Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30.Membantu di Kafe
Setelah lulus sekolah, Raya merasa bingung harus berbuat apalagi untuk mengisi waktu luangnya sekarang ini.
Saat ini Raya sedang sarapan bersama Aaron setelah mengantar Naya dan Rafael sekolah.
"Kamu kan sekarang udah lulus SMA, nanti mau kuliah atau mau bagaimana?" Ucap Aaron di sela-sela sarapannya.
Raya yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Aaron itu langsung terdiam sejenak.
"Kok, malah diam aja?" Tanya Aaron lagi.
Raya hanya menggelengkan kepalanya karena tidak tahu harus apa setelah lulus sekolah sekarang ini. Aaron kemudian menemukan sebuah ide yang terlintas di kepalanya.
"Gimana kalo kamu coba bantu-bantu mama aja di kafe punya mama, sekalian kamu belajar kalau misalkan kamu punya kafe nantinya," Aaron memberikan usulannya pada Raya.
Raya yang mendengar saran dari Aaron kemudian merasa saran dari Aaron ini terdengar cukup menarik baginya.
"Raya mau, nanti Raya bisa sekalian belajar masak sama mama Rani biar tambah jago lagi," ucap Raya dengan semangat yang tinggi.
*****
Dan kemudian sejak itu, sudah seminggu kegiatan Raya membantu Rani di kafe miliknya. Adapun kegiatannya, yang Raya lakukan disana lebih sering berada di dapur dan sesekali ia akan diajari oleh Rani cara mengelola Kafe ini, bagaimanapun ia tidak mengerti tentang sesuatu yang berkaitan dengan bisnis kafe ini.
Dalam hal ini Raya diajari langsung oleh Rani tentang bagaimana cara mengelola sebuah kafe.
Tetapi, Raya lebih sering berada di dapur daripada mengurus sesuatu yang belum dia mengerti dengan baik itu. Apalagi Rani juga sudah menyiapkan dapur khusus untuknya agar bisa mengembangkan berbagai macam resep yang sudah ada.
Raya juga belum berani menyajikan hasil masakannya itu kepada para pengunjung, ia takut rasa masakannya itu tidak cocok di lidah para pengunjung yang datang.
Raya hanya sesekali saja menghidangkan makanan buatannya untuk para pengunjung sudah mengisi data diri untuk mau mencoba masakannya.
Untungnya banyak orang yang mau mencoba masakan Raya, selain karena rasanya yang enak, masakan itu juga gratis.
Teman-teman kelas Raya terkadang juga datang ke kafe ini. Terutama sahabatnya Fika.
Hampir tiap hari Fika datang kesana, apalagi Fika sering sekali mengganggunya ketika ia akan mencoba untuk membuat suatu masakan.
Raya juga sudah malas melarang sahabatnya itu yang terus saja merecokinya.
Seperti sekarang ini, Raya yang sedang membuat adonan roti terus saja diganggu oleh Fika.
"Issh, jangan dimasukin terus telurnya udah kebanyakan!" Ucap Raya merasa kesal.
Ia kesal karena Fika terus-terusan memasukkan telur ke adonan roti yang ia buat.
"Hehe, maaf abisnya seru mecahin telurnya!" Ucap Fika sambil sedikit tertawa.
"Ngomong-ngomong, gimana sekarang hubungan kamu sama si paman suami itu!" Ucap Fika setelah berhenti mengganggu Raya.
Raya langsung terhenti dari kegiatannya yang sedang mengaduk adonan roti.
Perasaan di hatinya semakin terasa tinggi pada Aaron, tetapi hubungannya masih sama saja setiap hari dan tidak ada perubahan yang terjadi, membuatnya menjadi sedih ketika memikirkannya.
"Raya? Haloo?" Panggil Fika di sampingnya.
Fika yang melihat Raya yang malah terdiam ditempat, ia jadi kesal dan mencubit tangan Raya sedikit keras.
"Aduh, sakit tau!" Protes Raya.
"Ditanya malah bengong bukannya jawab!" Ucap Fika kesal.
Raya hanya menghela nafas panjang.
"Nggak tau, Raya jadi bingung," ucap Raya pada akhirnya.
"Hah kok malah bingung, jangan-jangan si paman masih nggak sadar sama perasaan kamu?" Ucap Fika sambil menebak.
Ucapan Fika hanya diangguki dengan lesu oleh Raya.
"Kalau udah begini, kamu harus ngomong langsung aja sama si paman, nggak usah pakai basa-basi lagi!" Ucap Fika memberi saran.
Raya kemudian kembali memikirkan saran dari Fika. Apakah ia memang harus secara langsung menyatakan perasaan yang ia rasakan ini, dan menanyakan pada Aaron bagaimana tanggapannya?