"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Viola merebahkan dirinya dan memikirkan rencananya. Sebenarnya ia ingin sekali ikut camping tapi hari ulang tahun Zavin jauh lebih penting dari apapun. Selama 15 tahun tinggal bersama Zavin, ia tidak pernah melewatkan ulang tahun Zavin sekalipun.
Tiba-tiba Viola tersenyum. "Oke, aku akan beri kejutan pada Kak Zavin. Biarkan dia kesal selama tiga hari ini agar kejutannya semakin maksimal."
Kemudian ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Ryan.
Ryan, bisa minta tolong batalkan pendaftaranku ikut camping. Uangnya tidak usah dikembalikan, buat siapa saja yang mau ikut, tidak apa-apa.
Viola mengirim pesan itu, lalu meletakkan ponsel di sebelahnya. Ia mulai merencanakan apa saja yang harus dilakukan agar momen ulang tahun itu semakin spesial.
Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk dari Ryan.
Kenapa?
"Ryan dari dulu gak pernah berubah. Kayak tarif chat per karakter aja. Irit banget." Viola tersenyum kecil dan kembali membalas pesan itu.
Aku mau buat kejutan untuk ultah Kak Zavin.
Setelah pesan itu terkirim, Ryan membalasnya. "Oke."
"Flat banget balasnya. Ya udahlah, yang penting udah beres."
Hingga malam larut, Viola tak juga memejamkan matanya. Ia memikirkan rencananya. "Apa aku buat kejutan di basecamp Kak Saga saja? Pasti udah lama Kak Zavin gak nostalgia. Aku minta bantuan sama Kak Saga saja."
Viola mengambil ponselnya. Ia mengirim pesan pada Sagara, saudara sepupunya yang dulu sangat dekat dengan Zavin. Setelah mengirim pesan yang cukup panjang, Viola akhirnya memejamkan kedua matanya sambil memeluk guling.
...***...
Zavin menahan dagunya sambil memikirkan Viola. Seharian itu, ia tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya karena Viola sama sekali tidak menghubunginya sejak semalam mereka bertengkar. Ia benar-benar khawatir dengan Viola.
"Kenapa kamu melamun saja? Ada masalah dengan Viola?" tanya Arvin karena melihat wajah muram putranya.
Zavin menggeleng pelan. "Baru dua hari Viola pindah tapi rasanya aku semakin jauh sama dia."
"Itu hanya perasaan kamu saja. Barusan kata Mama kamu, Viola dari rumah."
Seketika Zavin menegakkan dirinya. "Viola dari rumah? Dia nunggu aku di rumah?"
"Tidak, dia sudah pulang."
"Kenapa dia tidak menungguku?" gumam Zavin. Ia menyandarkan punggungnya lagi sambil melipat kedua tangannya.
"Katanya buru-buru mau beli perlengkapan buat camping. VC saja kalau kangen." Setelah mengambil beberapa berkas di ruangan Zavin, Arvin keluar dan menutup pintu itu lagi.
Zavin masih saja melamun. Ia justru memikirkan yang tidak-tidak. "Jangan-jangan Viola balikan sama Ryan? Ryan bukan pria sembarangan dan sepertinya dia juga masih mencintai Viola. Aku benar-benar tidak bisa konsentrasi hari ini."
Kemudian Zavin menatap kembali ponselnya yang sepi tanpa pesan apapun dari Viola.
...***...
"Viola ...." Ryan berjalan mendekat saat melihat Viola membawa beberapa barang bersama pelayannya dan dimasukkan ke dalam mobil.
"Ryan, kenapa kamu gak jadi camping?" tanya Viola. Tiga hari telah berlalu, seharusnya hari itu memang jadwalnya berangkat camping.
Ryan menggelengkan kepalanya. "Aku memang gak ikut camping karena pekerjaan di panti semakin banyak jadi aku mengurangi kegiatanku."
"Wah, untung aku gak jadi ikut." Viola menepuk lengan Ryan. "Gak kebayang kalau aku jadi ikut, di sana ada Dika dan juga Raisa. Bisa suntuk level dewa."
Ryan menyentuh lengannya yang baru saja terkena pukulan Viola. Entah mengapa, dada itu masih saja berdebar setiap dekat dengan Viola.
"Ikut yuk!" ajak Viola. Ia memberi tempat duduk untuk Ryan setelah masuk ke dalam mobil.
Ryan terdiam sejenak. Sepertinya ia tidak sanggup jika harus melihat momen romantis Viola dan Zavin tapi Viola menariknya. "Ayo! Siapa tahu, aku nanti butuh bantuan kamu."
Terpaksa Ryan masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Viola. Beberapa saat kemudian, mobil itu mulai melaju.
"Jadi, kamu udah jadian sama Kak Zavin?" tanya Ryan.
"Jadian?" Viola terdiam. Ia saja belum mengungkapkan perasaannya pada Zavin. "Aku saja belum pernah bilang tentang perasaanku sama Kak Zavin. Aku masih bingung karena aku sudah bersama Kak Zavin selama 15 tahun, jadi entah yang aku rasakan ini cinta atau sayang sebagai adik kakak."
"Jadi kamu masih belum yakin?"
Viola menggelengkan kepalanya. "Iya. Bagaimana caranya agar aku yakin?"
"Kamu akan tahu seberapa dalam perasaan kamu saat kamu kehilangannya. Jika kamu benar-benar mencintainya, pasti rasanya sangat sakit," kata Ryan dengan penuh perasaan.
Viola menatap Ryan. Ia mengerutkan dahinya. "Kamu memberi pendapat atau curhat?"
Ryan hanya tersenyum kecil. "Ya, kan kamu tadi tanya."
Viola hanya berdecak. Beberapa saat kemudian, ia sudah sampai di depan basecamp milik saudara sepupunya. Hari sudah sore, sebentar lagi kejutannya akan dimulai.
"Pak kalau mau tunggu di kejauhan saja ya."
"Baik, Nona."
Kemudian Viola turun dari mobil dan diikuti Ryan.
"Ini punya Kak Zavin?" tanya Ryan sambil mengedarkan pandangannya pada basecamp yang lumayan besar itu.
"Bukan, ini basecamp-nya Kak Saga. Saudara sepupunya Kak Zavin." Viola masuk ke dalam basecamp itu dan tersenyum melihat ruangan itu yang sudah bersih dan sudah ada beberapa dekor. "Dulu waktu SMA, kalau lagi ingin bolos, aku selalu ke sini tapi akhirnya Kak Zavin yang kena marah."
Ryan hanya tersenyum. Ia meletakkan barang yang dibawa Viola lalu mulai menyiapkan kejutan kecil-kecilan itu sesuai arahan Viola.
"Kamu yakin Kak Zavin nanti ke sini?" tanya Ryan.
"Iya, Kak Saga sudah menghubunginya dan katanya nanti bakal ke sini." Viola segera mempersiapkan semuanya bersama Ryan.
Saat hari sudah gelap, Viola duduk sambil membaca pesan dari Saga. "Ryan, nanti kamu hidupin lampunya kalau sudah aku beri aba-aba."
"Oke." Ryan tersenyum menatap Viola yang terlihat bahagia.
"Kak Zavin akan sampai. Kamu matikan lampunya dulu." Viola membawa kue tart dan bersembunyi di dekat tembok bersama Ryan yang berdiri di dekat saklar. Lampu sudah dimatikan dan di dalam basecamp itu sangat gelap.
"Gelap sekali."
Viola tersenyum mendengar suara Zavin. Ia memberi kode pada Ryan untuk menghidupkan lampu tapi saat hitungan kedua, ia berhenti karena mendengar suara langkah kaki mendekat. Meski samar, ia melihat seorang wanita memeluk Zavin.
"Aku sayang kamu."
Lampu itu menyala dan kue tart yang Viola pegang terjatuh dari tangannya saat melihat Zavin berciuman dengan wanita lain.
"Kak Zavin ...."
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?