Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Nindya yang melihat perawakan dari laki-laki itu pun merinding sendiri. Tapi beda lagi dengan Kaivan yang malah menebar senyum. Nindya jadi berpikir bahwa Kaivan suka dengan laki-laki itu karena badannya berotot.
"Lucas apa kabar?" ucap Kaivan ramah tanpa mengeluarkan wajah datarnya.
"Loh Kaivan, aku kabarnya baik kalau kamu bagaimana?" tanya balik laki-laki dengan bernama Lucas itu.
"Aku baik, kamu lagi ngapain disini?"
"Aku lagi nemenin istriku belanja" ucap Lucas sambil menunjuk wanita yang ada disampingnya itu.
"Berarti sama dong aku juga nemenin istriku belanja, sorry ya tadi aku enggak sengaja tabrak troli belanjaan istri kamu."
"Oh...kamu toh yang nabrak, santai aja lagian juga hanya troli yang kamu tabrak. Tunggu tadi kamu bilang istrimu? Yang mana istrimu?"
Dengan tarikan pelan Kaivan membawa Nindya ke sampingnya. "Perkenalkan ini adalah istriku dan Nindya Lucas ini adalah teman SMA ku."
'Astaga kenapa tadi pikiranku sangat liar sekali, kenapa aku bisa berpikir seperti itu' batin Nindya dengan melirik Kaivan dan juga Lucas dengan tatapan malu.
Nindya dan Lucas pun saling berjabat tangan disertai dengan senyuman. "Oh iya perkenalkan wanita yang ada di sampingku ini adalah Kim istriku. Sayang ayo kenalan dulu sama temanku."
Wanita bernama Kim itu pun juga ikut menjabat tangan Kaivan dan Nindya tanpa senyum. Raut muka Kim masih masam saat menatap Kaivan dan Nindya.
"Maaf sekali lagi aku ucapkan karena tidak sengaja menabrak troli belanjaan istrimu" ucap Kaivan.
"Sudah tidak papa tidak perlu merasa bersalah seperti itu, bagaimana kalau kita ngopi di depan saja dan biarkan para istri kita belanja sendiri" ucap Lucas sambil merangkul pundak Kaivan akrab.
"Ayo seperti itu asik dilakukan, Nindya saya ngopi di depan ya apabila nanti sudah selesai belanja kamu tinggal telepon saya saja."
"Tapi Aa' nanti kalau aku perlu bantuan bagaimana?"
"Nanti kami tinggal minta tolong dengan petugas supermarket, tenang saja disini banyak petugas supermarket kok" itu bukan ucapan dari Kaivan melainkan dari Lucas yang juga ikut bicara.
"Ayo Kaivan kita pergi, oh iya sayang aku nongkrong dulu ya kamu bisa belanja sepuasnya have fun ya" Lucas menarik tubuh Kaivan mengikutinya.
Nindya masih melihat kepergian Kaivan dan teman SMA dari suaminya itu. Entah kenapa hati Nindya merasa bahwa saat ini Kaivan diambil darinya. Sesaat sudah meninggalkan Nindya Kaivan duduk santai di depan supermarket dengan kopi diatas meja.
"Kamu kapan nikah Kai? Kenapa kamu enggak kabari aku kalau mau menikah, kamu bisa undang aku ke pernikahanmu pasti aku akan datang."
"Pernikahanku itu tidak digelar secara mewah hanya keluarga dan rekan kerja terdekat saja yang datang pada acar itu."
"Kenapa pernikahanmu enggak digelar secara besar-besaran dan mewah kan kamu anak dari pebisnis sukses yang perusahaannya ada dimana-mana."
Kaivan tersenyum, "memang harus ya pernikahan mewah?"
"Ya harus dong apalagi kamu anak orang kaya."
"Mungkin lain waktu kalau aku dan Nindya ingin menggelar resepsi mewah pasti akan kami lakukan tapi untuk saat ini sepertinya tidak."
"Jangan bilang kalian menikah itu karena istrimu" Lucas bergerak dengan gestur tangan yang membentuk bulatan pada perutnya.
"Sebenarnya hanya ada sedikit salah paham saja" Lucas melongo tidak percaya.
"Berarti saat ini kamu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah, aku tidak menyangka laki-laki yang jarang dekat dengan wanita bisa menghamili seorang wanita. Aku salut sekali denganmu bro!" Lucas menepuk dua kali pundak Kaivan.
"Sebenarnya saat ini istri tidak hamil itu hanya salah paham saja."
"Mau salah paham atau tidak kan yang terpenting dia saat ini sudah menjadi istrimu, tapi Kai apakah kamu saat ini mencintaimu istrimu itu?"
"Mungkin saat ini aku masih ditahap suka dengan istriku tapi belum dalam tahap mencintai."
"Tenang aja pasti dalam berjalannya waktu kamu akan mencintainya dengan ugal-ugalan apalagi istrimu itu wanita yang sangat cantik. Oh iya ceritain dong bagaimana kamu bisa bertemu dengan istrimu itu aku penasaran nih."
"Sebenarnya tidak ada cerita yang istimewa dalam pertemuanku dengan Nindya karena Nindya itu sekertarisku."
"Astaga berarti kamu menikahi sekertarismu dong?" Kaivan mengangguk.
"Oh iy aku mau tanya sama kamu kan kamu udah menikah lumayan lama, kira-kira kenapa sih mood perempuan gampang berubah?"
"Ada dua kemungkinan, yang pertama kamu buat salah sama dia dan yang kedua istrimu itu sebentar lagi datang bulan."
"Sepertinya aku tidak membuat salah tadi, apakah memang kalau wanita mau datang bulan selalu berubah moodnya?"
"Iya banyak wanita yang seperti itu bahkan wanita akan lebih seram saat akan datang bulan jadi kita sebagai laki-laki harus menuruti semua kata-kata dan permintaanya agar kita tetap aman" ucap Lucas memberikan wejangan.
"Oh jadi begitu makasih ya atas sarannya aku pasti akan mengikuti saranmu itu."
"Harus! Karena itu menyangkut keberlanjutan hidup kita."
"Dari tadi kamu kan tanya tentangku terus sekarang ganti aku yang tanya tentang kamu, kita harus saling sharing."
"Ya udah kalau gitu kamu mau nanya apa sama aku?"
"Kamu habis kuliah diluar negri apa tetap menjadi warga negara asing?"
"Ya biasa habis lulus kuliah aku langsung disuruh oleh papa untuk mengurusi perusahaannya dan tidak lama dari itu aku kenal dengan istriku."
"Jalanmu sepertinya lancar-lancar saja."
"Tidak selancar yang kamu bayangkan."
Dua laki-laki itu terus asik mengobrol tanpa tahu bahwa istri mereka berdua saling melempar lirikan sinis satu sama lain. Saat akan mengambil sayuran pasti pilihan mereka sama dalam satu titik yang membuat mereka saling berebut.
"Bawa sini kangkung ini, ini punya saya karena saya yang lebih dulu melihatnya" ucap Kim dengan tangan berusaha meraih kangkung yang ada ditangan Nindya.
Nindya yang tidak mau kalah pun meninggikan kangkungnya jauh dari jangkauan Kim. Nindya tidak mau kalah dengan Kim karena sedari tadi Kim tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.
"Tapi aku yang lebih dulu mengambilnya jadi kangkung ini milik aku, lagian masih banyak kangkung yang lain jadi sana ambil kangkung yang lain."
"Enggak mau!"
"Dasar cewek ribet!" Nindya berjalan meninggalkan Kim yang masih berusaha mengambil kangkung yang ada di tangan Nindya.
"Males ah belanja digangguin sama cewek ribet itu mending udah aja" Nindya segera menghubungi Kaivan untuk menyusulnya ke kasir, saat barang belanjaan pas selesai dihitung Kaivan muncul.
"Kok kamu belanjanya cepat banget sih? Emang udah kebeli semuanya?"
"Sepertinya udah sih, aku enggak mau belanja lama karena ada cewek ribet yang selalu ngintilin aku."
"Ogah ya aku ngintilin kamu" ucap Kim membalas ucapan Nindya sewot.