Fell Harder to You
Awalnya Marley merasa biasa saja dengan Elang. Semakin kesini takdir selalu mempertemukan mereka. Berteman dengan kaka dan teman teman kaka nya membuat Marley seperti berada di kebisingan yang tiada henti.
Termasuk Clara ia lah mak comblang bawel nya.
Apakah Marley akan menyukai ketos itu?
atau apakah Marley akan menelan ludah nya sendiri dengan berkata tak akan suka dengan lelaki populer?
Saksikan kisah mereka dii Fell Harder to You yaaa
jangan lupa tinggalin jejakkkk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byanzaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Day
Hari ini, tepat pada tanggal 20 September. Lomba OSN di adakan di sebuah gedung besar, yang di bagi bagi dimana lomba Matematika, Fisika, Geografi dan Ekonomi itu di bedakan ruangan.
Elang dan Marley memasuki ruang dengan jas yang di berikan dan mereka memakai seragam sekolah High School Nusantara nya.
Juri telah memulai acara lomba ini. Tangan Elang maupun Marley silih bergantian untuk menekan bell, seperti peserta lain tak ada celah untuk menekan bell itu.
Sangat segit pertarungan ini, Elang dan Marley mempunyai lawan yang berbeda 20 poin bersama mereka. Elang masih terus menekan bell, karena di samping nya Marley terlihat agak terbebani karena selalu menggelengkan kepala karena salah akan jawaban nya.
Walaupun begitu, poin High School Nusantara di sini lebih tinggi dari peserta lain nya. Sembari memperhatikan apa yang juri katakan tentang soal cerita. Elang melihat tangan Marley di kepalkan kembali di atas meja, pertanda bahwa Marley sedang kalut.
Elang membuka kepalan tangan Marley lalu menggeleng mengisyaratkan itu tak boleh "fokus, bayangkan hanya ada saya dan juri yang memberikan soal." bisik nya pelan, lalu lanjut mengisi soal cerita yang di bacakan. Begitu juga Marley, ia bagaimanapun harus berjuang atas apa yang ada di dalam kepala nya.
Akhirnya babak 1 selesai, peserta di persilahkan untuk istirahat untuk 30 menit kedepan. Mendengar itu Marley menyandarkan punggung nya pada kursi, sembari menarik napas panjang.
Elang tersenyum menyaksikan itu, botol berisi air putih ada di kedua tangan nya. "kamu hebat, mau berjuang kembali?" tanya nya sembari mengulurkann tangan dengan air botol di tangan nya.
Marley tersenyum tipis "makasih, kaya nya ak agak lemah di babak 2. Bantuin ya" pinta nya lalu meneguk air di botol itu.
"iyaa, saya pasti membantu"
"oh ya, tadi saya mengambil botol minum itu. Saya melihat mereka tertawa ke arah saya, ada yang salah memang?" tanya Elang dengan menepuk baju nya sendiri.
Marley memperhatikan dimana Elang membuat kesalahan pada baju nya. Marley terkekeh "itu dasi baju kaka dan rambut kaka beberapa helai ke atas." jawab nya sembari menunjuk dasi dan rambut kakak kelas nya itu.
Dengan terburu buru ia membenarkan rambut nya. Pantas saja tadi Elang di tertawakan, dasi nya saja sangat kurus, ramping dan tak rapi. Hughh pintar di segala hal namun sepertinya Elang tak pintar dalam memakai dasi.
Lihat saja sekarang, Elang berusaha membenarkan dasi nya namun, tetap sama seperti sebelumnya. Berantakan. "lo ga bisa pake dasi ya? Ceroboh" sindir Marley lalu meraih dasi Elang.
Elang hanya mematung melihat Marley membenarkan dasi nya ya katanya berantakan itu. "udah, lo udah siap menang bawa piala terus di jual buat beli es krim" puji Marley, sembari membenarkan sedikit jas yang di pake oleh Elang.
"iyaa, kamu juga sudah siap sepertinya untuk membeli es krim" jawab Elang melihat ke arah dasi nya dan ternyata benar, rapi.
"of course" balas nya sembari menganggukan kepala, dengan senyum tengil terpancar di bibir Marley.
Tak lama dari itu, juri kembali merebut mic dan lanjut membacakan soal soal. Kali ini benar saja, Marley sedikit kesusahan di babak 2, jadi lebih banyak Elang yang menekan bell.
Namun Marley juga banyak menekan bell, ia ingat lawan nya sekarang beda 10 poin dengan High School Nusantara. Detak jantung Elang dan Marley seperti nya lebih cepat dari biasanya.
Mereka sangat ganas untuk menjawab pertanyaan juri, juri nya saja sampai melongo akan usaha Elang dan Marley.
Soal terakhri di bacakan, sangat panjang untuk menyelesaikan nya. Elang dan Marley berusaha untuk membuat itu singkat untuk mempercepat waktu, agar tak tersusul lawan.
1
2
3
Ya, terdengar bell bersamaan di bunyi. Antara High School Nusantara dan lawan yang menekan bell bersamaan. Sedikit ricuh di sana, akhirnya juri memeriksa di kamera sang kameraman akan siapa yang menekan bell duluan.
Setelah hampir menunggu sekitaar 15 menit, juri telah memutuskan bahwa High School Nusantara lah yang pertama menekan bell dari pada lawan.
Elang dan Marley tersenyum, menyebutkan jawaban mereka dengan yakin. Lalu beberapa saat kemudian, juri mengangguk memberitahu bahwa itu jawaban benar.
Elang dan Marley tentu gembira, mereka berdiri dari duduk nya saling ber tos ria. Namun suara barang jatuh terdengar, dari arah lawan.
Sepertinya lawan mengamuk, Elang dan Marley melihat ke arah sana sebentar lalu mengangkat bahu tak peduli karena ada petugas keamanan disana.
"selamat untuk kemenangan nya"
Ujar seseorang memakai jas rapi, terlihat seperti nya sudah berumur, uban rambutnya terlihat. Elang dan Marley langsung menghentikan adegan ber tos ria tadi.
Elang tersenyum dan menerima jabatan tangan "terimakasih pak, terimakasih juga sudah datang"
Jabatan tangan itu di susul Marley yang sedang tersenyum juga. "kalian hebat, saya kira kalian akan kalah oleh lawan, tenyata lawan yang kalah dengan kalian."
"terimakasih atas pujian nya pak gubernur" sapa Marley dengan senyuman nya. Ya, yang menghampiri mereka adalah Pak Gubernur.
Terlihat sebelum pak Gubernur itu membuka mulut nya untuk berbicara, ajudan dnegan baju rapi di sertai earphone atau apalah itu di telinganya. Ajudan itu menghampiri nya dan membisikan sesuatu. "ah kalau begitu saya pamit, selamat sekali lagi" ucap nya kembali sebelum langsung mengikuti ajudan nya.
Sesi photo-photo dengan piala yang mereka raih sudah selesai. Elang dan Marley berjabat tangan dengan banyak orang penting di situ.
"heiii lang, ley sini photo" panggil bu Wulan dengan tangan di gerakan ke atas ke bawah untuk memanggil.
Elang dan Marley yang tadi sedang mengobrol, berpamitan pada lawan bicaranya lalu sedikit berlari untuk berphoto bersama itu.
*
"huhh, huhh. Ngapain bawa kesini" tanya Marley sembari menormalkan napas nya yang tak karuan.
Elang juga begitu, ia menepatkan tangan nya di lutut untuk menormalkan napas nya juga. "makan" ucap nya dengan tersenyum.
Jam menunjukan pukul 16.00 dimana Elang membawa Marley berlari pada saat bu Wulan dan peserta lomba lain nya sedang berdebat entah karena apa.
Oh ya, High School Nusantara membawa beberapa piala, karena semua bidang mereka menang. Entah juara 1, juara 2 atau juara 3.
Balik lagi ke keadaan Elang dan Marley, mereka berlari untuk sampai di tempat ini. Telrihat bangunan nya seperti restoran mahal.
Benar saja ketika masuk dalam restoran mereka langsung di tujukan ke satu tempat. Sudah Marley duga, Elang pasti sudah menjadwal kan itu pada pihak restoran.
"apa si, lo ngajak kesini kaya yang ounya uang aja" ucap Marley sembari duduk, walau heran mengapa ruangan mereka banyak kursi namun sepi, seperti hanya mereka saja di sana.
"iya, saya kan punya uang, maka nya ngajak kamu untuk makan di sini" jawab nya sembari mengambil minuman yang di berikan.
Marley pun begitu, ia melihat Elang dari atas ke bawah "tengil banget" ucap nya lalu menyeruput minuman.
Mereka sudah mengganti baju pada saat ini, kalau mereka tak mengganti baju mungkin akan di pandang setengah mata oleh pengunjung yang lain.
Makanan di sajikan, sangat banyak. Dimana ada bermacam-macam olahan matcha dan cokelat di meja mereka.
"loh? Kan belum pesen?" ucap Marley bingung setelah waiter itu pergi.
Terdengar di sana seorang yang memeinkan biola, dengan nada indah membuat Marley mengalihkan atensi nya hanya untuk menengok.
Ia memutuskan melihat kembali pada Elang. Alangkah terkejutnya, Elang membuka kotak berwarna pink, berisi kalung yang Marley liat.
"gimana? Romantis belum buat nembak seseorang?" ucap Elang yang membangunkan Marley dari tubuh yang mematung tadi.
Marley mengangguk setuju "romantis romantis, gw kalo jadi cewe nya bakal setuju jadi pacar lo" ucap nya walau sebenarnya ia ingin menangis saat itu.
Elang tersenyum, mengambil kalung itu lalau berjalan ke arah Marley. "kalau saya menginginkan kamu menjadi kekasih saya, berarti kamu setuju?"
"h-hah?"
"iya, saya menginginkan kamu menjadi kekasih saya, kamu mau atau akan menolak saya?"
"kak, sebelum itu.. Gw bisa meledak kapan aja"
"maka saya yang akan hentikan ledakan itu"
"Adinda Ariana Marley, apakah kamu mencintai saya?"
"iya... I love you so much"
Elang tersenyum kembali, berjalan ke arah belakang Marley, memasangkan kalung bergambar bintang itu. "i love you more" ucap nya setelah selesai dengan pemasangan kaling itu.
"heii kok nangis?"
Marley tertawa malu "gw kira kakak bakal nembak orang lain, kok gini?"
Elang dengan gemas menghapus jejak air mata yang ada di pipi Marley "maaf, jadi nya kan saya menembak kamu, dor dor"
Elang mendapat pukulan di dada bidang nya "kok kalung nya indah banget?" tanya Marley memegang kalung nya.
"iya indah, seperti kamu."
"samaan sama kalung lo?" tanya Marley setelah melihat bahwa sepertinya kaling mereka se warna.
Elang memegang kalung nya "iyaa sama"
"boleh aku... Makan?" Marley menunjuk makanan dengan dagu nya.
"boleh sayang"
"hah?"
"sayang"
"kalo gitu, jangan pake saya saya an itu. Ke gw, formal banget"
Elang kembali ke tempat duduk nya "kamu juga jangan lo gw lagi, gimana sayang?"
"muntah denger lo-kamu manggil aku itu"
"iya muntah, pipi nya sampe merah gitu"
"kakak..." ia langsung memegang pipi nya yang panas entah kenapa.
...****************...
Ciye ciye Elang sama Marley udah pacaran nih, ciyeee ahhaha.
Kalau kalian jadi Marley mau nerima ga itu kalung nya? Jangan lupa tinggalkan jejak yeahhhh 🫰🏻🤝🏻🤝🏻