Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebesar cinta Dikta
Mencintai dalam diam dan entah harus sesabar apa lagi Dikta menahan diri, menyimpan perasaannya sedalam mungkin demi menjaga kenyamanan wanita terkasihnya. Mulutnya bertutur untuk melepaskan, namun hatinya mengikat semakin erat.
Andai Delvia melihat seberapa besar cinta Dikta untuknya, mungkin gadis itu tidak akan sanggup untuk memikulnya. Teramat besar cinta yang Dikta miliki, menjadikan otaknya melambat, hanya demi menemani Delvia, pria itu rela tidur di dalam mobil selama beberapa malam.
Sama seperti malam-malam sebelumnya, Dikta selalu memesankan makanan untuk Delvia, tentunya dengan beragam alasan. Kali ini caranya sedikit berbeda, alih-alih menyuruh kurir, Dikta sendiri yang akan mengantarkan makanan yang sudah dia beli sebelumnya. Tepat sebelum Dikta keluar dari mobil, dia melihat sosok yang sangat dia kenali mengunjungi butik milik Delvia. "Mas Wira," gumamnya dengan wajah sendu. Senyum yang awalnya berkembang layu seketika saat menyaksikan Delvia menyambut kedatangan suaminya. Dengan senyuman cerah, Delvia mengajak Wira masuk ke dalam butiknya. Cemburu? Tentu saja. Saat ini Dikta sangat ingin turun dari mobil dan menyeret kakaknya keluar dari Mayuri Attire.
"Arrrgghhh," geram Dikta seraya membenturkan kepalanya ke setir mobil. Otaknya bekerja sangat keras, membayangkan apa yang sedang Delvia dan Wira lakukan di dalam sana. Dalam keadaan cemburu buta, Dikta mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Entah kemana Dikta akan pergi, dia hanya ingin menyingkirkan bayangan kotor di kepalanya.
Andai Dikta tau, apa yang Delvia dan Wira lakukan sangat jauh dari ekspetasinya. Pasangan suami istri itu justru sedang sibuk membongkar oleh-oleh dari luar negeri.
"Oh my God," Delvia memekik, kedua matanya tampak berbinar melihat beberapa helai kain sutera yang Wira bawa langsung dari Dubai, salah satu negara penghasil kain sutera terbaik di dunia.
"Kamu menyukainya?" tanya Wira seraya menatap Delvia.
Delvia menoleh, memamerkan senyuman terbaiknya. "Sangat mas, aku sangat menyukainya. Terima kasih banyak ya," ucap Delvia tulus.
"Aku juga membeli beberapa tas untukmu. Kali ini dia yang memilihkannya," sambung Wira dengan suara berbisik.
"Benarkah? Coba aku lihat sebagus apa seleranya?" Delvia mengekori Wira, dia tak sabar melihat hadiah yang di pilihkan oleh seseorang yang dicintai suaminya. "Uuu, seleranya cukup bagus mas. Apa tandanya dia mulai menyukaiku? Aku sangat takut setiap kali dia menatapku!" ujar Delvia dengan maksud menggoda suaminya.
"Mm, sepertinya dia mulai mengerti sekarang. Terima kasih ya, berkat kamu, kami masih bisa bersama!"
"Aku juga sangat berterima kasih mas, berkat mas Wira aku bisa berlibur ke Milan, butikku menjadi semakin terkenal dan aku bisa memiliki kain sutera terbaik di dunia."
"Inilah gunanya rekan!"
Keduanya saling melempar senyum. Takdir memang kurang berpihak pada mereka, untungnya mereka di pertemukan dengan partner yang saling mengerti satu sama lain sehingga pernikahan kontrak mereka tidak terlalu membosankan.
Sehari setelah Wira kembali, rencana pindah rumah pun akhirnya terealisasikan. Dengan penuh semangat Delvia kembali mengemasi barang-barangnya yang tak seberapa, dia sudah tidak sabar pindah ke rumah baru dimana dia tidak akan melihat Dikta dan Maya lagi.
Padahal hanya pindah rumah, namun acara perpisahan begitu menguras air mata seolah-olah Wira dan Delvia akan pindah negara. Nila tak henti-hentinya menangis saat anak dan menantunya berpamitan.
"Mom, rumah kami tidak terlalu jauh. Mommy bisa datang kapan saja kalau mommy merindukan kami," ucap Wira mencoba menenangkan Nila.
"Mommy sangat senang saat Via tinggal di sini. Tapi mommy juga tidak mau egois dengan memaksa kalian tinggal di sini," sahut Nila sesegukan.
"Via akan sering berkunjung mom," Delvia turut menenangkan mertuanya.
"Terima kasih sayang. Nikmati waktu kalian ya agar mommy bisa cepat-cepat menimang cucu!"
Delvia menyikut lengan Wira, memberi isyarat agar mereka cepat-cepat pergi sebelum Nila semakin melanturkan hal-hal aneh.
"Kami pamit dulu mom!" ujar Wira tergesa-gesa, pembahasan mengenai cucu selalu membuatnya muak.
Brakk....
Semua orang menoleh saat pintu utama terbuka dengan kasar, tak lama setelah itu Dikta masuk ke dalam rumah dengan langkah sempoyongan dan penampilan yang begitu kacau.
"Apa yang terjadi padamu? Beberapa hari ini kamu tidak pulang dan apa-apaan dengan penampilanmu itu?" cecar Nila seraya memperhatikan penampilan Dikta dari ujung kaki hingga ujung kepala. Indera pencium Nila juga mengendus aroma yang sangat menyengat. "Kamu mabuk-mabukan lagi?"
Dikta tersenyum bak orang gila, pria itu benar-benar kehilangan kewarasannya. "Aku patah hati mom. Wanita yang aku cintai malah menikahi pria lain!"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan