NovelToon NovelToon
Agent UnMasked

Agent UnMasked

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Roman-Angst Mafia
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.

Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.

“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.

“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”

“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.

Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”

Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.

Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Rencana Siap Dilaksanakan

Malam di pulau kecil itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Hanya ada suara ombak yang berkejaran di tepi pantai dan desiran angin yang membawa aroma laut. Di bawah sinar bulan yang terang, Aksara dan Aliyah duduk berdampingan di atas hamparan pasir putih.

Aliyah menatap Aksara dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ada kebanggaan di sana, melihat lelaki yang dicintainya telah kembali pulih setelah hampir kehilangan nyawanya. Namun, ada juga ketakutan yang menghantui pikirannya. Misi yang akan mereka jalankan bukanlah sesuatu yang mudah, dan jika ada sedikit saja kesalahan, mereka bisa kehilangan segalanya.

Aksara, yang merasakan kecemasan di mata Aliyah, tersenyum lembut lalu menggenggam tangan gadis itu erat. “Kau tidak perlu khawatir. Aku sudah mempertimbangkan segalanya.”

Aliyah menelan ludah, mencoba menenangkan hatinya. “Aku hanya... aku tidak ingin kehilanganmu, Aksara. Aku sudah kehilangan begitu banyak orang dalam hidupku. Aku tidak sanggup kehilanganmu juga.”

Aksara mengusap punggung tangan Aliyah dengan lembut. “Aku berjanji, aku akan kembali. Setelah semua ini selesai, aku akan menikahimu.”

Aliyah terkejut, matanya membesar. “Aksara...”

Lelaki itu tersenyum, lalu mengecup punggung tangan Aliyah dengan lembut. “Aku ingin masa depan bersamamu, Aliyah. Aku ingin hidup normal, jauh dari semua kekacauan ini. Aku ingin membangun keluarga bersamamu.”

Aliyah tidak mampu menahan air matanya. Ia terisak pelan, lalu mengangguk. “Kalau begitu, pastikan kau kembali padaku.”

Aksara mengangguk yakin.

Namun, momen romantis itu tiba-tiba buyar ketika seseorang berdeham keras dari kejauhan.

“Aku tidak ingin merusak suasana,” ujar Oberoi dengan nada sarkastik sambil bersedekap. “Tapi jika kalian sudah selesai dengan drama percintaan, bisakah kita kembali fokus pada rencana?”

Aliyah buru-buru mengusap air matanya, sementara Aksara hanya tersenyum kecil sebelum berdiri. “Baiklah. Kita lanjutkan.”

Mereka bertiga duduk mengitari sebuah sketsa kasar yang digambar di atas pasir. Itu adalah peta lokasi yang menjadi target mereka—fasilitas rahasia tempat semua eksperimen gila itu dilakukan.

“Aku sudah menghubungi teman lamaku,” kata Oberoi sambil menunjuk ke sketsa kapal kecil di pinggir peta. “Dia berhasil mendapatkan perahu bawah laut yang cukup kecil untuk tidak terdeteksi radar, tapi cukup kuat untuk membawa kita menyusup ke dalam.”

Aksara mengangguk, matanya berbinar penuh semangat. “Bagaimana cara kita masuk?”

Oberoi menghela napas. “Ada jalur pembuangan limbah di bagian bawah gedung. Itu satu-satunya titik masuk yang tidak diawasi dengan ketat. Tapi kita harus bergerak cepat sebelum ada yang menyadari kehadiran kita.”

Aliyah, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Dan jika kita ketahuan?”

Oberoi menyeringai. “Kalau itu terjadi… kita harus siap bertarung.”

Suasana menjadi lebih tegang. Ini bukan sekadar rencana biasa—ini adalah misi hidup dan mati.

Aksara menarik napas dalam. “Baik. Kalau begitu, kita berangkat sebelum fajar.”

Persiapan Sebelum Misi

Malam itu, mereka bertiga sibuk mempersiapkan perlengkapan. Aliyah memastikan semua persediaan medis tersedia, mulai dari perban, antiseptik, hingga suntikan adrenalin jika terjadi keadaan darurat.

Oberoi, di sisi lain, mengecek persenjataan sederhana yang mereka bawa. Sebuah pistol kecil dengan peluru terbatas, pisau tajam, serta beberapa alat lain yang bisa berguna di saat genting.

Sementara itu, Aksara duduk sendirian di tepi pantai, menatap lautan yang gelap. Pikirannya melayang jauh, kembali pada kenangan tentang orang tuanya, tentang semua kehilangan yang telah ia alami.

Aliyah datang menghampirinya, membawa secangkir teh hangat yang ia buat dari daun-daun herbal yang tumbuh di pulau itu. “Minumlah, ini akan membuatmu sedikit tenang.”

Aksara menerima cangkir itu dengan senyum kecil. “Terima kasih.”

Aliyah duduk di sampingnya, menatap wajah Aksara yang diterangi cahaya bulan. “Apa kau takut?”

Aksara terdiam sejenak sebelum mengangguk. “Aku takut gagal. Aku takut jika semua ini sia-sia. Tapi yang paling kutakutkan… adalah kehilangan kalian.”

Aliyah menggenggam tangan Aksara. “Kau tidak akan kehilangan kami. Aku dan Oberoi akan selalu bersamamu.”

Aksara menoleh, menatap Aliyah dalam-dalam. “Kau benar-benar gadis yang luar biasa, Aliyah.”

Aliyah tersenyum kecil. “Dan kau lelaki paling keras kepala yang pernah kutemui.”

Mereka tertawa kecil. Lalu, tanpa bisa dicegah, Aksara mendekat, dan Aliyah pun menutup matanya.

Namun, sebelum bibir mereka bertemu, suara langkah kaki terdengar dari belakang.

“Jangan sampai aku muntah,” ujar Oberoi sinis sambil melipat tangan di dadanya.

Aliyah langsung menjauh dengan wajah merah padam, sementara Aksara hanya menghela napas panjang.

“Ada apa?” tanya Aksara, berusaha mengalihkan rasa canggung.

Oberoi menyerahkan sebuah tas kecil. “Aku sudah menyiapkan semuanya. Sekarang kita tinggal menunggu waktu yang tepat.”

Aksara menerima tas itu, lalu mengangguk. “Baik. Kita berangkat sebelum matahari terbit.”

Misi Dimulai

Ketika fajar hampir menyingsing, mereka sudah berdiri di tepi pantai, menatap perahu bawah laut yang tertambat di dekat gua tersembunyi.

Aksara menoleh ke arah Aliyah. “Ini kesempatan terakhirmu untuk mundur. Kau tidak harus ikut.”

Aliyah menatap Aksara tajam. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian. Aku sudah berjanji akan bersamamu, apa pun yang terjadi.”

Aksara tersenyum kecil, lalu menggenggam tangan Aliyah. “Baiklah. Mari kita akhiri ini.”

Mereka bertiga naik ke dalam perahu, lalu perlahan menyelam ke dalam kedalaman laut.

Di atas permukaan, matahari mulai muncul di ufuk timur, menandakan dimulainya hari baru.

Namun, di dalam kegelapan laut, mereka melaju menuju bahaya yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya.

Dan mereka tidak menyadari bahwa seseorang telah mengetahui rencana mereka—seseorang yang telah menunggu kedatangan mereka dengan penuh kesabaran.

Bersambung…

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, jangan lupa like dan komentarnya ya.

Terima kasih.

1
Riezki Arifinsyah
met Knal Thor
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Erik Andika: mampir di channel ku kak kalo berkenan juga
ziear: oke kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!