Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah perempuan itu Alma
Andi menggeser tubuhnya dan tersenyum kearah Laura "Aku mau pinjam buku pelajaran sama kamu, ada tugas yang lumayan sulit. Jadi aku kesini buat cari bukunya "
Laura makin mendekati Andi dan tiba-tiba menepuk bahu Andi " Lain kali jangan asal masuk kamar orang ga baik. Bisa keluar sekarang sebelum aku melakukan hal yang lebih gila lagi"
"Maksudnya "Andi binggung dengan perkataan Laura.
"Keluar Andi, sudah aku bilang jangan pancing emosiku. Aku tak suka ada yang masuk kedalam kamarku sembarangan sepertimu. Apalagi dengan mengobrak abrik barang ku " emosi Laura sudah tak bisa ditahan lagi sekarang. Bahkan Laura sampai mencekik Andi.
Andi yang kaget dengan sikap Laura segera pergi. Sekarang makin yakin saja Andi kalau ini bukan Laura. Andi harus berbicara dengan Ayahnya.
Andi memegang lehernya yang sakit, untung saja masih bisa lepas. Andi mengambil air minum dan pergi ke kamarnya untuk menenangkan dulu dirinya.
...----------------...
"Apa kamu kalah sama Laura, aku ga salah denger kan sayang " tanya Denisa pada pacarnya.
Daniel dengan lesu menganggukkan kepalanya "Sudah tak bisa diremehkan lagi, sepertinya dia belajar beladiri jadi hebat dan mampu menumbangkan ku"
"Pacar mu saja yang memang tak bisa berkelahi " celetuk Beni.
"Ya kamu juga Beni kenapa ga bantu Daniel sih. Bukannya diam saja"
"Malas harus menindas perempuan. Seharusnya kamu yang maju biar adil sama-sama perempuan"
Denisa mendelik kan matannya, bersandar pada dada Daniel dan memainkan jarinya di sana. Dengan manja Denisa berkata "Kita harus bunuh Laura, aku ga mau dia hidup sayang. Dia juga udah buat kamu malu. Ayolah sayang kasih pelajaran sama perempuan itu"
Daniel menimang-nimang dulu apakah ini ide yang bagus. Tapi benar juga harga dirinya sudah di injak-injak oleh Laura di permalukan seperti itu.
"Ide bagus, tapi apakah tak akan menjadi masalah besar nantinya sayang"
"Tidak akan, memangnya kamu tega pacarmu ini dihina habis-habisan oleh Laura " Denisa memasang wajah sedih agar Daniel makin mau melakukan apa yang dia lakukan.
"Sebentar aku akan telfon seseorang"
Denisa hanya bisa menganggukkan kepalanya menunggu siapa yang akan datang. Beni sendiri sudah keluar dari tadi meninggalkan dua sejoli yang mulai melantur.
Tak lama kemudian pintu diketuk dan masuk lah seorang perempuan seumuran Laura.
"Ada apa ya Kak Daniel "
"Kemarilah duduk dulu "
Dengan patuh perempuan itu duduk berhadapan dengan dua sejoli itu.
"Aku ingin kamu menghabisi Laura, ingat sampai dia mati"
"Tapi disekolah ku sedang ada kasus pembunuhan. Tak mungkin kalau misalnya aku membunuh Laura"
Brak, Daniel yang kesal membalikan meja dan menatap kesal pada perempuan yang ada dihadapannya.
"Sejak kapan kamu membantah seperti ini, ikuti kata-kataku atau semua rahasia mu aku sebarkan. Laksanakan apa yang aku mau "
Perempuan itu sudah bergetar ketakutan "Baik akan aku turuti "
Daniel memberikan sebuah bungkusan "Berikan ini pada minuman Laura atau makanannya terserah yang terpenting dia memakan ini. Mengerti"
"Ya aku mengerti " diambilnya bungkusan itu.
"Pergilah sekarang "
Saat perempuan itu keluar Daniel membawa Denisa ke kamar. Membaringkannya perlahan "Sekarang puaskan aku sayang, sudah lama kamu tak memberikan aku jatah " Daniel merangkak dan membuka pakaiannya sendiri, lalu sekarang membuka pakaian Denisa.
Mereka berdua akhirnya melakukan penyatuan yang sering mereka lakukan dari dulu. Denisa tak pernah keberatan saat pacarnya meminta, toh dirinya suka. Kadang juga Denisa melayani teman-temannya juga hanya Daniel tidak tahu saja.
...----------------...
Anya yang baru sampai disekolah sudah di sibukkan dengan tas teman-temannya. Kemarin Anya menelepon teman-temannya memohon untuk menerimanya lagi dan akhirnya Anya bisa bergabung lagi.
Anya membawanya dengan susah payah, tapi Naura dan juga Miranda tak memperdulikan itu. Membiarkan Anya dibelakang mereka.
"Jangan sampai tasku jatuh ya " tegur Naura.
"Iya Naura tenang saja tak akan jatuh"
"Ya kalau sampai jatuh kamu harus menggantinya"
Anya mengangguk dengan patuh. Anya begitu senang sekali bisa bergabung lagi dengan teman-temannya, meskipun diperlakukan seperti pembantu. Dulu Laura yang sering begini tapi sekarang malah di alami olehnya.
Anya hanya ingin mencari aman jangan sampai nanti dirinya terkena masalah. Anya tak mau sampai dipermalukan lagi.
Anya segera menyimpan tasnya dan duduk disamping Naura. Baru saja bokongnya menempel pada kursi Naura sudah mendorongnya sampai terjungkal.
"Jangan dekat denganku duduk ditempat mu, dasar ya tak tahu diri " Naura membersihkan pakaiannya yang terkena Anya.
Miranda hanya melongok saja, lalu melemparkan selembar uang pada Anya " Belikan kami roto dan juga minum cepat "
Anya mengambil uang itu dan segera pergi. Air matanya tiba-tiba saja mengalir, dengan cepat Anya menghapusnya dan menyemangati dirinya sendiri untuk bertahan sampai nanti lulus sekolah. Anya harus aman menjaga mentalnya. Sudah dirumah mentalnya hancur jangan sampai di sekolah pun.
Setelah membeli apa yang teman-temannya mau Anya segera kembali, berlari dengan cepat dan memberikan pesanan temannya.
"Mau " tawar Miranda.
"Boleh " Anya akan mengambilnya, tapi Miranda malah melemparnya. Anya hanya diam menatap makanan itu.
"Ambil dong bukannya tadi mau malah diam saja. Ayo ambil " teriak Naura.
Dengan terpaksa Anya mengambil roti yang sepertinya sudah kotor itu. Anya hanya memegangnya tak memakannya sama sekali.
"Makan dong Anya sayang, masa sih cuman dilihatin saja " tegur Miranda.
"Tapi ini sudah kotor " cicit Anya.
"Ya sudah makan saja. Rumah mu saja kotor Anya, berarti sama saja kan. Sudah makan atau kamu mau kita ga temenin kamu lagi "
Anya yang tak punya pilihan akhirnya memakannya juga, matanya terpejam saat mengunyah makanan itu. Terdengar suara tawa teman-temannya. Bahkan sekarang satu kelas menertawakannya. Malu sekali ingin kabur saja tapi bel masuk sudah bersuara.
...----------------...
"Laura bisa kita bicara berdua, aku ingin memperbaiki hubungan pertemanan kita. Aku juga membawakan makanan kesukaan mu "
Laura menatap Alma lama tak biasanya seperti ini "Aku mau makan dengan Rayan "
"Tolong Laura sebelumnya kita baik-baik saja jangan sampai kita bermusuhan. Aku tak mau hal itu terjadi. Ayo kita bicara sebentar di UKS hanya kita berdua saja "
"Baiklah "
Laura segera mengikuti langkah Alma tak ada curiga sedikitpun. Sebenarnya Laura ingin membalaskan apa yang telah Alma lakukan. Dia orang yang membuat semua orang membully nya, tapi nanti saja akan ada gilirannya untuk Alma tunggu saja.
"Kamu makin hari makin cantik Laura, kamu juga sekarang hebat bisa melawan para pembully itu. Aku tak tahu kalau kamu bisa beladiri. Nanti kapan-kapan ajari aku ya " tak lupa dengan senyum manisnya.
Laura hanya menganggukkan kepalanya saja, mereka berdua masuk kedalam UKS dan Alma mengunci pintunya. Alma tersenyum puas saat Laura sudah masuk kedalam.