kisah ini sekuel dari novel Karma pemilik Ajian Jaran Goyang.
Adjie merasakan tubuhnya menderita sakit yang tidak dapat diprediksi oleh dokter.
Wati sang istri sudah membawanya berobat kesana kemari, tetapi tidak ada perubahannya.
Lalu penyakit apa yang dialami oleh Adjie, dan dosa apa yang diperbuatnya sehingga membuatnya menderita seperti itu?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bingung
Sorot mata sosok berambut panjang itu tersenyum seringai. Ia todak mungkin melepaskan Adjie begitu saja. Bagaimana mungkin seseorang yang pernah membuatnya cinta gila hingga tewas dalam dahaga cinta membiarkan lelaki itu masih hidup tanpa menderita?
Tentu saja tidak!
"Tidak seperti konsepnya!" sosok itu membuat suhu ruangan yang semula dingin bagaikan didalam freezer kini menjadi begitu panas.
"Maafkan aku,, kasihanilah aku." Adjie mengatupkan kedua tangannya didepan dada, berharap sosok itu menaruh iba padanya.
Tubuhnya sudah begitu gemetar. Ia merasakan ketakutan yang sangat luar biasa, dan keringat mengucur deras dari pori-pori ditubuhnya.
Sosok itu semakin dekat padanya, hingga wajah mereka hampir tak berjarak, dan Adjie memilih mengatupkan kedua matanya, sebab ia tak sanggup untuk menatap dua bola mata yang menghitam legam tanpa cela.
"Kematian harus dibalas dengan kematian!" sosok itu menekankan nada ucapannya dengan suara yang terdengar parau dan membuatnya semakin bergidik ngeri saat merasakan jemari tangan dari makhluk kegelapan tersebut sudah mencengkram perkututnya yang masih mengucurkan darah.
"Aaaaarrrgh....," erang Adjie kesakitan.
"Bagaimana rasanya? Sakit-bukan?" sosok itu tampak puas melihat ketidakberdayaan korbannya dengan senyum seringai yang penuh kebencian. "Kamu dulu begitu bangga dengan barangmu ini! Mengumbarnya kesana dan kemari pada setiap wanita yang ingin kau jadikan korban pelampiasan bejadmu!" sosok itu semakin kuat mencengkram perkutut yang membengkak.
"A-ampun, ampuni aku, aku tidak akan mrnggunakan ajian itu lagi!" jawab Adjie terbata. Ia kini menyadari jika ajian jaran goyang yang pernah ia pelajari menjadi petaka bagi orang lain, dan kini berimbas pada dirinya, mungkinkah ini karma yang harus ia terima?
"Tidak ada pengampunan untuk orang sepertimu! Karena aku adalah iblis, bukan Tuhan yang selalu berlembut hati pada hamba-Nya!" sosok itu semakin kencang mencengkramnya, hingga cairan pekat bercampur nanah terus saja bercucuran.
Adjie merasakan seluruh syaraf ditubuhnya seolah tersayat. Rasa sakit yang begitu kuat tak lagi mampu ia tahan, dan semuanya begitu menyiksa dengan penderitaan yang cukup besar.
Wajahnya memerah dan memucat. Perlahan cairan pekat itu keluar dari sudut mulutnya, suhu tubuhnya meningkat dan terasa panas hingga 39° celcius.
Dunianya begitu kelam. Ia menyadari, jika ajian jaran goyang yang ia pelajari tidak membawa keberkahan, melainkan kemudharatan bagi orang lain dan juga dirinya.
Rasa sakit sudah merajam selutuh tubuhnya, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
*****
Radit mendapatkan perintah dari pak RT untuk memberi makan Adjie pada hari ini. Merela bergiliran mengantarkan makanan untuk pria malang itu setiap harinya.
Adjie sudah berobat ke rumah sakit, tetapi dokter tidak dapat melihat sakit apa yang dialami olehnya, sehingga warga merasa prihatin padanya, terlepas dari segala kesalahan yang pernah ia lakukan dimasa lalu.
"Assalammualaikum," ucap Radit, lalu membuka handle pintu yang tidak pernah terkunci.
Pria itu masuk dengan membawa sepiring nasi dan lauk seadanya. Ia melihat rumah yang penuh debu karena tidak terawat dan warung yang masih tertutup, sebab Wati hari ini baru akan pulang kerumah.
Langkah Radit tampak sangat hati-hati. Ia mengendus aroma anyir dan bau busuk yang menyengat saat kakinya sudah berada dikoridor kamar menuju dapur.
"Djie, Adjie," panggilnya dengan sangat pelan. Pandangannya ia edarkan kesehala arah. Saat berada diambang pintu kamar, ia tak menemukan Adjie diranjangnya.
Sesat ia merasa jika dirinya ada yang mengawasi dari setiap sudut ruangan dan punggungnya menebal saat merasakan hawa negatif yang begitu kuat.
Pria itu merasakan sesuatu yang benar-benar tidak beres terjadi pada Adjie dan rumahnya.
Akan tetapi, semakin ia merasa penasaran, semakin kuat hawa negatif yang datang.
Seketika langkahnya terhenti saat tiba dipintu penghubung. Ia melihat Adjie tergeletak dilantai dengan kondisi yang cukup parah.
"Astaghfirullah!" ucapnya dengan nada panik.
Pria itu meletakkan sepring nasi yang dibawanya dari rumah diatas meja dapur, lalu bergegas menghampiri tubuh pria yang pesakitan tersebut.
Aroma anyir darah dan juga nanah membuatnya sangat mual, namun ia tak sempat untuk berlengah.
Ia menyentuh lengan pria malang itu untuk dipindahkan, namun..., "Astaghfirullah!" ia merasakan jemarinya seolah tersengat aliran listrik yang cukup kuat dan membuatnya terjungkal kebelakang.
Sontak saja Radit menjauh dan memandang bingung. Semakin lama ia merasakan hawa negatif semakin kuat, dan merasakan ada sesuatu yang terus mengikutinya dari arah belakang.
Radit bergidik ngeri. Ia beranjak bangkit dan berlari keluar rumah untuk menuju rumah pak RT dan mengabarkan kejadian yang ia temui dirumah Adjie.
Nafasnya memburu, dan dadanya terasa sesak. Ia berjalan dengan langkah yang cukup cepat, dan tiba dirumah pak RT yang saat itu terlihat berpakaian rapih dan hendak pergi.
"Ada apa, Dit? Kok wajahmu pucat begitu?" tanya pria yang semuran dengan Radit tersebut.
"B-begini, Pak RT. Saya kan dapat tugas giliran beri makan si Adjie, tapi saat saya tiba disana, dia sudah tergelatak dengan bersimbah darah dan nanah," jelasnya dengan sedikit terbata menahan rasa gemuruh didalam dadanya.
Seketika pria berpangkat RT itu tercengang. Lalu tanpa menunggu lama, mereka bergegas menuju kediaman Adjie.
Warga yang melihat ketergesaan keduanya merasa kepo dan mengikuti dari arah belakang.
Setelah tiba didepan pintu rumah Adjie, mereka serentak menutup hidung dengan ujung kerah pakaian agar aroma anyir dan busuk itu tak menyumbat pernafasan mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu warga. Namun tak ada jawaban, sebab mereka juga baru tiba ditempat itu, dan pak RT masuk ke dalam yang diikuti warga lainnya.
Saat mereka tiba dipintu penghubung, mereka dikejutkan oleh tubuh Adjie yang tergeletak dengan bersimbah cairan berbau anyir yang keluar dari perkututnya yang membengkak.
"Astaghfirullah," serentak mereka beristighfar. Sungguh sangat miris nasib yang dialami oleh pria malang tersebut.
Pak RT memeriksa kondisi Adjie dan masih ada tanda-tanda kehidupan.
Kemudian, pria itu meraih ponselnya, lalu menekan nomor ambulance untuk membawa Adjie kerumah sakit.
Radit mengamati reaksi pak RT yang biasa saja saat menyentuh Adjie barusan, tidak ada tanda-tanda tersengat seperti yang ia alami barusan.
Warga berkasak dan kusuk dengan segala spekulasi yang berkembang saat melihat kondisi pria tersebut.
Bagi mereka yang pernah menonton vidio viral Adjie yang diperkaos para pria beramai-ramai ketika masa iti, menganggap jika Adjie terkena penyakit menular yang saat ini sedang dialaminya.
Mereka bergidik ngeri atas penderitaan pria tersebut dan tidak dapat membayangkan jika rasa sakit yang diderita oleh Djie saat ini pasti sangat begitu menyakitkan.
Mobil ambulance tiba. Dua petugas medis datang dengan membawa brangkar yang didorong kedalam, dan hal itu mmebuat warga harus segera memberi jalan pada mereka agar dapat mengevakuasi Adjie dengan mudah.
ternyata kamu kembang desa tapi kekurangan. sehingga orang semena-mena sama kamu...😥
yang pasti bukan Mande kan... jauh dari kriteria...
tapi masalahnya, kenapa mereka teriak-teriak dirumah Mande . minta pertanggungjawaban...
ada apakah gerangan...???
eh maksdnya bukan anton yg hebat, tapi para jin2 nya yg hebat
begu ini apa?