Baca aja 👊😑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendi 20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kue satu kacang hijau
.
"Mengapa Candra bisa marah padamu, Kirana?" tanya Tuan Raja dengan kening yang terlihat mengkerut. Pria paru baya itu benar-benar kaget ketika mendengar kabar bahwa Candra sedang marah pada pacarnya sendiri.
"Itu—" Belum sempat Kirana menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Jesika, Sandra dan Violet datang dan mengacaukan suasana.
"Kiran, ayo kita pergi," ajak Violet yang membuat Tuan Raja dan Nyonya Amira terkejut saat mendengarnya.
"Pergi?! Kirana, siapa gadis-gadis ini?" tanya Nyonya Amira berahlih menatap wajah Kirana, ia seakan sedang menuntut jawaban dari calon menantunya itu.
"A--Aku ...." Mulut Kirana seakan sangat kaku untuk mengeluarkan suara.
"Kalian semua duduk!" titah Tuan Raja dengan tegas.
Tanpa banyak berkata, Jesika, Sandra dan Violet segera duduk di sofa.
"Kamu juga, Kirana!" ucap Tuan Raja.
"Ba--Baik, Ayah." Kirana pun ikut duduk bersama teman-temannya itu.
"Sayang, ambilkan minuman dan beberapa cemilan untuk mereka," perintah tuan Raja pada sang istri.
"Iya, Ayah." Nyonya Amira pun segera pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman dan beberapa cemilan.
Melihat istrinya pergi. Tuan Raja lalu duduk di kursi kebesarannya. Kedua mata tajam pria paru baya itu tertuju lurus pada Kirana dan ketiga temannya.
Glup ...
Kirana dan ketiga temannya hanya bisa menelan air liur mereka dengan sangat susah. Mereka sangat takut melihat wajah tuan Raja yang terlihat sangar dan tegas.
"Jelaskan semuanya pada Ayah!" tegas tuan Raja pada Kirana.
"Wa--Waktu itu aku berencana kabur karena aku belum terbiasa hidup di desa ini, Ayah. Jadi aku meminta teman-temanku untuk membantuku kabur dari sini. Kejadiannya sudah sangat lama, Ayah. Aku bahkan sudah lupa kalau aku ingin kabur dari sini." Kirana berusaha menjelaskan semuanya dengan mulut yang terbata-bata.
Tuan Raja yang mendengar penjelasan dari Kirana pun langsung terdiam. Pria paru baya itu terlihat memikirkan sesuatu. Suasana pun menjadi sangat hening. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara sedikit saja, terutama dengan ketiga sahabat Kirana yang sedang sangat ketakutan saat ini.
Tap ... Tap ... Tap ...
Nyonya Amira datang membawa senampan minuman dan beberapa cemilan. Namun, wanita paru baya itu terlihat keheranan karena melihat suasana menjadi hening.
"Silahkan dinikmati," ucap nyonya Amira seraya meletakkan nampan tersebut di hadapan ketiga sahabat Kirana.
"Te--Terimakasih, Tante," ucap Jesika, Sandra dan Violet secara bersamaan.
"Sama-sama ...." Nyonya Amira melempar senyuman hangat ke pada mereka, kemudian ia segera duduk di samping tuan Raja.
Jesika, Sandra dan Violet mulai memakan hidangan yang ada.
"ENAK!" Tuan Raja, nyonya Amira dan Kirana langsung terkejut ketika ketiga gadis itu langsung berteriak.
"Apa yang enak?" tanya Kirana dengan kening yang mengkerut.
"Kue ini! Rasa kue ini enak sekali. Nama kue ini apa, Tante?" tanya Violet menatap nyonya Amira dengan tatapan yang berbinar-binar.
Nyonya Amira pun terkekeh. "Namanya Kue satu kacang hijau. Rasanya memang seenak itu. Apa perlu Tante ambilkan lagi?" jawabnya yang segera dibalas anggukan oleh Jesika, Sandra dan Violet.
"Ya, Tante! Kami ingin yang banyak!" jawab mereka dengan mulut yang kini penuh dengan kue.
"Kalian ini!" sungut Kirana dengan raut wajah yang kesal. Bagaimana tidak? Ketiga sahabatnya itu benar-benar tidak sopan dengan nyonya Amira.
"Mereka persis sepertimu, Sayang," bisik tuan Raja ikut terkekeh melihat tingkah laku ketiga sahabat Kirana itu.
"Hihihi ... Kue satu kacang hijau memang seenak itu." Dengan segera nyonya Amira berdiri dari duduknya lalu kembali ke dapur untuk mengambil beberapa kue yang disimpan di dalam lemari makanan.
Bersambung.
Kok aneh menitipkan anak di rumah orang lain. Lebih wajar kalau ke rumah Kekek-neneknya atau paman-bibinya. Setidaknya ada hubungan kerabat.
Apalagi anak gadis.