Hati Bella merasa terus tersiksa, pernikahannya tidak mendatangkan kebahagiaan dalam hidupnya, ia mencoba kabur tapi...
BRUK...
Tubuh Bella terbanting ke lantai hingga membuatnya jatuh pingsan.
Beberapa bulan kemudian ia kembali bertemu cinta pertamanya dan akhirnya menikah dan hidup bahagia namun, semua tidak berlangsung lama ketika Bella sepenuhnya telah kembali ke dunia gelap, ia dihadapkan ego besar setelah penghianatan suami keduanya.
Akankah pernikahan mereka akan baik baik saja? lalu bagaimana kisah selanjutnya Bella?
Dan rahasia mengerikan apa di balik sosok Bella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oktavianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah dan Anak
Di dalam pesawat...
"Gomen nasai, bibi pasti banyak merepotkan kamu." Kata Bella.
"Tidak masalah, jangan khawatir." Balas Diego dia tersenyum lembut ke arah wanita di sampingnya.
"Bagaimana makan malam kalian, apa lancar." Tanya Bella.
"Huft... ada sedikit kendala, tapi untunglah semua berjalan lancar. Jelas Diego.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di bandara, Bella berjalan beriringan dengan Diego berjaga dengan kondisinya
belum stabil.
Mereka menaiki taksi menuju rumah, dan sekelebat seperti melihat mobil Mas Shaka menyalip taksi yang di tumpanginya.
Mereka sampai malam hari, karena memutuskan istirahat sejenak di sebuah rest area sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Sedangkan di rumah, Arunika sedang berdebat dengan Edgar dan Gevano tentang baju renang yang akan dia gunakan.
"Baju itu sangat terbuka, lebih parah dari bikini!." Kata Edgar.
"Telanjang saja sekalian!." Imbuh Gevano.
"Argh , nyebelin deh!.", Ucap Arunika kesal, dia berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu untuk di makan.
Brumm... Brumm...
Suara mobil terpantau berhenti di depan gerbang, membuat Edgar mengintip dari jendela, ternyata suara itu berasal dati taksi mewah yang mengantarkan sang Ibu dan Diego.
Ceklek...
"Kalian, kenapa tidak istirahat?." Tanya Bella.
"Oh, Oka sannn!, Selamat datang!." Lari Arunika menyambut.
"Eh, kamu ini kenapa sok semangat, palingan mau minta uang kan?." Tanya Bella.
"Tidak, aku hanya merindukan ibu dengan sepenuh hati." Rayu dirinya.
Mereka semua duduk di ruang tengah, menyantap makan malam bersama yang Bella beli di perjalanan ke rumah.
Arunika kini berdebat dengan empat orang mengenai baju renang yang ingin sekali ia gunakan.
"Aduh, itu dewasa sekali Arunika, kamu bisa di jadikan tumbal nanti." Kata Bella.
"Rika chan, busana renang seperti itu tidak lumrah di sini." Nasehat Diego.
"Dewasa terlalu cepat hanya terjadi pada orang orang bodoh!." Cletuk Gevano.
"Yang ngajarin siapa sih?." Sambung Edgar.
Perdebatan membuat Arunika mengalah dengan pakaian renang yang akan ia gunakan.
"Apa, Diego dan Ibu sungguh ikut?." Tanya Arunika.
"Tentu saja, kami ikut." Jawab Bella.
Mereka menghabiskan malam dengan menonton film horor kemudian tidak terasa tertidur bersama di depan Televisi.
Keesokan harinya Bella tidak menyiapkan sarapan, hanya menyuruh Arunika dan Gevano pergi membeli sarapan.
Di sepanjang perjalanan, mereka tidak saling bicara, diam seperti es, sampai akhirnya bertemu dengan gadis cantik lebih muda beberapa tahun dengan mereka yang sepertinya teman dari Gevano.
Gadis itu berbicara dengan bahasa isyarat, menyapa sosok Gevano.
"Hei, tembok dingin siapa cewek ini?." Tunjuk Arunika pada gadis tersebut.
"Namanya Mayang, gadis tunarungu dia menjaga toko sayur di sekitar pasar." Jelas Gevano.
Arunika menyela, dia menggunakan bahasa isyarat yang ia pahami tapi malah membuat gadis tersebut menitihkan air mata.
"Bodoh sekali kamu, kenapa mengatakan bahwa dia jelek dan cacat!." Omel Gevano.
"Hey, aku hanya mencoba berbicara!." Balas Arunika.
Kemudian Gevano dengan keterampilan bahasa isyarat menjelaskan apa yang barusan terjadi, dan meminta maaf serta mengenakan sosok Arunika sebagai sang adik.
Di sela sela mereka berbincang, datang seorang paman yang akrab di sapa Pak Hon oleh Gevano, Ayah dari gadis tunarungu bernama Mayang.
"Wah, Gevano mau berbelanja ya?." Tanya Paman Hon.
"Nggak, paman, kebetulan aja lewat."
Mereka begitu akrab berbicara, namum Arunika seperti tidak asing dengan wajah Paman Hon, seperti pernah melihatnya di sebuah catatan diary sang Ibu.
Paman Hon awalnya menyangka jika Arunika adalah kekasihnya sama seperti Mayang yang berpendapat sama sebelumnya.
"Bukan, Paman, dia adik yang lama tinggal di luar negri." Jelasnya.
"Wah, pantas saja wajahnya mirip seorang artis yang sedang naik daun sekarang." Imbuh Paman Hon.
Keduanya berbincang, pada akhirnya membeli dua kilo buah segar dagangan Paman Hon lalu kembali membeli sarapan di warung makan, kemudian berjalan pulang.
Sesampainya di rumah, mereka kena omel sang Ibu, merasa sangat lama menunggu makanan datang.
"Si tembok sebelahku biang keroknya." Tuduh Arunika.
"Kamu kan, yang dikit dikit istirahat padahal kan jaraknya gak jauh jauh amat!." Bela Gevano.
"Sudahlah ayo makan." Ucap Edgar melerai.
"Loh, ada banyak buah, tumben." Kata Bella.
Gevano kemudian menjelaskan jika mereka membeli buah ini secara tidak sengaja di sebuah lapak milik kenalannya.
Bella tampak tak mempermasalahkan, dia juga makan beberapa buah jeruk.
Mereka makan bersama dengan lauk khas di warteg.
"Rika chan makan pelan pelan." Nasehat Diego.
"Oishiiii...." Kata Arunika.
Selera Diego dan Arunika sudah selaras setelah beberapa bulan menikmati masakan lokal, dia jadi tidak pemilih.
TOK TOK TOK
Di tengah tengah mereka makan, pintu di ketuk seseorang, membuat Diego kali ini berinisiatif untuk membuka.
"Pagi pagi ada tamu, apa itu Bu Sundar... ." Pikir Bella, masih mengunyah makanannya.
Beberapa saat Diego kembali, dia mengatakan pada Bella jika ada tamu untuknya.
"Baiklah, tunggu, aku akan cuci tangan." Kata Bella.
Begitu berjalan ke ruang tamu, sosok tersebut adalah Mas Shaka, yang langsung kena beberapa omelan secara beruntun.
"Mas, mau ngapain lagi ha?, mereka yang mau bukan aku yang maksa!." Jelas Bella.
"Jangan salah paham begitu, Mas kesini untuk minta maaf secara langsung." Kata Mas Shaka.
Dari arah belakang Arunika tiba tiba muncul, dia heran kenapa sang Ayah bisa berada si sana.
"Laki laki sejati tidak meminta maaf dengan ucapan!." Sindir Arunika.
Lantas ucapan itu mengejutkan Bella dan Mas Shaka yanh berada di sana.
"Siapa kamu?." Tanya Mas Shaka.
"Tanya saja pada Oka san!!." Balas Arunika dengan nada judes dan pergi.
Edgar dan Gevano tetap menyantap sarapan, tidak terpancing dengan kehadiran sang Ayah, sedangkan Arunika juga sepertinya sama, dengan Diego mereka makan makanan kue tradisional sebagai makanan penutup.
"Kita tidak boleh ikut campur, itu masalah orang dewasa kadang sulit dipahami anak seusia kita." Kata Arunika.
"Kenapa mendadak bijaksana." Tanya Gevano.
"Dia sumber uang kan?." Sindir Edgar.
"Ya, itu juga tidak buruk." Balas Arunika.
Tidak di ketahui percakapan yang kedua orang tua mereka bicarakan, tapi terdengar perdebatan yang sedikit serius.
"Kita tidak sedang di sebuah filem aksi, hal semacam itu cuman rekayasa." Kata Mas Shaka.
"Terus, aku gila gitu, mengada ada?,kalo cuman mau bikin orang kesel, selingkuh aja sana sampe kopong." Ucap Bella, dia sangat marah dan pergi masuk ke kamar.
Anak anak di ruang tamu hanya menatap polos, sang Ibu yang terlihat kesal.
"Sepertinya Ayah payah soal ini, mantan dosen tidak akan semudah itu percaya ucapan Ibu, seperti aku dan Gevano dulu." Ucap Edgar.
"Baiklah aku akan menemui ladang uang sebentar." Imbuh Arunika.
"Diego, Gevano kalian juga ikut." Kata Edgar.
Gevano hanya saling menatap tidak mau ikut campur, tapi Diego menarik tangan Gevano supaya mereka kompak.