya, menatap gadis itu intens. "Pulang sama gue ya. Gue minta maaf, jangan nangis lagi" Lelaki itu menyeka air mata Zahra membuat heboh ke dua belas temannya di belakang.
"Sepupu masa gitu"cerutu mahendra yang merasa tak wajar dengan sikap Malik.
" beneran tadi si Malik meluk si Zahra? "ujar Syahrul merasa tak percaya dengan apa yang tadi ia lihat.
"Wuah... ada yang nggak beres nih"sambung Kiki.
Ketika Zahra mengangguk pelan,Malik melepaskan jaket hitamnya dan memakaikannya pada Zahara. "Kenapa nggak pakai jas hujan?".
" enggak ingat ke situ" sahut Zahra dengan wajah cemberut.
"Ayo"
Malik menggenggam tangan Zahra Dan membawanya ke motornya.
"Hai, Zah" kedua belas teman Malik itu menyapa Zahra sambil tersenyum dan dengan kompak mereka melambaikan tangan. Terlihat lucu,tapi Zahra malas tersenyum karena tengah kesal pada Malik. Sontak ke dua belas manusia itu memudarkan senyuman di wajahnya.
" gue pulang duluan ucap Malik pada mereka
" hati-hati lik" seru aken
Malik menjawab dengan mengangkat jari jempolnya. Ketika motornya melaju pergi, mereka Semua menatap kepergian Malik.
"Heh...... "
" Nanti aja bahas di grup" potong Andi ketika Agam dengan bersemangat hendak membuka gibahan soal Malik dan Zahra.
" ayo oy, udah malam banget ini,isi bensin dulu "Raka berteriak.
.
.
.
Malik dan Zahra sampai di rumahnya, Zahra perlahan turun dari motornya lalu membuka pintu garasi dan Malik pun masuk untuk memarkirkan motornya.
Zahra kini membuka pintu masuk, Iya langsung masuk dan berjalan dengan langkah kesal menuju kamar. Malik menyusul setelah menutup garasi.
Ketika Malik masuk kamar, Zahra sudah berada di kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Malik menunggu Gadis itu dengan duduk di sofa.
Zahra keluar dari kamar mandi, dengan memakai piyama berwarna pink wajah kesalnya tidak dapat disembunyikan.
"Zah... "
Ketika Malik hendak menghampiri, Zahra segera naik ke ranjang dan masuk ke dalam selimut .ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sampai kepala.
Melihat itu, Malik menghala nafas kasar, tapi ia tidak mau gadis itu terus marah padanya, jadi Malik duduk di samping Zahra, Zahra bergerak membelakangi lelaki itu dengan tubuh yang masih dibalut selimut.
" gue minta maaf, tadi gue marah-marah sama lo, gue minta maaf juga karena nggak ngabarin lo, gua pikir lo nggak bakal cari gue keluar."
Hening, Zahra tidak menjawab.
"Gue engga tau kalo lo se peduli itu sama gue, Zah."
Zahra sontak membuka selimut nya lalu duduk menatap tajam Malik. "Gue bukan peduli,gue takut di salahin sama ayah Zafar kalau lo ilang!"
Malik menarik ujung bibirnya tersenyum. " Ya itu namanya peduli juga!"
" Engga usah kepedean gitu lo, kak! Engga usah senyum-senyum! "
" Cie takut gue ilang"malik menggoda Zahra dengan mencolek dagu gadis itu sambil tersenyum.
"Ish, apaansih!! " Zahra menggosok dagunya, tapi wajahnya terasa panas. Tidak, ia meyakinkan dirinya kalau ia tidak salting alias salah tingkah.
"Gue kira Rival yang bawa lo keluar. Gue udah siap mau mukul dia! "
" Engga usah bawa-bawa Rival! "Zahra kembali tidur dengan menarik selimutnya. Malik tersenyum.
"Gue ke bawah, buatin teh anget dulu, jangan dulu tidur."
Hitamnya, menyampirkannya di kursi lalu keluar dari kamar. Zahra kembali membuka selimut nya setelah Malik keluar dari kamar.
Ia memegang kedua pipinya.
" Pipi gue engga merah kan? " Gumamnya.
Lelaki itu melepas jaket