NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Penuh Haru

Ustadz Aziz mencoba untuk tetap sabar dan berpikir tenang dalam menasihati jamaahnya.

"Jamaah yang terhormat, mari kita ingatlah bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling memaafkan dan menyayangi. Kita tidak boleh memandang sesama Muslim dengan prasangka dan kebencian. Pak Faisal telah berusaha memperbaiki diri, maka kita harus menyambutnya dengan hati yang terbuka," kata pak ustadz sambil memandang satu per satu jamaah yang mulai berdatangan. Beliau kemudian melanjutkan. "Ingatlah sabda Nabi Muhammad SAW, 'Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.' (HR. Bukhari dan Muslim). Mari kita jadikan Masjid ini sebagai tempat kasih sayang, bukan kebencian."

Nasihat pak Ustadz menyentuh hati jamaah. Perlahan-lahan, wajah-wajah yang tadinya tegang mulai menunjukkan senyum. Pak Faisal pun merasa lega dan terharu. Suasana di Masjid Baiturrahim kembali tenang dan harmonis

"Mari kita ingat bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri. Pak Faisal telah menunjukkan kesadaran dan keinginan untuk memperbaiki diri. Kita harus mendukungnya, bukan menuduhnya," lanjut pak ustadz lagi.

Jamaah mulai mengangguk setuju, memahami pesan pak ustadz. Salah satu jamaah, pak Amir, berdiri dan berkata, "Benar, Pak Ustadz. Kita harus saling mendukung dan memaafkan."

"Terima kasih, Pak Ustadz. Terima kasih semuanya! Saya berjanji akan terus memperbaiki diri." Pak Faisal merasakan ada beningan kristal yang jatuh mengalir di kedua sudut matanya.

Suasana di Masjid Baiturrahim kini dipenuhi kehangatan dan persaudaraan. Jamaah bersalaman, mengeratkan hubungan. Pak ustadz tersenyum, puas melihat keharmonisan yang tercipta.

Meskipun kebanyakan jamaah telah memaafkan pak Faisal, beberapa orang masih tidak terpengaruh. Mereka terus mempertanyakan motifnya dan meragukan kesungguhannya.

Salah satu dari mereka, Pak Rahmat, berbicara dengan nada keras. "Bagaimana pun juga, saya tetap tidak setuju dan merasa tidak nyaman jika dia berada dalam satu Masjid dengan kita. Pak Faisal sudah membuat nama baik kampung kita tercemar, dan sekarang anak haram itu masih berada di sini."

"Benar, Pak! Saya juga tidak tenang! Saya baru akan memaafkan beliau, kalau beliau pergi dari kampung kita dan membawa anak haram itu pergi dari sini!" sambung yang lain.

Pak ustadz menanggapi dengan tenang. "Kita tidak boleh menghakimi seseorang berdasarkan masa lalunya. Yang penting adalah perubahan positif yang dilakukannya sekarang. Apa yang diperbuat oleh keluarganya, itu bukan urusan kalian. Itu urusan mereka dengan Allah, selama ini mereka diam dan tidak membalas apa pun dengan caci dan makian yang kalian lontarkan. Anak-anaknya juga sudah menjadi lebih baik, Tino juga sudah berubah menjadi lebih baik lagi, jadi kalian tidak punya hak menghakimi keluarga mereka!" tandas ustadz Aziz.

Karena waktu Magrib sudah tiba, beliau pun menyuruh pak Somad untuk adzan.

Jika perdebatan itu diteruskan, tentunya tidak akan selesai dan malah lebih panjang.

.

.

Anya mendapati wajah murung ayahnya yang saat itu baru saja pulang dari Masjid.

Pak Faisal pulang setelah sholat Isya berjamaah di Masjid.

"Ayah, Anya bawain kopi buat Ayah." Anya menaruh cangkir kopi itu di dekat ayahnya.

Ayahnya terdiam dengan mata memandang jauh ke depan, jalanan masih belum sepi. Banyak motor yang masih lewat di depan jalanan rumah mereka. Anya memperhatikan dengan seksama wajah sang ayah, tampak letih dan sedikit pucat.

"Yah, kalau Ayah lagi ada masalah, Ayah bisa cerita sama aku, Yah!" kata Anya.

Pak Faisal mengambil korek dan rokoknya, namun Anya malah merebut kedua benda itu.

"Berhenti merokok, Yah! Ayah lupa kata dokter? Kesehatan Ayah masih kurang baik, Ayah juga tidak boleh banyak beban pikiran. Karena itu, kalau Ayah punya masalah yang ngebuat Ayah kepikiran, cerita aja ke Anya!"

Pak Faisal menggeleng. "Enggak ada apa-apa, Nak. Enggak ada yang perlu dicemaskan, ayah baik-baik aja."

"Ayah enggak pintar bohong sama Anya," kata Anya tidak percaya.

"Anya, ayah beneran enggak apa-apa!" Pak Faisal masih tidak mau jujur. "Kembalikan rokok ayah!"

"Enggak mau!" jawab Anya menggeleng, ia menyembunyikan rokok dan korek api itu ke dalam saku bajunya. "Rokok ini membuat kesehatan Ayah akan semakin memburuk!"

"Hahaha ...." Pak Faisal tertawa keras. "Anya, lelaki itu tidak suka bercerita, rokok bisa jadi teman yang baik saat kami memilih diam dan menyelesaikan semua masalah sendiri. Merokok itu dapat menghilangkan sedikit beban pikiran kami," kata pak Faisal.

"Enggak gitu juga, Yah! Kita punya Allah. Bukankah tempat yang paling tepat untuk mengadu adalah pada-Nya?"

"Anya, kamu benar. Allah SWT adalah tempat yang paling tepat untuk berbagi beban. Tapi, kebanyakan lelaki tidak ingin menunjukkan kelemahan. Merokok menjadi pengganti untuk menghilangkan stres, mengadu pada Allah itu ya tetap, tapi kali ini ayah butuh itu." Pak Faisal menatap Anya, memohon agar segera mengembalikan rokok miliknya.

"Tapi, Ayah, itu tidak benar! Allah tidak ingin kita menyembunyikan perasaan kita. Allah ingin kita berbagi dan mempercayai-Nya, daripada bercerita kepada manusia, yang pada akhirnya kita akan dijadikan sebagai bahan pergunjingan, lebih baik kita mengadu pada-Nya. Setiap ujian hidup yang datang, itu semua dari Allah, mintalah solusinya sama Allah. Anya tahu Ayah kuat, jadi jangan terus dengerin omongan mereka yang akhirnya akan berpengaruh buruh terhadap kesehatan Ayah."

Pak Faisal tersenyum, bangga dengan kebijaksanaan anaknya. "Kamu benar, Anya. Ayah tadi cuma mau ngetes kamu aja. Ternyata kamu sudah semakin bijak dalam berpikir, hal ini membuat ayah senang. Ayah yakin, jika nanti ayah sudah tidak ada, kamu bisa menjaga ibu dan Fatih dengan baik." Pak Faisal memandang anaknya dengan senyum haru.

"Ayah jangan ngomong seperti itu, Ayah enggak boleh ninggalin kita," ucap Anya sedih.

Suasana malam terasa begitu dingin, bu Aila yang baru saja selesai menemani Fatih tidur, beliau ikut hanyut dalam suasana haru saat mendengar obrolan suami dan anaknya.

Beliau tiba-tiba teringat Sasha, rindu sudah membeku di hatinya. Lama tidak mendapat kabar dari putri bungsunya itu, beliau takut kalau Sasha kembali jatuh dalam pergaulan bebas.

"Hidup ini singkat Anya, kita tidak tahu kapan akan dipanggil. Hari ini kita tertawa riang, masih melakukan aktivitas seperti biasa. Di detik berikutnya malaikat pencabut nyawa datang, dan menarik ruh kita untuk keluar dari jasad. Itu hal yang paling ayah takutkan, saat di mana mulut tidak bisa lagi berucap, ayah tidak bisa lagi memanggil dan minta tolong sama kalian. Ayah takut, Anya .... Ayah takut! Ayah sudah gagal menjadi orangtua yang baik untuk kalian, ayah tidak bisa menjaga Tino dan Sasha, apa yang akan ayah katakan di hadapan-Nya nanti. Itu adalah hal yang setiap hari menghantui ayah. Bag-bagai_" Pak Faisal tergugu, beliau tidak kuasa menahan tangisnya lagi.

Anya segera berdiri dan melangkah ke sisi ayahnya, dia memeluk sang ayah agar lebih tenang.

Bu Aila yang berada di balik pintu dan melihat adegan tersebut, tubuh beliau mendadak luruh dan terduduk lemas di atas lantai.

Beliau juga memikirkan hal yang sama, mereka telah gagal mendidik anak-anaknya. Ketika nanti dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, apa yang akan mereka katakan?

Sasha yang diberi kasih berlebihan tumbuh menjadi pribadi yang tidak baik. Sekarang malah pergi dan mereka tidak tahu di mana keberadaannya.

"Ayah, aku akan mencari Sasha dan akan membawa dia pulang. Akan Anya pastikan dia berkumpul lagi bersama kita, Yah."

Janji Anya pada sang ayah, dia akan melakukan apa saja untuk keluarganya. Anya tidak mau ada kesedihan lagi di mata ayah dan ibunya.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!