Karena sudah bosan dengan hidup susah, akhirnya Dinda memilih jalan pintas mengikuti teman-temannya yang menjadi wanita simpanan para pria kaya di luar sana. Sebutan kerennya sugar baby.
Mereka bisa hidup mewah dan banyak uang bahkan temannya ada yang dibelikan mobil hingga membuat Dinda tergiur untuk melakukan hal itu saat sekolah demi membantu ekonomi keluarganya karena dia mulai bosan makan dengan tahu dan tempe saja.
Lalu, akankah Dinda mendapatkan apa yang diinginkannya dengan standar yang begitu tinggi untuk calon sugar Daddy-nya karena dia tidak ingin laki-laki tua dan perut buncit seperti sugar daddy-nya Intan teman sekolahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Semi
"Anjrot Lo beneran udah semi?" tanya Siska yang menatap tidak percaya pada Dinda yang katanya sudah mendapatkan pelepasan pertamanya dari Daniel.
"Sttt...diem kenapa sih. Gue malu tau gak! gemetaran gue di suruh anu," jawab Dinda yang masih memikirkan bagaimana pegalnya pergelangan tangannya setelah melakukan semua itu.
"Anu apa? Beneran Lo udah di gituin? Sumpah demi apa Dinda?" tanya Intan yang menatap tidak percaya pada temannya. Mereka pikir Dinda hanya mendapatkan pelepasannya sekedar seperti itu saya tapi ternyata Dinda sudah melakukan yang bersama Daniel.
"Eh apaan? gue pegel tuh karena nidurin senjata perang on Daniel. Sumpah, merinding gue kalau inget gimana gedenya itu punya sih om," ujar Dinda yang menjelaskan bagaimana besarnya milik Daniel yang membuatnya panas dingin memikirkannya.
"Hahahaha ..." Siska dan Intan mentertawakan kepolosan Dinda yang di luar nalar itu. Mau jadi sugar baby ternyata memang baby beneran. Entah bagaimana cara mereka menjelaskan pada Dinda jika semua itu biasa saja dalam dunia yang mereka geluti saat ini. Melihat kedua temanya yang tertawa seperti itu membuat Dinda merasa paling bodoh di antara mereka saat ini. Tapi kenyataannya memang seperti itu bukan? Mereka terlihat jauh lebih pro dan berpengalaman di bandingkan dirinya.
"Mending itu mah, gue dulu langsung di unboxing tau gak. Anjir, ngebayangin punya om Kevin aja gue udah sesek nafas, lah apa lagi gue bayangin punya om Daniel, bisa pingsan gue kalau sampai itu masuk!"
"Ih, kok Lo pad nakutin gue sih? Gimana kalau gue pingsan beneran?" tanya Dinda yang mulai merasa ketakutan dengan apa yang akan Daniel lakukan padanya nanti.
"Kita mah serius Dinda. Gini deh, nanti kita beli obat kuat buat elu. Jaga-jaga kalau sih om langsung ngegas. Btw udah KB belum? Takutnya entar jadi tuh berudu hamidul elu!" Mereka baru mengingatnya jika mereka belum membelikan Dinda obat pencegah kehamilan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak di inginkan.
"Tau ah, kalian tuh buat gue takut tau gak!"
***
Di saat Dinda dan temen-temennya sedang membahas bagaimana Daniel melakukan itu pada Dinda, di dalam ruangan kerjanya saat ini Daniel sedang menatap selembar kertas undangan pertunangan Elizabeth mantan kekasihnya.
"Woi! bengong aja lu!" Kevin datang mengagetkan Daniel yang sedang berada di ruangan kerjanya. Di sengaja datang ke tempat kerja Daniel karena dia juga mendapatkan undangan pesta pertunangan dari mantan kekasih teman baiknya itu.
"Jangan menggangguku Kevin! Aku sedang tidak ingin di ganggu!"
Daniel pergi ke meja sofa dan mengambil bir kaleng yang ada di meja sana dan menenggaknya. Pikirannya sangat kalau saat ini dan dia membutuhkan ketenangan untuk dirinya. Jujur, di belum bisa melupakan Elizabeth. Terlebih lagi rasa marahnya pun belum hilang karena apa yang wanita itu lakukan padanya.
"Oh come on Dane, you not alone! Ada banyak wanita yang bisa kau dapatkan di luar sana. Gunakan uangmu dengan baik dan kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Termasuk wanita yang lebih dari Elizabeth."
"Di mana? Di mana aku bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik darinya? Kau tau siapa Elizabeth. Dia seorang model dan kariernya juga bagus." ucap Daniel dengan tatapan yang menerawang ke depan. Pikirannya kembali tertuju pada masa-masa yang pernah mereka lakukan bersama dan itu semua tidak berarti apa pun bagi Elizabeth.
"Jika kau mencari model, kau bisa mengencani salah satu temannya. Aku yakin jika kau membawa temannya, maka dia akan terkejut dan mungkin saja mereka marah. Atau tidak bawa saja sugar baby itu. Aku dengar dia tidak terlalu jelek. Wajahnya juga cantik menurutku," ujar Kevin yang membuat Daniel semakin menatap tidak percaya dengan apa yang di katakan temannya ini. Bagaimana bisa dia berpikir bahwa Daniel akan membawa Dinda dengannya. Itu sudah tidak mungkin.
"Are you crazy?" tanya Daniel yang mengolok Kevin atas saran yang pria itu berikan padanya.
"Why not? She's pretty and I don't think it's too bad," jawab Kevin yang membuat Daniel hanya tersenyum kecut untuk semua itu. Entah apa yang harus dilakukannya nanti untuk menanggapi hari pertunangan Daniel.
"Gila!" jawab Daniel. Dia tidak ingin membicarakan hal ini lagi karena memang dia tidak tau harus datang atau tidak. Masih ada beberapa waktu untuk dis memikirkan semuanya sebelum datang ke acara tersebut. Terserah apa yang akan terjadi nantinya. Tapi yang pasti Daniel akan tetap datang. Entah itu sendiri atau bersama partnernya nanti. Yang jelas dia akan tetap datang dan melihat seperti apa pria yang membuat Elizabeth meninggalkannya.
"Terus udah cobain hidangan pembuka?" Daniel hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban. Dia tau apa yang Kevin bicarakan saat ini, karena jika dengannya maka pembicaraan mereka tidak jauh dari satu jengkal di bawah pusar.
"Terus?"
"Not bad!" jawab Daniel yang membuat Kevin tertawa. Dia tau seperti apa gaya bercinta Daniel yang terbilang mengerikan juga. Daniel lebih suka dia yang pro dari pada wanitanya. Jadi menurutnya Dinda itu cocok untuk temannya ini.
"Aku tidak yakin jika bisa masuk. Usianya masih 17 tahun dan you know what," Daniel kembali meneguk bir kaleng miliknya dan begitu juga dengan Kevin yang mengikuti temannya. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak bersama seperti ini.
"Bagaimana dengan keluargamu? kau sudah memiliki keluarga tapi kau masih bermain di luar."
"Rania terlalu sibuk dengan butiknya sedangkan anakku pun tidak terlalu dekat denganku. Usianya sudah 8 tahun dan dia memiliki dunianya sendiri. Jadi aku tidak terlalu terlihat olehnya," jawab Kevin. Itu menjadi alasan kenapa dia sering berada di luar dari pada di rumah karena di rumah juga dia tidak mendapatkan ketenangan.
"Itu menjadi alasan kenapa aku tidak ingin menikah. Terlebih lagi apa yang Elizabeth lakukan padaku itu keterlaluan!" ucap Daniel pada Kevin.
jadiningatwaktuitudi depanaltar❤❤❤❤