NovelToon NovelToon
Benih CEO

Benih CEO

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Anak Genius
Popularitas:19.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Dhessy

Tentang Kania yang hamil di luar nikah. Tanpa dia tahu, yang menghamilinya adalah seorang CEO muda.

***

Dunia Kania menjadi gelap setelah malam itu. Tak ada lagi Kania yang ceria, tak ada lagi Kania yang murah senyum.

Yang ada hanya Kania yang penuh dengan beban pikiran yang gelisah menanti bulan selanjutnya. Berapa garis yang akan di hasilkan oleh sebuah testpack di bulan depan?

**

Bertahun-tahun Kania berjuang sendiri menghidupi buah hatinya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Kepandaiannya menarik orang-orang untuk menjadikannya bintang. Hingga akhirnya, lewat jalan itulah Kania di pertemukan dengan ayah kandung anaknya yang ternyata bukanlah orang biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Sedekat apapun sebuah pertemanan, pasti akan sampai di mana akan terasa jauh, bahkan seolah tak peduli lagi. Entah karena pekerjaan, jarak, maupun teman baru.

Begitupun dengan Dita. Itu yang Kania rasakan sekarang.

Kania melihat story yang di bagikan oleh Dita di akun sosial medianya. Dimana yang di posting adalah kebersamaan Dita dan teman-temannya.

Terlihat bahagia, tanpa beban, dan bisa ke sana kemari dengan bebas.

Dari hati Kania yang paling dalam, dia ingin merasakan seperti Dita dan teman-temannya yang lain.

Bisa lulus kuliah, bekerja di tempat yang Kania impikan, juga pergi hangout dengan teman-temannya, seperti yang Dita lakukan.

Namun, apa daya nasib buruk menimpa dirinya. Nasib buruk yang akhirnya Kania terima dengan ikhlas. Nasib buruk yang akhirnya menghadirkan Shaka untuk dirinya.

Kania tak pernah menyesali kelahiran Shaka. Justru dia bersyukur. Hanya saja Kania menyesalkan cara kehadiran Shaka di dunia ini.

Memang penyesalan tidak akan merubah hidupnya. Berandai-andai pun hanya akan membuang waktunya saja. Kania hanya bisa menerima dengan ikhlas, dan mengubur luka itu dalam-dalam.

Waktu memang tidak menyembuhkan apapun di hati Kania. Kania hanya di paksa untuk terbiasa dengan luka yang masih tersisa.

Dita hampir tak pernah menghubungi Kania setelah hari terakhir dia datang. Waktu itu saat Kania dan Shaka baru saja pindah ke Surabaya.

Bahkan saat Kania membuat story pun tak ada nama Dita yang melihatnya. Entah di bisukan atau memang pengaturan di handphone Dita membuat orang lain tidak tahu kalau sebenarnya dia melihat setiap story orang lain.

Ya sudahlah. Kania tak ingin memikirkannya lebih dalam. Mungkin memang Dita sedang sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin lain waktu akan mencoba mengajak Dita untuk bertemu.

"Mbak Kania nggak apa-apa?"

"Eh, nggak apa-apa. Udah mau berangkat?" Kania menatap Tristan yang berdiri di sampingnya. Tristan sudah rapi dalam balutan seragam pilotnya.

"Iya, Mbak. Mbak Kania sama Shaka baik-baik, ya. Aku usahakan Minggu depan kita bisa pulang."

Kania memaksakan sebuah senyuman. Masih belum pasti apakah Minggu depan mereka benar-benar akan pulang. Tapi jantung Kania sudah berdebar kencang. "Iya. Kamu hati-hati, ya. Kabarin Mbak kalau mau take off dan kalau sudah landing."

"Siap, Mbak," jawab Tristan.

Kania terkekeh kecil. Rasanya begitu bangga melihat adik satu-satunya sekarang bisa memakai seragam yang dia impikan sejak kecil.

"Ya sudah. Mobil jemputan udah datang, Mbak. Aku berangkat, ya. Salam untuk Shaka." Tristan menyalami dan mencium tangan Kania, serta mencium kening Kania.

Rasanya masih sangat rindu. Namun apa daya pekerjaan sudah menanti Tristan. Keduanya harus rela berpisah lagi untuk sementara waktu sebelum Minggu depan bertemu lagi untuk pulang bersama ke rumah mereka.

🌼🌼🌼

Rama hanya menatap datar wanita yang duduk di hadapannya. Dulu memang bersahabat. Namun Rama mulai hilang respect dengan Dita karena adanya perjodohan diantara mereka.

Rama berpikir bahwa Dita tidak akan seagresif ini. Tapi ternyata dugaannya salah. Sejak dulu Dita menyukai dirinya. Dan semakin gencar mendekati Rama setelah mereka di jodohkan.

Harusnya Dita berhenti berjuang untuk Rama karena sudah tahu bahwa Rama hanya mencintai Kania. Dan selamanya akan tetap begitu.

Seharusnya Dita lebih memikirkan perasaannya sendiri. Lebih menyayangi dirinya sendiri dengan cara berhenti mengemis perhatian dan cinta pada Rama. Lebih baik menghindar daripada terluka. Karena Rama rasa semua yang dilakukan Dita akan percuma.

Perasaan Rama tidak akan berubah. Menganggap Dita sebagai sahabat, dulu, sekarang dan sampai kapanpun.

"Berhenti mencintai aku, Dita. Karena pada akhirnya akan tetap sama. Kamu akan terluka." Rama berucap tanpa beban. Seolah perasaan Dita bukanlah hal yang penting untuknya.

"Kalau aku yang minta kamu untuk berhenti mencintai Kania, apa kamu mau?"

"Tidak akan."

"Berarti jawaban kita sama."

Rama membuang napas dengan kasar. Jawaban Dita membuatnya terdiam.

"Kita tidak berjodoh, Dita."

"Tapi orangtua kita berusaha untuk menyatukan kita, Rama," balas Dita. Mencoba untuk tetap tenang meskipun rasanya ingin memaki Rama yang tak menghargai perasaannya.

"Itu bukan jaminan kita akan berjodoh atau tidak."

"Kalau begitu juga sama. Meskipun kamu dan Kania saling cinta, itu juga tidak akan menjadi jaminan kalian akan berjodoh."

Balasan Dita untuk setiap ucapan Rama terasa menohok. Dita selalu bisa menjawab apa yang di ucapkan Rama dengan tenang. Bahkan bisa membuat Rama kehabisan kata-kata.

"Apa yang kamu mau, Dita?"

Dita tersenyum sinis. "Bukankah yang aku mau sudah jelas? Berhenti mencintai Kania dan kita lanjutkan perjodohan di antara kita."

"Maaf, aku tidak bisa. Jika kita tetap menikah pun perasaan aku tetap sama. Aku tidak mencintai kamu. Apa kamu akan tahan menjadi bayang-bayang Kania di dalam rumah tangga kamu sendiri? Bukankah lebih baik kamu hidup bersama orang yang mencintai kamu, daripada kamu harus berjuang untuk orang yang sama sekali tidak mencintai kamu, Dita?"

Dita terperangah tak percaya mendengar ucapan Rama. Tak menyangka orang yang dia cintai selama ini tega berucap seperti itu pada dirinya.

Tidak bisakah Rama menghargai perasaannya sedikit saja?

Dita merasa, bukankah dirinya lebih baik dari Kania?

Tapi kenapa Rama tidak bisa berhenti mencintai Kania?

Orangtua Rama pun sudah mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah merestui jika Rama tetap ingin menikahi Kania.

Tanpa sepatah katapun, Dita beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkan Rama sembari menyusun rencana agar perjodohan antara dirinya dan Rama terus berlanjut.

Mungkin, setelah ini dia akan berbicara pada orangtuanya ataupun orangtua Rama agar pernikahannya dengan Rama segera di bicarakan.

Dita yakin, dengan cara ini Rama tidak akan bisa lari dari perjodohan diantara mereka.

🌼🌼🌼

"Dita, tadi katanya mau ketemuan sama Rama? Kok, malah datang sendiri? Rama-nya mana?"

Dita memaksakan sebuah senyuman di depan Indah, mamanya Rama. Tekadnya sudah bulat. Dia ingin pernikahan antara dirinya dan Rama di bicarakan kembali.

"Katanya masih ada pekerjaan, Tante," jawab Dita berbohong. Sebenarnya dia tidak tahu kemana Rama sekarang. Mungkin di tempat Kania.

"Oh, ya sudah. Sekarang masuk, yuk."

Dita mengikuti langkah Indah yang mengajaknya menuju dapur karena Indah masih harus memasak untuk makan malam.

"Ada yang mau saya bicarakan, Tante."

Ucapan Dita membuat tangan Indah yang semula akan menyalakan kompor terhenti. Indah menoleh dan memandang Dita dengan penuh tanya. "Ada apa, Dit? Sepertinya penting sekali," tanyanya sambil mendudukkan dirinya di atas kursi.

"Maaf, Tante, bukannya aku tidak sabaran atau agresif. Tapi, bisakah rencana pernikahan aku dan Rama segera di percepat, Tante?"

"Kenapa? Udah nggak sabar, ya, pengen dekat terus dengan Rama?" goda Indah yang membuat pipi Dita bersemu merah. Memang Dita ingin terus berada di dekat Rama, setiap waktu.

"Bukan itu, Tante. Tapi Rama semakin dekat dengan Kania. Dan Tante Indah sama Om Edy pasti belum tahu kalau sekarang mereka sudah jadian. Mungkin sebentar lagi Rama akan membawa Kania ke sini, Tante. Apa Tante dan om mau punya mantu perempuan yang sebelumnya hamil di luar nikah, bahkan dia tidak tahu siapa yang menghamilinya?"

Mendengar penjelasan Dita, Indah merasa geram sendiri dengan anaknya yang susah sekali di atur. Berkali-kali Indah meminta Rama untuk meninggalkan Kania. Tapi bukannya di tinggalkan, mereka malah menjalin hubungan.

"Jelas Tante nggak mau, Dita. Yang menjadi istri dari Rama harus wanita baik-baik. Berasal dari keluarga baik-baik. Bukan wanita seperti Kania."

Dalam hati, Dita tersenyum puas. Restu orangtua Rama sudah berada di genggamannya. Kartu merah Kania juga sudah di ketahui oleh orangtua Rama.

Sudah di pastikan hubungan Rama dan Kania tidak akan sampai di pernikahan. Dita yakin akan hal itu.

🌼🌼🌼

Silahkan hujat Dita maupun Rama! 😆😆😆

1
Ma Em
Luar biasa
Ragil Kuning
jangankan dunia novel, yg jelas" lbh banyak cerita sekedar hiburan..
di dunia nyata aja banyak tuh samaan nama..
gak ush peduliin nyinyiran orang thor, anggap aja tuh orang bnr" ngehayati cerita kamu
Ragil Kuning
Luar biasa
Ragil Kuning
hati, mulut sama otak devan minta diuleg cabe sekilo itu mah
Wiwik Retno Eni
Luar biasa
nengkirana
lah kan ditinggalin duit ya. kmana itu duit?
Icha Arlita
Luar biasa
Icha Arlita
ampun bang jago 🤣
Mazree Gati
kata katanya bikin jijik,klo sampai nikah sama devan jgn bikin novel thorrr,,,kaya ga ada laki lain
Mazree Gati
sekolah ma tergantung otaknya ga harus sekolah elit,,jgn mau kania pulang aja kasihan toko kuenya
Atiek Sariningtyas
Luar biasa
Mega Mendung
Buruk
Icha Veronica
Luar biasa
Julia Juliawati
nah gitu terima itu rizki anugerah dr author walo jln nya, salah
Julia Juliawati
anak kuliahan tp goblok
Julia Juliawati
bodoh knpa g blg di perkosa. mlh bungkam huuh gedek
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Qilla
jadi gag respek sama kania
Nurul Huda
mksh
Bintang Juing
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!