NovelToon NovelToon
BECOME A MAFIA QUEEN

BECOME A MAFIA QUEEN

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi / Pemain Terhebat / Roman-Angst Mafia / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nuah

Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.

Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.

Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.

Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Pewaris Kegelapan

Malam itu, hujan mengguyur jalanan kota dengan deras, membentuk genangan di trotoar yang sepi. Di sebuah sudut kota yang dikuasai bayangan, seorang pemuda dengan tatapan tajam melangkah tanpa ragu. Kaelus—putra Alessia—baru saja mendapatkan restu dari ibunya untuk mencari tahu alasan sang ayah meninggalkan mereka. Tapi dia tahu, perjalanannya tidak akan mudah.

Sejak hari itu, dia mulai bergerak dalam senyap. Mencari jejak, menggali informasi, dan mengendus siapa pun yang tahu keberadaan Ziad. Tapi tak butuh waktu lama sampai musuh ibunya mengetahui pergerakannya. Mereka yang membenci Alessia melihat ini sebagai kesempatan emas—menghabisi putranya sebelum dia tumbuh menjadi ancaman yang lebih besar.

Namun mereka tidak tahu satu hal.

Kael bukan sekadar anak seorang Ratu Mafia. Dia adalah darah daging Alessia.

Pembantaian Pertama

Lima orang pria bersenjata mengikuti Kael dalam kegelapan. Mereka mengira pemuda itu tidak sadar sedang dibuntuti. Kael terus berjalan, membiarkan mereka semakin dekat. Saat tiba di gang sempit, dia berhenti.

"Tak perlu bersembunyi," katanya dengan suara tenang. "Aku tahu kalian ada di sana."

Para pembunuh saling bertukar pandang sebelum akhirnya melangkah keluar dari bayangan. Pemimpin mereka, pria bertubuh besar dengan luka panjang di wajahnya, terkekeh.

"Jadi ini anaknya Alessia?" ujarnya sinis. "Tak terlihat menakutkan seperti ibunya."

Kael tidak bereaksi. Matanya tetap tenang, seolah menilai mereka satu per satu.

"Kau tahu kenapa kami di sini, bukan?" lanjut pria itu.

Kael mendengus kecil. "Karena kalian takut."

Kata-katanya membuat amarah pria itu tersulut. Dia mengayunkan tinjunya dengan cepat, namun Kael menghindar dengan lincah. Dalam sekejap, Kael menangkap pergelangan tangan pria itu, memutarnya dengan brutal hingga terdengar bunyi tulang yang patah. Jeritan kesakitan memenuhi gang sempit itu, sebelum Kael menarik pisau dari pinggang pria itu dan menancapkannya ke lehernya.

Darah memancar.

Empat orang lainnya terkejut. Mereka tidak menyangka bocah ini begitu cepat dan kejam.

"Apa yang kalian tunggu?" suara Kael terdengar dingin. "Kalian ingin membunuhku, bukan?"

Mereka tersadar dan serentak menyerang. Tapi Kael bergerak seperti bayangan. Pukulan dan tendangan mereka tidak mengenai apa pun. Dalam hitungan detik, satu persatu mereka tumbang. Pisau Kael menari di udara, menebas urat nadi, menusuk jantung, mengakhiri hidup dengan presisi mematikan.

Saat semuanya berakhir, lima tubuh tergeletak dalam genangan darah. Kael berdiri di tengahnya, nafasnya tenang, matanya masih setenang sebelumnya. Tidak ada kepanikan, tidak ada rasa bersalah.

Hanya ketenangan seorang pembunuh alami.

Darah yang Sama

Ketika Kael kembali ke rumah, Alessia sudah menunggunya di ruang tamu. Dia duduk dengan santai, sebuah gelas anggur di tangannya. Begitu melihat putranya, dia menatapnya dengan penuh penilaian.

"Kau bau darah," katanya tanpa basa-basi.

Kael hanya tersenyum tipis, melepaskan jaketnya yang berlumuran darah dan melemparkannya ke kursi.

"Mereka mencoba membunuhku," ujarnya santai.

Alessia mengangguk, tidak terkejut. "Dan kau membunuh mereka?"

"Tentu saja," jawab Kael. "Aku tidak sebodoh itu membiarkan mereka hidup setelah melihat wajahku."

Alessia memandangnya lama, sebelum akhirnya tersenyum. Senyum yang penuh kebanggaan

Kael pergi ke kamarnya dan merebahkan dirinya dalam hening, sungguh hari yang berat namun cupu bagus. Setidaknya kini sang Ibu menyadari kemampuannya.

.

.

.

Pagi yang dingin menyambut Kael ketika ia berdiri di tepi jendela kamarnya, menatap jauh ke hamparan kota yang tak pernah tidur. Matanya tajam, memantulkan warna keperakan seperti ibunya, Alessia. Dalam pikirannya, suara ibunya masih bergema.

"Jika kau ingin mencari jawaban, cari dengan caramu sendiri. Tapi jangan pernah berpikir dunia ini akan memberimu jawaban tanpa harga yang harus kau bayar."

Kael tersenyum miring. Restu ibunya adalah sesuatu yang ia inginkan, tetapi ia tahu bahwa restu itu datang bersama ujian yang lebih besar.

Sejak kecil, ibunya melindunginya dari dunia yang penuh darah dan pengkhianatan. Tapi kini, Kael harus melangkah sendiri. Ia bukan lagi anak kecil yang harus dijaga.

Dia adalah putra Alessia, Ratu Mafia yang namanya mengguncang dunia kejahatan. Dan sekarang, dunia itu harus siap menghadapi keberadaannya.

Langkah pertama Kael adalah mencari informasi tentang siapa saja yang terlibat dalam misi ayahnya dahulu. Namun, dunia kriminal tidak seperti perpustakaan yang bisa diakses dengan mudah. Informasi adalah senjata, dan setiap orang menjaganya dengan nyawa.

Kael memulai dengan memburu anak buah lama keluarganya yang masih hidup—orang-orang yang dulu setia pada ibunya tetapi kini lebih memilih bersembunyi. Salah satunya adalah seorang informan bernama Raul, seorang pria tua yang dulu menjadi penghubung antara Alessia dan dunia bawah tanah.

Saat Kael menemukannya di sebuah bar kumuh, Raul terkejut bukan main.

“K-Kael?” suaranya gemetar.

Kael menatapnya dengan dingin. “Aku butuh informasi.”

Raul menelan ludahnya. Ia sudah mendengar kabar bahwa Kael kini mulai bergerak. Tapi yang tidak ia sangka adalah bahwa anak itu telah mewarisi aura mengerikan ibunya.

“Informasi apa?”

Kael meneguk minumannya sebelum menjawab, “Tentang ayahku.”

Raul mendesah berat. “Kael, dunia ini bukan tempat bagi anak sepertimu. Kau seharusnya tidak mengikuti jejak ibumu.”

Kael menyeringai. “Kau pikir aku punya pilihan?”

Raul diam. Ia tahu, Kael tidak akan pergi tanpa jawaban.

“Ada beberapa orang yang terlibat dalam pengkhianatan terhadap ibumu dan ayahmu. Mereka mungkin tahu sesuatu,” akhirnya Raul berkata.

Kael mengangguk. “Berikan daftar namanya.”

Raul ragu-ragu, tetapi akhirnya menuliskan beberapa nama di selembar kertas. Kael mengambilnya dan berjalan pergi tanpa berkata apa-apa. Malam itu, perburuan Kael dimulai.

Nama pertama dalam daftar adalah Marcus Delano, mantan kaki tangan keluarga mafia yang kini bekerja untuk sindikat saingan. Kael menemukan lokasinya di sebuah klub malam eksklusif.

Ia memasuki klub dengan tenang, berjalan melewati kerumunan dengan sikap santai namun penuh perhitungan. Matanya menelusuri ruangan hingga akhirnya berhenti pada seorang pria yang duduk di sofa VIP dengan beberapa wanita di sisinya.

Marcus.

Kael berjalan mendekat, mengambil botol minuman dari meja tanpa izin, dan menuangkan isinya ke dalam gelasnya sendiri.

Marcus menatapnya dengan tatapan tajam. “Siapa kau?”

Kael tersenyum kecil. “Kaelus.”

Wajah Marcus langsung pucat. “Putra Alessia...”

Kael mengangguk. “Aku ingin bicara.”

Marcus mencoba bangkit, tetapi sebelum ia bisa melakukan apa pun, Kael sudah mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat.

“Aku tidak suka mengulang permintaan,” ucapnya dengan nada rendah namun mengancam.

Orang-orang di sekitar mulai menyadari ada sesuatu yang tidak beres, tetapi tidak ada yang berani mendekat.

Marcus mencoba tersenyum, meski ketakutan terpancar di matanya. “Apa yang kau inginkan?”

“Jawaban.”

Marcus menarik napas dalam. “Aku tidak tahu banyak. Aku hanya menjalankan perintah.”

Kael menekan cengkeramannya lebih kuat, membuat Marcus meringis kesakitan.

“Jangan bohong padaku,” kata Kael dengan suara dingin.

Marcus terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Baik! Baik! Ada seseorang yang mungkin tahu lebih banyak. Namanya Ricardo. Dia yang mengurus semua transaksi di belakang layar.”

Kael melepaskan cengkeramannya dan berdiri. “Terima kasih atas informasinya.”

Bersambung...

1
Widayati Widayati
aduh knp imut bgini. 🥰
Shai'er
udah bisa jalan kah🤔🤔🤔
Shai'er
pandang pandangan 🤧🤧🤧
Shai'er
🥺🥺🥺🥺🥺
Shai'er
👍👍👍👍👍
Shai'er
memasang perangkap untuk menyatukan orang tua 💪💪💪💪💪
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
saling melindungi tanpa saling tau 🥰🥰🥰
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
semoga berhasil, Kael 💪💪💪
Shai'er
Kael/Determined//Determined//Determined/
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
penjahat adalah orang baik yang teraniaya 🤧🤧🤧
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
😭😭😭😭😭😭
Shai'er
😱😱😱😱
Shai'er
😱😱😱😱😱
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
karena.......
Shai'er
wuah 😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!