Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emosi Yang Berubah-ubah
Saat sebentar lagi sampai di rumahnya, perhatian Olivia langsung tertuju pada seorang lelaki yang duduk di atas motornya. Sudah dapat dipastikan jika itu adalah Dilon, Olivia pun meminta supir menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang.
"Dilon, kamu di sini?" tanya Olivia saat turun dari mobil, segera Ia mendekati pacarnya itu.
"Kenapa baru pulang? Dari mana aja?" Itulah hal pertama yang Dilon tanyakan, bahkan tidak repot-repot menjawab pertanyaan Olivia tadi.
"Aku habis ambil baju pesanan Mama di butik, makanya baru pulang," jawab Olivia.
Dilon pun sempat melirik paperbag di tangan Olivia, tapi kernyitan langsung terlihat di keningnya melihat nama butik itu yang terasa familiar baginya. Sesudah mengingatnya, Dilon pun langsung menatap Olivia.
"Lo dari butik dia?" tanya Dilon langsung.
Sepertinya dia di sini Erika, karena memang nama butik nya juga memakai nama langsung. Olivia pun mengangguk pelan, padahal tadinya Ia belum mau cerita.
"Kok bisa sih? Terus di sana gak lama, kan? Kalian gak ngobrol, kan?" tanya Dilon mengintimidasi.
Melihat pacarnya yang malah menggigit bibir bawah seperti gugup menjawab, membuat Dilon menghela nafas berat. Sepertinya mereka sempat mengobrol, karena dari waktu pulang sekolah itu hampir satu jam lamanya.
"Kalian ngobrolin apa? Apa dia minta kita untuk pisah? Atau dia yang jelek-jelekkin gue?" tanya Dilon dengan nada suara agak ketusnya, seperti menahan marah.
"Enggak kok, kita gak ngobrol itu. Aku sama Tante Erika cuman pengen kenal satu-sama lain, sekarang kita jadi akrab," jawab Olivia menjelaskan.
Dilon lalu menarik tangan Olivia, membuat perempuan itu mendekatinya, "Jauhin dia, jangan lagi datang ke sana!" perintahnya.
"Tapi kenapa? Aku pikir Mama tiri kamu itu gak seburuk itu," kata Olivia memberanikan diri.
"Apa? Dari mana lo bisa nyimpulin begitu hah? Dia itu wanita paling gak tahu diri dan gue benci, sampai kapanpun juga!" desis Dilon.
Olivia sesekali meringis merasakan sakit di pergelangan tangannya, Dilon tanpa sadar mengeratkan cengkraman itu. Sekarang Dilon sedang menahan marah, dan Olivia harus bisa menenangkannya.
"Dilon lepas, sakit," lirih Olivia.
Menyadari itu, segera Dilon pun melepaskan cengkraman nya. Pria itu sempat melirik pergelangan tangan Olivia yang merah, merutuki diri sendiri karena lagi-lagi hampir lupa diri.
"Gue minta maaf gue--"
"Gak papa Dilon, aku tahu perasaan kamu. Tapi kayanya kita harus bicara tentang Mama tiri kamu itu, aku akan tunggu sampai kamu siap," sela Olivia sambil tersenyum berusaha menenangkan.
"Bicara apa tentang dia?" Memangnya sudah sejauh mana mereka itu tadi mengobrol? Batinnya.
"Mau masuk dulu?" tawar Olivia sambil menunjuk rumahnya.
"Orang tua lo ada di rumah?"
"Kayanya ada, gak papa gak usah malu."
Akhirnya Dilon pun mengangguk mengiyakan, karena Ia juga belum merasa puas bersama pacarnya itu. Hampir seharian ini kan mereka tidak bertemu, dan baru sekarang. Sayangnya malah sempat cekcok.
Seperti biasa keadaan rumah selalu sepi, itu karena rumah ini terlalu besar. Olivia mengajak Dilon dulu ke kamarnya, nanti saat jam makan malam baru akan turun dan bertemu keluarganya.
"Jam berapa kamu pulang dari rumah Vanessa?" tanya Olivia sambil menyimpan tasnya dan membuka sepatunya.
"Jam lima an, pas pulang sekolah aja."
"Apa kamu nungguin aku dari jam segitu di depan?" tanya Olivia terpekik pelan, "Astaga Dilon, kenapa gak masuk aja?"
"Enggak lah, malu," bantah Dilon sambil mengusap tengkuknya.
"Ck apaan sih? Kok malu. Lagian orang tua dan adik aku aja udah kenal kamu, mereka juga pasti bakal nyuruh masuk kalau lihat," kata Olivia.
Dilon lalu memperhatikan gerak-gerik Olivia. Ia sempat menahan nafas saat perempuan itu di kejauhan membuka rok seragamnya, tapi ternyata di dalam memakai celana pendek.
Karena posisi Olivia membelakangi nya, perempuan itu sampai tidak sadar Dilon mendekat lalu berdiri tepat di belakangnya. Olivia baru sadar saat mundur dan menabrak dada bidang pria itu.
"Ada apa?" tanya Olivia polos.
Bukannya menjawab, Dilon malah melingkarkan kedua tangannya memeluk pinggang perempuan itu, kepalanya pun Ia senderkan di bahunya. Olivia hanya tersenyum lalu mengusap kepala Dilon.
Tadi saja di depan rumah pria itu emosi sampai tidak sadar menyakiti nya, tapi lihatlah sekarang Dilon malah bermanja-manja. Kedua mata Olivia lalu terpejam saat pria itu mengecup leher jenjangnya.
"Lo kan belum mandi, kok udah wangi lagi sih?" tanya Dilon tanpa berniat menjauhkan wajahnya.
"Gak tahu, emang aku kan suka wangi," jawab Olivia kepedean.
"Gak papa deh, gue suka wangi tubuh lo. Kaya wangi susu, tapi ada wangi mawar juga. Ini parfume atau sabun?"
"Dua-duanya mungkin."
Olivia terkejut saat Dilon malah mendorongnya ke depan, Olivia pun langsung menahan tangannya di dinding. Dadanya mulai berdetak cepat, merasa gugup dengan suasana ini.
"Dilon aku mau mandi," ucap Olivia dengan suara tertahan, merasa geli karena pria itu mengecupi leher dan bahunya.
"Mau gue mandiin gak? Atau mau mandi bareng?" tawar Dilon modus.
"Ish apaan sih? Nanti kalau Mama sama Papa tahu, habis kamu dimarahin!" kata Olivia pura-pura galak.
Dilon lalu tertawa kecil, "Iya juga ya, tapi beda lagi kalau misal gue udah nikahin lo."
Kali ini Olivia yang tertawa, merasa konyol saja karena Dilon sudah mengungkit tentang pernikahan. Mereka kan masih muda, masih sekolah juga. Jarang sekali ada lelaki di usia segini berpikir sejauh itu.
"Sudah ih lepasin, aku mau mandi sekarang nih!" tegur Olivia sambil menyikut perut pria itu.
Mau tidak mau, Dilon pun akhirnya melepaskan pelukannya dan Olivia pun segera masuk ke kamar mandi sebelum Dilon semakin menjadi-jadi. Dilon yang melihat itu hanya terkekeh kecil, merasa lucu saja.
Dilon lalu duduk di ranjang, sambil memperhatikan kamar dalam diam. Tidak sengaja Ia melihat ponsel Olivia, Dilon pun membawanya untuk mengecek. Ternyata di kunci, nanti Dilon akan tanyakan kata sandinya.
Hanya saja di layar terpampang ada sebuah pesan, dengan nama seorang lelaki dan pesan singkat nya yang membuat Dilon mulai panas menduga sesuatu.
Dari Septian, [Olivia makasih untuk bantuan tadi siang, nanti aku akan ganti minuman kamu besok.]
"Septian? Apa si culun mata empat itu?" tanya Dilon seorang diri.
Memangnya apa saja yang tadi siang mereka lakukan? Sial sekali Dilon sedang tidak ada di sekolah, sepertinya mereka sempat bersama. Dilon menggeram pelan merasa cemburu.
"Ck awas aja kalau dia main-main, gak akan gue biarin," desis Dilon dengan mata memicing menatap pintu kamar mandi.
Sayang sekali ponselnya di kunci, padahal Dilon ingin sedikit bermain dengan Septian. Sepertinya besok mereka akan bertemu, Dilon harus menyelidiki diam-diam.