Usia pernikahan yang memasuki tahun ke tiga, harus diuji dengan keinginan suami Hana yang ingin menikah lagi, dengan alasan menginginkan kehadiran seorang anak.
Bagaimana Hana bisa hamil, jika setiap hari dia selalu kelelahan karena harus mengurus rumah dan merawat ibu mertuanya yang sakit-sakitan. Bahkan tubuh Hanna sendiri sudah tak terurus.
"Ijinkan aku menikah lagi, Hanna. Aku menginginkan kehadiran seorang anak. Aku akan tinggal di apartemen dengan istri baruku, dan kau bisa tetap tinggal disini merawat ibu. " Indra.
"Tidak perlu, mas. Aku siap, tinggal satu atap dengan maduku. Tak perlu buang-buang uang untuk membeli apartemen. " Hana.
Akankah Hana bisa tinggal satu atap dengan madunya?
Atau Hana memiliki rencana lain, untuk kebahagiaan dirinya sendiri?
Lanjut yuk. Kasih dukungannya ya, jika kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sidang
Satu minggu telah berlalu, Keadaan Ema kini mulai membaik. Tapi ada yang berbeda pada diri Ema saat ini. Dia lebih banyak diam, dan jarang sekali berbicara jika tidak diajak bicara. Ema juga mulai membantu pekerjaan Bi Siti di dapur walau hanya membantu ala kadarnya. Dia merasa tau diri sekarang, untuk hidup di rumah ini, dia tidak boleh berpangku tangan atau hanya Ongkang-ongkang kaki saja.
Dia bertekad, jika suatu hari nanti bertemu Hana dia berjanji akan meminta maaf kepada Hana. Karena telah merebut Indra darinya, dan sekarang dia sudah mendapatkan karma atas perbuatannya itu. Indra tidak memperdulikan nya, dan yang lebih menyakitkan adalah saat dia kehilangan anaknya.
Indra terlihat sudah berpakaian rapi pagi ini. Dia menuju meja makan dan duduk bersama dengan Ema dan ibunya. Dengan cekatan Ema menyajikan makanan untuk suaminya itu.
"Kamu rapi sekali, mau kemana Ndra? " tanya Bu Gayatri kepada anaknya.
"Hari ini adalah hari sidang perdana ku, bu. Dengan agenda mediasi. Aku akan bertemu Hana nanti, dan aku akan mengambil kesempatan mediasi ini untuk kembali kepadanya." ujar Indra tanpa memperdulikan perasaan Ema.
Ema yang mendengar itu hanya terdiam, dengan terus menyuapkan makanan ke mulutnya.
Berbeda dengan Ema, Bu Gayatri yang mendengar itu langsung menatap Indra dengan tatapan tajam.
"Cukup Indra, lepaskan Hana karena kamu sudah memilih Ema sebagai istrimu. "
"Bukankah ibu menyayangi Hana, kenapa ibu melarangku untuk kembali kepada Hana. "
Bu Gayatri menggelengkan kepalanya.
"Indra, tidakkah kau berfikir apakah Hana akan mau kembali kepadamu. Mana ada wanita yang telah kau hianati dan kau sakiti mau kembali kepadamu, Indra. Coba kau pikir itu. Seandainya aku yang berada di posisi Hana. Aku tidak akan pernah mau kembali kepada pria brengsek sepetimu" umpat Bu Gayatri kepada anaknya.
Mendengar umpatan ibu kepadanya membuat Indra langsung terdiam . Dia tidak berani menatap mata sang ibu yang menatapnya dengan tajam.
"Andai kau tidak bodoh dan tidak mengedepankan nafsu, maka kau tidak akan pernah kehilangan Hana." kata Bu Gayatri lagi.
Setelah Bu Gayatri berucap seperti itu, terdengar Ema mendorong kursinya ke belakang dan dia segera beranjak dari sana.
Bu Gayatri dan Indra yang melihat itu, langsung terdiam. Dia lupa kalau ada Ema di sana.
"Sudahlah, kamu sudah menikah dengam Ema, jadi urus saja istrimu itu. Perlakukan dia dengan baik, karena dia adalah pilihanmu setelah Hana. Tidak perlu mengurusi Hana lagi, biarkan dia bebas darimu, ndra. Dan jangan mempersulitnya. " ujar bu Gayatri lalu dia meminta Fia membawanya pergi dari meja makan.
Indra terdiam memandang kepergian ibunya,dan mencerna semua ucapan dari Ibunya itu.
"Apakah aku harus melepaskan Hana? Tapi aku tidak rela. Arrrggghhh.... "
Indra segera keluar dari rumah dan menuju pengadilan agama tempatnya bertemu dengan Hana disidang perdana mereka.
Dalam sidang itu, Indra tetap bersikukuh tidak ingin bercerai dengan Hana. Sedangkan Hana ngotot ingin bercerai dengan Indra. Hingga dengan terpaksa Hana mengeluarkan semua bukti-bukti perselingkuhan Indra dan rencananya yang akan menjadikan nya pembantu dirumahnya sendiri. Bahkan bukti pernikahan Indra tanpa restu darinya.
"Bayangkan yang mulia, bagaimana jika kejadian yang menimpa saya, juga menimpa anak perempuan bapak. Tinggal di rumah suami dan hanya dijadikan pembantu di sana. apalagi ternyata sang suami selingkuh. " Hana melakukan pembelaan kepada dirinya sendiri.
Akhirnya persidangan hari itu selesai, dengan penolakan permohonan Indra untuk rujuk dengan Hana. Dengan bukti-bukti yang dibawa Hana. Sidang ke dua akan dilanjutkan satu minggu lagi.
Di luar ruang persidangan, Hana yang sudah berjalan dengan Dion, Manda dan beberapa tim pengacaranya pun berhenti setelah mendengar panggilan dari Indra.
"Hana.... " Indra mendekat kepada Hana dan memintanya berbicara empat mata.
Hana menoleh kepada Dion, dan Manda. Mereka berdua menganggukkan kepala memberikan ruang kepada Indra dan Hana untuk berbicara.
"Kami tunggu di parkiran ya, Han. " ujar Dion.
"Baiklah."
Setelah kepergian Dion dan Manda, Indra lalu mengajak Hana duduk di sebuah kursi tunggu.
"Ada apa. Cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu karena aku harus bekerja." ujar Hana dengan suara dingin.
"Kau sudah kerja sekarang. Kerja di mana? " tanya Indra mencari tau.
"Bukan urusanmu, Cepat katakan apa maumu. " kata Hana lagi tidka mau berbasa-basi.
"Hana tidak bisakah kau kembali padaku? Aku sangat merindukanmu Hana, ibu juga merindukanmu. Apa kamu tidak merindukan kami." bujuk Indra.
"Kalau kamu hanya ingin membicarakan ini, maaf aku tidak punya waktu. Keputusanku untuk berpisah denganmu sudah bulat, Aku tidak akan mengubah keputusanku. " ucap Hana sambil berdiri .
" Dan ingat ini baik-baik , Aku tidak akan pernah kembali kepadamu . Meskipun kamu bersujud kepadaku , karena luka yang kau torehkan sangat dalam. Dan tidak akan pernah sembuh , jika kita tetap bertemu atau bersama. Biarkan aku menyembuhkan Luka yang telah kau torehkan kepadaku, mas. " kata Hana lagi sambil berlalu meninggalkan Indra.
Mendengar penolakan dari Hana benar-benar membuat Indra tidak memiliki kesempatan untuk kembali kepadanya. Kini yang Indra rasakan hanyalah penyesalan. Benar kata orang, penyesalan baru akan dirasakan saat kita merasakan kehilangan.
Hana menuju mobil dimana Dion dan Manda menunggunya.
"Bagaimana? " tanya Dion saat Hana sudah masuk ke dalam mobil.
"Biasa, dia ingin aku kembali kepadanya. Dan itu tidak akan pernah terjadi. Setelah semua ini berakhir, aku ingin liburan. " kata Hana dengan wajah berbinar.
"Eh, bolehkah aku berlibur, bos. Aku kan pegawai baru. " kata Hana lagi kali ini ditujukan kepada atasannya.
Manda menggeleng. "Nggak boleh mbak, setelah perceraian mbak Hana, mbk Hana akan sibuk kerja karena aku akan menikah dengan Mas Dion. Dan selama persiapan pernikahan itu, mbak Hana harus menggantikan pekerjaan mas Dion sampai kami selesai bulan madu. Benarkan, sayang. " ujar Manda kepada Hana lalu melemparkan pertanyaan kepada Calon suaminya itu.
"Iya, kau benar sekali sayang. Bahkan aku sudah mengatakan kepada anggota ku kalau kau yabg akan menggantikanku selama aku dalam persiapan pernikahan. Dan mereka setuju, karena sudah melihat performamu selama satu minggu terakhir yang sangat memukau di persidangan. " ujar Dion yang ternyata sudah merencanakan semua ini dengan Manda.
"Kalian berdua... " Hana menggelengkan kepalanya mendengarkan kekompakan kedua sahabat nya itu.
Tapi dia sangat bahagia. Mungkin saja dengan kesibukannya nanti akan membuat Hana segera melupakan semua sakit hatinya, dan menjadi langkah awal dirinya berkarir di bidanh hukum ini.
Di lain pihak, Indra kembali kerumah dengan langkah gontai, karena permintaannya untuk rujuk ditolak pengadilan. Dia tidak kembali ke restoran dan meminta salah seorang kepercayaannya untuk menjaga restorannya.
"Bagaimana? " tanya bu Gayatri saat melihat anaknya sudah kembali.
Indra menggelengkan kepalanya.
"Sudah ibu duga, kamu tidak akan bisa kembali kepada Hana. Karena dia lebih pintar darimu Indra. Wanita cerdas yang sudah kau sia-siakan. sayang sekali. " sindir Bu Gayatri kepada anaknya itu.
"Sudahlah, Bu. Jangan menyindir ku terus menerus, kepalaku pusing. " keluh Indra sambil berbaring di pangkuan ibunya.
Dengan lembut Bu Gayatri mengusap rambut Indra, anaknya Satu-satunya yang sangat bodoh.
"Setelah ini, perbaiki hubunganmu dengan Ema, ndra. Kasihan dia, bagaimanapun dia adalah istrimu, tanggung jawabmu. "
"Tapi kau tidak mencintainya bu. " ucap Indra jujur.
"Kalau kau tidak mencintainya bagaimana kau dulu bisa menggaulinya sampai dia hamil. "
"Entahlah, mungkin aku dulu sudah dibutakan nafsu." jawabnya enteng.
Tanpa mereka sadari, Ema mendengarkan semua ucapan Indra dan ibunya. Dia tidak menyangka, kalau Indra akan berkata seperti itu kepada ibunya. Andai dia memiliki tempat persinggahan lain atau memiliki keahlian diluar sana seperti Hana, mungkin dia sudah keluar dari rumah ini. Dan menyusul apa yang dilakukan Hana kepada Indra.
Tapi apalah seorang Ema, dia tidak memiliki keahlian apa-apa selain sebagai seorang pelayan dan penggoda.