Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Bella meninggalkan Elang dan Marisa kedalam. Sudah jelas di depan mata jika Bella basah kuyup karena ulah Marisa, tapi kenapa Bella yang selalu di salahkan. Sepertinya kata jahat dan kejam sudah melekat di diri Bella, hingga apapun yang berhubungan dengan kejahatan pastilah orang mengira Bella pelakunya.
Bella menceburkan dirinya di bathtub. Merendam tubuhnya dengan air hangat. Kepalanya bersandar dan matanya meminjam menikmati hangatnya air yang menyapa kulitnya.
FLASHBACK ON
Setelah tiga hari kepergian orang tuanya, Bella kembali masuk sekolah. Walau masih ada gurat kesedihan di wajahnya yang cantik bak dewi tapi senyuman ramah masih bisa Bella sunggingkan.
Bella menyapa teman-teman yang berpapasan dengannya. Satu, dua, tiga dan enam langkah belah menghentikan langkahnya. Melihat ke belakang, ke samping, Bella mengernyit bingung. Tak ada satupun yang membalas sapaannya, hal ini berbeda jauh dari hari-hari biasnya. Padahal sebelum Bella menyapa mereka sudah mendekati Bella terlebih dahulu, tapi kali ini terlihat aneh.
"Anak pungut aja bangga!"
"Ternyata dia cuma anak pungut!"
"Pasti dia senang orang tua angkatnya meninggal, kan dapat warisan!"
"Jangan-jangan orang tuanya meninggal karena dia!"
"Masa sih?"
"Bisa aja kan, orang tua angkatnya kan kaya raya!"
"Anak pungut kan ngga jelas asal usulnya!"
Bella menundukkan kepalanya mendengar gunjingan di sekitarnya. Bella tidak tau siapa yang menebar berita itu di sekolahnya. Kisah kelam yang sudah lama Bella kubur dalam-dalam.
Bella tetap berjalan dengan tenang walau telinganya sudah terasa panas mendengar semua orang membicarakannya. Bahkan ketika sampai di kelas suasana yang biasanya ramai kini menjadi hening karena kedatangan Bella.
Bella duduk di bangkunya dengan tatapan aneh dari seisi kelasnya.
"Heh anak pungut!!" Adel mendekati meja milik Bella bersama anggota gengnya.
Bella mengangkat kepalanya menatap Adel.
"Jangan pernah berani menatap gue dengan tatapan mata sok baik lo itu" Adel menunjuk tepat di mata Bella.
"Ternyata lo itu nggak ada bedanya ya sama sampah. Sama-sama di buang sama orang" Ucap Adel lagi, membuat seisi kelas menertawakan ucapan Adel.
"Adel, tolong jangan bicara seperti itu sama Bella, biar bagaimanapun dia tetap sepupu aku!!" Kini Marisa yang baru saja datang langsung membela Bella bak ibu peri yang turun dari kayangan.
"Sepupu? Haha lo yakin mau punya sepupu kaya dia?" Tanya Adel kepada Marisa.
" Tentu saja yakin, karena Bella itu baik. Kalian semua tau itu kan?" Marisa masih berdebat untuk membela Bella.
"Sudah Ica, aku tidak papa!" Bella meraih tangan Marisa untuk menghentikan aksinya.
"Selamat pagi anak- anak!!" Suara guru yang masuk menghentikan perdebatan mereka.
-
Hari demi hari terus berganti berbagai gunjingan dan hinaan selalu Bella dapatkan. Tidak ada satu orang pun SMA itu yang mau berteman dengannya kecuali Marisa.
Bella menjalani hari-harinya di sekolah seorang diri. Menjadi gadis pendiam dan tertutup. Awalnya Bella masih merasa senang karena mempunyai Marisa. Namun saat Bella mendengar pembicaraan Adel dan teman-temannya di toilet beberapa hari yang lalu, justru membuat Bella semakin kecewa. Karena dari situ Bella tau bahwa yang menyebarkan berita tentang dirinya adalah Marisa, sepupunya sendiri. Seseorang yang masih sangat baik di hadapan Bella namum ternyata menusuk dari belakang.
Bella terduduk sendiri di atas atap sekolahnya. Tidak ada tempat untuk Bella di sekolah ini selain mengasingkan diri di tempat ini.
"Apa salah jika aku hanya anak pungut? Tidak tau diri? Nggak punya hati? Jadi seperti itu kalian melihatku? Baiklah kalau itu yang kalian mau" Gumam Bella di sela tangisnya.
FLASHBACK OFF
Bella merebahkan dirinya ke ranjang. Suasana sepi seperti ini sudah biasa Bella alami dari sejak dulu. Lucunya, Bella sudah menganggap kesepian adalah teman sejatinya. Bahkan di malam pengantinnya kemarin. Bella juga tidak peduli dengan keberadaan Elang saat ini. Yang pasti ia sudah mencapai satu tujuannya, dan masih ada tujuan lain yang harus ia lakukan. Memikirkan pria yang baru saja berstatus suaminya itu hanya buang-buang waktu saja menurut Bella.
Ponsel Bella berdering saat mata Bella mulai terpejam. Bella berdecak pelan ketika melihat nama orang yang menelponnya, orang yang tadi sempat hinggap di pikirannya.
"Dimana kau?" Suara berat itu langsung menyerangnya saat baru saja Bella menempelkan ponselnya ke telinga.
Bella masih diam tak mau membuka suaranya.
"Bunda mencari mu, datanglah ke rumah atau aku yang akan menyeret mu!!" Ancam Elang.
"Lakukan semau mu!!" Bella mematikan ponselnya setelah mengatakan kalimat tantangan itu kepada Elang. Memang dasarnya Bella si gadis batu, makanya ia tidak peduli ancaman model apapun.
Bella melempar ponselnya ke kasur, jengah dengan sikap kasar Elang kepadanya. Hilang sudah rasa kantuk yang tadi Bella rasakan.
Tok tok tok..
Bella melirik pintu yang di ketuk dari keluar dengan tidak sabaran.
Tok tok tok..
Suara ketukan itu semakin keras membuat Bella kesal. Bella mendekat lalu membuka pintu itu.
Ceklek..
Mata Bella melebar sepersekian detik namun kembali datar setelahnya.
"Ayo ikut!!" Elang meraih tangan Bella, lalu menariknya tanpa perasaan.
"Lepas!!" Bella menghentakkan tangannya.
"Ikut atau aku akan bertindak kasar!!" Gertak Elang, kalau masalah kata-kata pedas dan menyakiti hati itu adalah keahlian Bella. Namun jika beradu kekuatan dengan seorang pria tentu saja Bella kalah. Apalagi pria di depannya ini bertubuh tinggi dan dengan otot yang terbentuk sempurna.
"Elang, ada apa ini?" Marisa keluar kamar karena mendengar suara bising dari luar.
"Bunda ingin bertemu dengannya, aku pergi dulu" Elang menarik tangan Bella meninggalkan Marisa yang menatap keduanya sendu.
Bella menoleh kebelakang memberikan senyuman miring kepada Marisa, yang semakin membuat Marisa terluka.
"Lepas!!" Ucap Bella saat mereka sudah keluar dari rumah.
Elang masih diam dan terus berjalan menarik Bella dengan langkahnya yang panjang membuat Bella susah mengimbangi Elang yang notabennya berbadan tinggi itu.
"Bunda, ini pesanan Bunda sudah Elang bawa. Elang capek ingin tidur!" Ucap Elang kepada Nadia yang menunggunya di ruang tamu.
"Tunggu Elang!!" Sergah Nadia.
"Apa lagi Bunda?" Elang sudah sangat jengah.
"Bawa Bella ke kamarmu. Kalian suami istri, tidak baik kalian tidur terpisah. Apalagi berbeda rumah!!" Tegas Nadia.
"Apa??" Kaget Bella dan Elang bersamaan.
-
-
-
-
Happy reading readers😘