NovelToon NovelToon
One Night Stand With ( My-Bos)

One Night Stand With ( My-Bos)

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rha Anatasya

Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

Faaris menggelengkan kepala nya, dia merasa pusing hanya karena satu orang wanita, siapa lagi kalau bukan sekretaris nya sendiri, Balqis.

"Antar saya ke rumah sakit, Pak." Ucap Faaris akhirnya, dia masih ingin memastikan apa yang datang tadi adalah Balqis atau bukan, memastikan kalau semua yang tadi dia alami bukan sebuah halusinasi saja.

"Baik tuan, mari." Sang supir membukakan pintu belakang untuk Faaris, dan pria itu segera masuk ke dalam, duduk dengan nyaman.

Di rumah sakit, Balqis sedang menangis, dia merasa putus asa. Baru saja ibu nya sadar tapi kondisi nya kembali drop. Hingga membuat para dokter pun panik.

"Bagaimana ini, bahkan setelah operasi pun keadaan ibu tak kunjung membaik." Gumam Balqis di sela tangis nya. Balqis terduduk di kursi tunggu dengan menutup wajah nya dengan kedua tangan. Tak lama, terdengar suara derap langkah kaki mendekat, membuat Balqis mendongak, dia kira dokter yang keluar dari ruangan ibu nya, tapi ternyata itu Faaris yang datang dengan setelan jas rapih nya.

"Kau menangis Balqis? Ada apa?" Tanya Faaris dengan dahi yang berkerut.

"Ibu drop lagi, Tuan." Jawab Balqis, membuat Faaris refleks memeluk Balqis. Balqis pun tak menolak, dia menumpahkan tangis nya di dada bidang Faaris.

"Menangis lah jika itu membuat hati mu tenang, Balqis." Ucap Faaris, pria itu mengusap lembut kepala Balqis.

Sekarang Faaris yakin kalau kejadian di kebun teh tadi benar-benar halusinasi nya, bagaimana bisa dia berhalusinasi tentang Balqis?

"Kita duduk Balqis." Ajak Faaris, lalu mendudukan Balqis di kursi besi di lorong rumah sakit itu.

"Bagaimana bisa ibu mu kembali drop, bukan nya dia sudah di operasi? Operasi nya berhasil kan, Balqis?" Tanya Faaris, tapi Balqis hanya diam. Dia terlalu banyak menelan pil pahit hari ini, mulai dari operasi ibu nya yang di nyatakan gagal, ibu nya kritis, sempat berharap ibu nya sembuh setelah melihat nya sadar, tapi ternyata cobaan nya belum berakhir.

"Operasi nya gagal tuan, tadi pagi Ibu sempat kritis, tapi siang nya beliau bangun, tapi sekarang malah drop." Jawab Balqis lirih, nyaris tak terdengar.

"Kuatlah Balqis, ibu mu sedang di uji dengan penyakit nya. Kamu yakin dia bisakan? Jangan putus asa."

"Tapi Tuan, saya takut kalau ibu tak mampu bertahan sejauh itu."

"Jangan mendahului takdir, Balqis. Pasti ada jalan nya, sebaiknya kamu berdoa sekarang. Semoga ibu mu baik-baik saja." Nasehat Faaris, padahal dia sendiri tak pernah berdoa untuk mendoakan kesembuhan istri nya.

"Kenapa tuan kesini?" Tanya Balqis.

"Hanya ingin tahu keadaan ibu mu saja, Balqis." Jawab Faaris dengan wajah super datar nya.

"Lalu?"

"Itu saja." Jawab Faaris singkat, padahal dalam hati dia mengkhawatirkan keadaan sekretaris nya itu.

"Tak usah khawatir tuan, saya baik-baik saja." Jawab Balqis, membuat Faaris menggeleng tak percaya.

"Jangan berbohong Balqis, aku tau keadaan mu tak baik."

Balqis menatap Faaris dengan kedua mata sembab nya, membuat Faaris kembali memeluk Balqis, menyandarkan kepala gadis itu di dada nya.

"Jangan berpura-pura tegar padahal hati mu hancur, Balqis.berpura-pura, aku suka orang yang apa adanya."

Mendengar ucapan Faaris, Balqis kembali menangis. Faaris benar, dia sedang merasa hancur saat ini, hancur sehancur hancurnya.

Faaris masih memeluk Balqis, bahkan saat pintu ruangan terbuka pun kedua nya tak menyadari nya.

"Permisi, maaf mengganggu."

"Iya dok, bagaimana keadaan ibu saya?" Tanya Balqis dengan serius, terlihat dari tatapan mata nya. Sedangkan Faaris melempar tatapan tajam nya ke arah dokter muda itu, dia melihat tatapan penuh minat pada Balqis dan dia tak suka itu.

"Kondisi ibu anda memburuk, dengan berat hati kami nyatakan ibu anda koma Nona."

Jederr...

Balqis limbung tak mampu menopang tubuh nya lagi, dia benar-benar merasa hancur saat ini. Bagai tersambar petir di siang hari, Balqis terasa di hujam ribuan pedang saking sakit nya. Dia tak mampu lagi menahan nya, akhirnya dia lemas tak sadarkan diri di pelukan Faaris.

"Balqis, sadarlah. Balqis.." Faaris menepuk pipi Balqis, tapi nihil perempuan itu tak bergerak sedikit pun.

"Sebaiknya Balqis di bawa ke ruang perawatan Tuan, dia pasti sangat shock." Saran dokter itu, dia berniat membantu membawa Balqis.

"Jangan berani menyentuh Balqis ku!" Tegas Faaris, membuat dokter itu segera melepaskan pegangan tangan nya di kaki Balqis, memilih menurut saja. Pria di depan nya nampak arrogan dan posesif. Sebenarnya apa hubungan pria itu dengan Balqis? Mungkin begitu lah batin dokter itu.

Dokter itu mengikuti Faaris yang berjalan dengan menggendong Balqis.

"Sadarlah Balqis..." Gumam Faaris, pria itu mempercepat langkah nya menuju ruang perawatan.

Sesampai nya di ruang perawatan, Faaris merebahkan Balqis di brangkar rumah sakit dan membiarkan dokter memberikan perawatan pada Balqis.

"Di infus saja ya? Nona Balqis kekurangan banyak cairan."

"Terserah bagaimana baik nya saja, tapi jangan membuat nya kesakitan!" Tegas Faaris, membuat dokter itu hanya mengangguk saja. Dokter itu mulai menginfus Balqis menusukan jarum kecil di punggung tangan Balqis.

"Selesai Tuan, saya permisi dulu. Dia akan baik-baik saja."

"Ya, Balqis ku adalah wanita yang kuat. Dia takkan menyerah hanya karena masalah ini."

Jawab Faaris sinis. Dokter itu hanya mengendikan bahu nya dan pergi dari ruang rawat itu.

Faaris menunggui Balqis, hingga tak terasa hari sudah beranjak malam. Ponsel nya beberapa kali berbunyi, tapi Faaris mengabaikan nya dan hanya fokus menunggui Balqis yang masih belum sadarkan diri.

Hingga telpon entah ke berapa kali nya, baru lah Faaris mengangkat nya dan ternyata dari asisten pribadi istri nya di rumah.

"Hallo monic, ada apa?"

"Tidak tuan, Nyonya tanya apa tuan akan pulang malam ini?" Tanya nya.

"Katakan pada Elma, aku pasti pulang. Sebentar lagi,"

"Baik tuan, akan saya sampaikan." Jawab nya, setelah itu Faaris mematikan sambungan telepon nya secara sepihak.

Dia tak mungkin meninggalkan Balqis dalam kondisi seperti ini, tapi dia juga punya tanggung jawab sebagai suami.

"Cepatlah sadar Balqis." Gumam Faaris.

Tak lama, dokter yang tadi datang untuk memeriksa keadaan Balqis.

"Dok, saya nitip Faaris ya?"

"Boleh tuan, silahkan." Jawab dokter itu dengan senyum ramah nya.

"Jangan sentuh-sentuh Balqis saat saya tak ada, besok pagi saya kesini lagi."

"Baik tuan." Jawab dokter itu, setelah percakapan yang singkat itu Faaris pun pergi meninggalkan ruangan rawat Balqis.

Faaris segera menaiki mobil nya, tentu nya sang supir sudah siap di dalam mobil menunggu Faaris sedari tadi.

"Pulang pak, cepatlah." Perintah Faaris, dan langsung di angguki oleh sang supir.

Dia melajukan mobil nya dengan kecepatan sedang. Hingga, tiba-tiba saja mobil itu berhenti, membuat Faaris heran.

"Ada apa ini?"

"Maaf tuan, di depan seperti nya ada kecelakaan." Ucap supir nya.

"Pergi dan lihat lah dulu, aku menunggu disini."

Supir keluar dari mobil itu, meninggalkan Faaris sendirian di dalam mobil. Hati nya kini bercabang, antara benar-benar harus pulang atau kembali lagi dan menunggu Balqis hingga sadar?

Dia duduk dengan gelisah di kursi belakang, dia bingung saat ini.

Supir kembali dengan wajah panik nya, bahkan keringat mengucur deras di kening nya.

"Tuan, kecelakaan beruntun parah di depan. Seperti nya butuh waktu lama untuk mengevakuasi banyak kendaraan dan juga korban." Jelas supir itu.

"Lalu bagaimana sekarang?"

"Apa sebaiknya Tuan menginap saja di hotel? Ini akan lama."

"Putar balik saja, aku ingin ke rumah sakit lagi."

"Tuan akan tidur disana?"

"Ya, memang nya kenapa?" Tanya Faaris.

"Tidak tuan, baik saya akan mengantar anda." Jawab supir itu, lalu segera memutar mobil dan kembali ke rumah sakit.

Sedangkan di rumah, Elma tengah menunggu kedatangan sang suami di kamar nya.

"Monic, apa kata suami ku?" Tanya nya.

"Nyonya, tuan sedang dalam perjalanan pulang, dia bilang akan sampai sebentar lagi." Jawab Monic, asisten pribadi nya selama 3 tahun ini.

"Tapi ini su-dah cukup lama, Monic. Harus nya dia kembali menghubungi mu kalau tak jadi pulang, kalau dia tak pulang aku takkan menunggu nya."

"Baik nyonya, saya akan menghubungi Tuan lebih dulu."

Monic kembali menghubungi Faaris, tapi sudah beberapa kali panggilan itu tak di angkat juga.

"Tidak di angkat, Nyonya."

"Mungkin dia sedang sibuk."

Jawab Elma, padahal hati nya merasa gundah dan mempertanyakan dimana suami nya saat ini?

'Dimana kamu Mas? Kamu tidak sedang bersama wanita lain kan, dan membiarkan istri mu menunggu?' Batin Elma, dia sangat cemas saat ini.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!