Naura memilih kabur dan memalsukan kematiannya saat dirinya dipaksa melahirkan normal oleh mertuanya sedangkan dirinya diharuskan dokter melahirkan secara Caesar.
Mengetahui kematian Naura, suami dan mertuanya malah memanfaatkan harta dan aset Naura yang berstatus anak yatim piatu, sampai akhirnya sosok wanita bernama Laura datang dari identitas baru Naura, untuk menuntut balas dendam.
"Aku bukan boneka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Empat
Sudah tiga bulan berlalu, hubungan Alex dan Laura semakin dekat. Wanita itu sudah tak sabar ingin mengambil semua miliknya.
Pagi ini, Laura sengaja datang ke perusahaan Alex yang merupakan perusahaan milik keluarganya. Banyak karyawan yang terkejut melihat kehadiran wanita itu. Dia hanya memberikan senyuman.
Sekretaris Alex yang pernah bertemu Laura tak terkejut melihat kehadiran wanita itu. Dia mempersilakan masuk ke ruang kerja pria tersebut.
Laura mengetuk pintu sebelum masuk. Dia menarik napas dalam. Memperhatikan perusahan dengan seksama. Tak banyak perubahan dalam waktu dua tahun ditinggalkan.
Setelah mendengar suara yang mempersilakan masuk, barulah Laura membuka pintu. Dia membawa makanan untuk mereka.
"Selamat Siang, Lex!" sapa Laura begitu masuk ke ruangan.
Alex tampak bahagia melihat kehadiran wanita yang dipujanya. Dia langsung berdiri dan menyambutnya. Pria itu lalu memeluk Laura.
"Kejutan sekali kamu datang ke sini. Kenapa gak mengabari dulu?" tanya Alex dengan senyum semringah.
"Kalau aku kabari bukan kejutan nantinya. Aku'kan ingin membuat kejutan untukmu," ucap Laura.
"Duduklah, aku masih ada sedikit kerjaan," ujar Alex.
Alex kembali duduk di kursi kebanggaannya. Kembali membuka laptop dan bekerja. Sesekali melirik ke arah Laura dan tersenyum. Sepertinya dia benar-benar telah jatuh cinta kembali dengan wanita itu.
Laura membuka makanan yang dia bawa dan menghidangkan di atas meja. Alex lalu menutup laptopnya dan berjalan menuju wanita itu.
"Kamu masak sendiri semua ini?" tanya Alex memperhatikan semua makanan di meja.
Semua yang ada di atas meja rata-rata menu kesukaannya. Alex tampak semringah, merasa bahagia karena diperhatikan sebegitu besar sama wanita itu.
"Laura, bagaimana kalau akhir pekan ini kita pergi liburan?" tanya Alex.
Laura tak langsung menjawab. Dia harus berpikir bagaimana cara agar liburan kali ini bisa membuat Alex makin jatuh cinta dan terpercaya.
"Boleh juga." Laura menjawab dengan singkat.
Dalam hatinya Laura telah merencanakan sesuatu. Mungkin ini kesempatan baginya untuk menjebak Alex. Dia akan membuat pria itu berkata jujur dan memberikan kekuasaan kembali pada dirinya.
Setelah makan, Laura pamit. Alex mengantarnya pulang hingga ke halaman apartemen.
"Kenapa kamu tak pernah mengizinkan aku mampir di apartemen kamu, hanya mengantar hingga halaman saja?" tanya Alex.
"Aku nggak enak dengan penghuni yang lain. Suatu saat aku pasti mengajakmu mampir. Maaf ya ...!" seru Laura dengan wajah sedih agar Alex percaya.
"Hei, aku gak apa. Jangan sedih gitu." Alex menjawab sambil mengacak rambutnya. Laura lalu pamit keluar dari mobil. Alex mengecup dahi dan pucuk kepalanya dengan lembut. Penuh cinta.
"Seandainya kamu mencintaiku sebagai Naura dan memperlakukan aku sebaik ini, mungkin rumah tangga kita masih utuh," ucap Laura dalam hatinya.
Alex melambaikan tangan sebelum melajukan mobil meninggalkan halaman apartemen.
**
Pagi itu, sinar matahari menyusup masuk ke dalam kamar Alex, membangunkannya dari tidur nyenyak. Ia melirik jam dan menyadari bahwa liburan yang dinanti-nanti sudah di depan mata. Dalam semangat yang tinggi, ia segera meraih ponselnya dan menghubungi Laura.
"Hey, Laura! Kamu sudah siap untuk liburan besok?" tanya Alex, suaranya penuh antusiasme.
"Belum, Alex! Aku masih belum punya baju yang pas," jawab Laura dari ujung telepon, suaranya terdengar sedikit panik.
“Kalau gitu, kita harus segera ke mall. Biar kamu bisa cari baju yang kamu mau!” saran Alex.
“Beneran banget? Tapi aku masih belum mandi!” jawab Laura, terdengar ragu.
“Gak masalah! Aku nunggu kamu di depan apartemen. Cepat ya!” kata Alex sebelum mematikan panggilan.
"Aku akan mulai morotin kamu. Bukankah semua juga uangku, aku berhak mengambilnya," ucap Naura dalam hatinya.
Tak lama kemudian, Laura muncul di depan rumahnya dengan penampilan sederhana—kaos oversized dan jeans yang nyaman. Meski penampilannya biasa, senyumnya tetap memikat.
“Hai, Alex! Maaf ya, aku lama. Gak bisa kalau langsung pergi tanpa sedikit make-up,” ujarnya sambil mengacak rambutnya.
“Gak apa-apa. Yang penting, kita bisa cari baju sekarang!” Alex membalas sambil tersenyum. “Ayo, kita berangkat!”
Di perjalanan menuju mall, perbincangan mereka mengalir dengan lancar. Alex bertanya tentang rencana liburan Laura, sedangkan Laura membagikan harapannya agar bisa menemukan sesuatu yang spesial.
“Jadi, mau baju yang seperti apa?” tanya Alex sambil menyetir.
“Hmm, aku pengen yang cerah-cerah gitu. Kayak floral dress atau mungkin crop top?” Laura berpikir keras.
“Crop top? Wih, berani banget, nih! Keren!” Alex menggoda.
“Jangan bercanda, Alex. Aku butuh baju yang bikin aku percaya diri,” jawab Laura dengan nada serius, meski senyumnya tak hilang.
Setibanya di mall, suasana ramai langsung menyambut mereka. Alex dan Laura melangkah masuk ke dalam toko baju pertama yang mereka temui.
“Kalau kamu mau cari yang cerah, coba lihat yang ini,” ujar Alex sambil mengangkat sebuah dress berwarna kuning cerah.
“Hmm, warnanya oke sih. Tapi pas dipakai gimana, ya?” Laura meraih dress tersebut.
“Coba saja! Ini hari spesial, kamu harus tampil beda!” dorong Alex.
Laura mengangguk, lalu bergegas ke ruang ganti untuk mencobanya. Sementara menunggunya, Alex sibuk melihat-lihat baju lain.
Laura mengambil baju yang paling mahal dan dengan jumlah yang cukup banyak. Tak peduli berapa nanti Alex akan mengeluarkan uang. Dia akan menikmati semuanya. Kalau dulu dia berpikir untuk menghabiskan uang suaminya, kali ini tak ada lagi.
Beberapa menit kemudian, Laura muncul dari ruang ganti dengan dress kuning itu. Wajahnya terlihat percaya diri.
“Gimana?” tanya Laura dengan sedikit ragu.
“Wow! Kamu terlihat luar biasa! Itu baju cocok banget sama kamu!” puji Alex dengan antusias.
Laura sedikit tersipu. “Kamu beneran suka?”
“Serius! Sekarang tinggal cari aksesorisnya biar makin kece,” jawab Alex.
Laura tersenyum lebar. “Ayo kita cari aksesoris! Ini pasti jadi satu dari outfit terbaikku!”
Mereka melanjutkan petualangan belanja ke toko-toko aksesoris. Segala macam perhiasan, topi, dan sepatu diperiksa. Laura akhirnya memilih anting-anting cantik dan sepasang sandal yang sempurna untuk dress-nya. Dia tak mengambil sepasang. Tapi sekaligus tiga pasang sandal, dua pasang sepatu dan banyak perhiasan.
“Bisa jadi kamu bakal jadi perhatian di liburan nanti,” canda Alex.
“Harusnya kamu juga pakai sesuatu yang keren! Jangan cuma jadi pengantar, ya,” balas Laura sambil meraih sebuah kemeja yang menarik perhatian.
“Baiklah, kalau itu bisa membuat kamu lebih percaya diri. Aku ambil kemeja ini,” Alex menyetujui.
Keduanya pun akhirnya membeli baju dan aksesoris yang mereka suka. Setelah puas berbelanja, mereka pergi mencari sesuatu yang bisa mengobati perut mereka yang keroncongan. Tak ada raut wajah keberatan pada diri Alex. Dia membelikan semua yang Laura mau.
“Eh, mau makan di mana?” tanya Alex.
“Ada kafe baru yang enak banget di atas. Kata temanku, makanan di sana mantap!” Laura menjelaskan.
“Yuk, kita coba! Liburan harus diisi dengan makanan yang enak juga,” ajak Alex.
Sambil berjalan menuju kafe, mereka berdua tertawa dan bercanda, mengenang pertemuan-pertemuan mereka di masa lalu. Alex merasa sangat beruntung bisa berbagi momen seru seperti ini dengan Laura.
“Besok bakal jadi seru banget, ya!” seru Laura dengan semangat.
“Ya! Dan yang paling penting, kita harus selfie banyak-banyak!” jawab Alex.
Alex tampak tersenyum semringah, menanti liburan esok yang penuh keceriaan. Pria itu sudah tak sabar ingin menghabiskan hari bersama kekasih hatinya, Laura.