NovelToon NovelToon
Pahlawan Tanpa Bakat

Pahlawan Tanpa Bakat

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bayu Aji Saputra

Lahir di sebuah keluarga yang terkenal akan keahlian berpedangnya, Kaivorn tak memiliki bakat untuk bertarung sama sekali.

Suatu malam, saat sedang dalam pelarian dari sekelompok assassin yang mengincar nyawanya, Kaivorn terdesak hingga hampir mati.

Ketika dia akhirnya pasrah dan sudah menerima kematiannya, sebuah suara bersamaan dengan layar biru transparan tiba-tiba muncul di hadapannya.

[Ding..!! Sistem telah di bangkitkan!]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pahlawan Dari Vraquos

Saat Kaivorn masih berpikir tentang kemungkinan harus memberi ganti rugi kepada Count Valmont, rasa khawatir itu jelas terlihat di matanya meski wajahnya tetap dingin.

Di lubuk hatinya, ia mengutuk dirinya sendiri. "Aku tak membawa uang banyak keluar rumah kali ini... Ganti rugi seperti apa yang akan diminta Valmont?" pikirnya, frustrasi.

Namun, tiba-tiba terdengar sorakan dari kerumunan warga yang selamat.

"Hidup Tuan Muda Kaivorn! Pahlawan dari Vraquos!"

Kaivorn mendongak, terkejut.

Di hadapannya, orang-orang yang baru saja diselamatkan mulai bertepuk tangan.

Wajah-wajah mereka yang semula dipenuhi ketakutan kini memancarkan harapan.

"Kau menyelamatkan kami dari pria jahat itu!" teriak seorang pria tua di kerumunan, wajahnya dipenuhi air mata.

"Kau menghentikan penyihir gelap yang ingin menghancurkan kota dan seluruh wilayah Count Valmont!" tambah seorang wanita yang memeluk anak kecilnya erat.

Satu per satu, warga kota yang selamat mulai bersorak memuji Kaivorn.

Mereka menganggap pria jahat yang baru saja dia bunuh sebagai musuh besar, seorang penyihir gelap yang berniat menghancurkan kota dan wilayah Count Valmont.

Padahal, pria itu sebenarnya adalah ketua cabang pasar gelap, dan Kaivorn memang sengaja membunuhnya.

Tidak ada niat menyelamatkan kota atau wilayah Valmont dari ancaman apa pun, murni kebetulan yang memperbaiki reputasinya.

Kaivorn tersenyum kecil, tatapannya tetap tenang saat dia memandang warga yang memujanya.

Dengan anggukan tipis, dia menyetujui ucapan mereka, membiarkan mereka percaya bahwa dia adalah pahlawan yang telah menyelamatkan mereka dari kehancuran.

"Ini bukan hal yang kubayangkan, tapi kupikir aku bisa memanfaatkannya..." Kaivorn bergumam dalam hati, membiarkan senyuman tipis terlukis di bibirnya. "Jika mereka menyebutku sebagai Pahlawan dari Vraquos, maka aku akan memainkannya."

Tepukan tangan dan sorakan terus menggema, seolah menghormati tindakan heroiknya.

Raivan menatap Kaivorn, tampak terkejut oleh reaksi warga.

Sedangkan Calista setuju dengan para warga, karena dia juga menganggap Kaivorn sebagai pahlawannya.

Raivan mendekat, dengan sedikit senyum samar di wajahnya. “Sepertinya kau tak perlu khawatir tentang ganti rugi,” bisiknya pelan, menahan tawa kecil.

Kaivorn menoleh padanya, mengangguk ringan. “Sepertinya tidak,” jawabnya pelan, masih dengan senyuman tipis di wajahnya.

Di kejauhan, Count Valmont dan para ksatria mulai mendekat, namun dengan sikap penuh hormat.

Count Valmont, bersama para ksatrianya, perlahan mendekati Kaivorn dan kelompoknya.

Wajah Count Valmont tampak penuh hormat, jelas terkesan oleh peristiwa yang baru saja terjadi.

Para ksatrianya berdiri tegak di belakangnya, memperhatikan sosok Kaivorn dengan kekaguman yang terbaca jelas.

“Pahlawan dari Vraquos yang agung,” panggil Count Valmont dengan suara yang dalam namun ramah. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya, sebuah gestur penghormatan yang jarang ia berikan kepada siapa pun. “Saya adalah Marcus Valmont, penguasa wilayah ini. Kota dan rakyat saya berhutang nyawa kepada Anda. Saya tak tahu bagaimana kami bisa membalas budi baik sebesar ini.”

Kaivorn menyambutnya dengan tenang, menatap Marcus dengan mata merah yang tajam.

Di belakangnya, Calista dan Raivan berdiri dengan sikap hormat.

Raivan, yang biasanya terlihat santai, kali ini hanya memandang diam-diam, memberi tempat kepada Kaivorn untuk berinteraksi dengan Marcus.

“Pahlawan,” lanjut Marcus, senyum hangat terlukis di wajahnya. “Sebagai tanda terima kasih kami yang mendalam, saya ingin memberikan hadiah kepada Anda. Pilihlah apa yang Anda inginkan dari wilayah kami, dan saya akan dengan senang hati memenuhinya.”

Kaivorn terdiam sejenak, memikirkan tawaran itu.

Sebenarnya, ia tidak terlalu peduli dengan hadiah atau penghargaan seperti ini.

Namun, mengingat keadaan malam yang semakin larut dan perjalanannya yang melelahkan, ide yang lebih sederhana muncul di benaknya.

Dengan ekspresi tenang dan penuh wibawa, Kaivorn menatap Marcus. “Terima kasih atas tawarannya yang murah hati, Count. Namun, saya tidak membutuhkan banyak saat ini. Yang kami perlukan hanyalah tempat untuk beristirahat. Bolehkah kami bertiga menginap di kediaman Anda malam ini? Kami sudah melalui hari yang panjang, dan sudah cukup larut.”

Marcus tersentak sedikit, jelas tidak mengharapkan permintaan yang begitu sederhana dari seseorang yang baru saja menyelamatkan wilayahnya.

Namun, senyum lebar kembali menghiasi wajahnya, dan ia mengangguk dengan semangat.

“Tentu saja! Tentu saja!” jawab Marcus dengan antusias. “Akan menjadi kehormatan bagi saya untuk menjamu Pahlawan dari Vraquos dan teman-temannya di kediaman saya. Kalian bertiga akan mendapatkan pelayanan terbaik, dan saya akan memastikan bahwa kalian dapat beristirahat dengan nyaman.”

"Namun," tambah Marcus, membuat seluruh yang disana memperhatikan dirinya. "Bagaimana itu bisa di sebut sebagai Hadiah? Maka dari itu, saya akan memberikan kalian masing-masing satu hadiah, dan kalian bisa memilihnya sendiri."

Kaivorn tersenyum kecil. "Anda terlalu baik, Count." ujarnya.

Calista tersenyum kecil di samping Kaivorn, sementara Raivan mengangguk dengan penuh penghargaan.

Marcus membalas senyuman Kaivorn, lalu berbalik bersama ksatrianya. "Kemudian, mari ikuti saya ke mansion."

Mereka bertiga mengangguk setuju kemudian mengikuti Count Valmont dan para ksatrianya menuju istana, meninggalkan reruntuhan kota di belakang mereka.

Setelah perjalanan yang cukup singkat menuju mansion Count Valmont, Kaivorn, Raivan, dan Calista tiba di halaman depan yang luas, diterangi oleh lentera-lentera elegan yang memancarkan cahaya lembut.

Pintu utama terbuka lebar, memperlihatkan seorang pelayan yang segera menyambut mereka dengan penuh hormat.

"Selamat datang di kediaman kami, Tuan Kaivorn, Nona Calista, dan Tuan Raivan," ucap pelayan itu sambil membungkuk. "Segala kebutuhan Anda sudah kami persiapkan. Silakan ikuti saya."

Mereka bertiga mengikuti pelayan masuk ke dalam mansion.

Di dalam, interior megah dengan dekorasi klasik menunjukkan kekayaan dan status keluarga Valmont.

Namun, meski dikelilingi kemewahan, Kaivorn tetap tenang dan tidak terlalu terkesan.

Saat mereka dibawa ke ruang tamu yang luas dan nyaman, Count Valmont kembali mendekati mereka.

"Saya harap perjalanan singkat ke sini tidak membuat Anda terlalu lelah," ucapnya ramah. "Segera setelah Anda beristirahat, kami akan menyiapkan makan malam. Namun, jika ada sesuatu yang khusus yang Anda inginkan sebelum itu, tolong beri tahu saya."

Kaivorn mengangguk kecil, pandangannya tetap dingin dan penuh kendali. "Terima kasih, Count Valmont. Kami hanya butuh sedikit waktu untuk beristirahat."

Raivan yang selama ini diam, mulai merasa suasana terlalu serius.

"Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang, ya?" ujarnya dengan senyum kecil, mencoba mencairkan suasana. "Aku harap makan malamnya sesuai dengan reputasi rumah ini."

Count Valmont tersenyum mendengar komentar Raivan. "Saya pastikan Anda tidak akan kecewa, Tuan Raivan."

Setelah itu, pelayan mengantarkan mereka masing-masing ke kamar pribadi yang telah disiapkan.

Kaivorn membuka pintu kamarnya dan melihat ruangan yang luas dan nyaman.

Di dalamnya terdapat tempat tidur besar dengan kain sutra, jendela besar yang menghadap ke taman, dan perapian yang hangat.

Namun, meskipun suasananya menenangkan, pikiran Kaivorn tetap bekerja.

Dia berdiri di dekat jendela, memandang keluar ke malam yang tenang. "Semua berjalan lebih baik dari yang kukira," gumamnya pelan.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu.

"Masuk," ucap Kaivorn tanpa menoleh, suaranya tenang, namun penuh kewaspadaan.

Pintu berderit perlahan, mengungkapkan sosok Calista.

Rambut putihnya berkilauan di bawah cahaya, dan mata hijaunya yang tajam memancarkan aura dingin yang segera memenuhi ruangan.

Langkahnya ringan, namun setiap gerakannya dipenuhi dengan kewibawaan.

"Vraquos muda," suaranya terdengar dingin, namun tegas. "Bagaimana kabarmu, bocah sombong?"

Kaivorn menoleh perlahan, senyum tipis terukir di wajahnya, nyaris tak terlihat, seperti cerminan dari ironi yang hanya ia pahami.

"Calista... Sedang dalam kepribadian keduanya, ya?" pikirnya.

"Aku baik-baik saja," balas Kaivorn, matanya yang merah berkilauan, menantang aura mendominasi Calista. "Mengapa kau bertanya?"

Calista menarik napas dalam, tatapannya melekat pada Kaivorn seolah berusaha menembus batinnya.

"Apa kau senang dipuja sebagai pahlawan?" tanyanya tajam, nadanya menguji.

Tatapan Kaivorn berubah serius, ketenangan yang begitu dalam terlihat dari matanya.

"Tidak," jawabnya tanpa ragu, suaranya berat. "Karena pada kenyataannya, aku memang pahlawan."

Keheningan melingkupi ruangan. Calista menatapnya sejenak, kemudian tersenyum tipis, hampir mengejek.

"Pahlawan?" Nada suaranya semakin menekan, "Orang sepertimu?"

Kaivorn menatap balik tanpa gentar.

Dalam sekejap, aura suci yang lembut dan tak terbantahkan mengalir darinya—Divine Guardian—membuat udara di sekeliling mereka berubah.

Calista terperanjat, sorot matanya kehilangan sedikit dari ketenangan biasanya.

"Divine Guardian?!" pikir Calista dalam hati, tak percaya. "Bagaimana mungkin?"

Ia segera menenangkan dirinya, meskipun matanya tetap menajam, mengintai jawaban lebih dalam.

"Apa... apa kau dipilih oleh entitas ilahi?" suaranya terdengar serak, sedikit tak percaya.

Kaivorn terdiam sejenak, sebelum tersenyum lembut, senyum yang lebih bijak dari usianya.

"Kau sangat hebat," ucapnya dengan nada datar. "Biasanya, orang-orang mengira aku hanya dipilih oleh Saintess."

"Haha..." Tawa pahit keluar dari bibir Calista.

"Kau... apa kau adalah reinkarnasi...?" bisiknya, kenangan dari masa lalu—yang sangat jauh—seakan tergambar di benaknya.

1
azizan zizan
ini alurnya tentang hukuman kah Thor dikit2 hukuman tentang lawan musuh ngak ada..
Igris: lah itu ada di ch sebelumnya
total 1 replies
azizan zizan
di awal rasa sombong bila di beri latihan nah malah tak mampu...cieehhh sampah..
Igris: wkwkwk
total 1 replies
azizan zizan
lah mau tulis pengsan aja ayatnya bertele tele..iesshhh......
𝐉𝐚𝐬𝐦𝐢𝐧𝐞<𝟑
LUCU BNGTTT😭😭
Thinker: lucuan km g si?
total 1 replies
Callian
menurut gua kwsimpulannya gini, Kaivirn pura pura bodoh dari kecil karena dya gapunya bakat buat bertarung, lalu dya mendapatkan sistem yang bikin dya mikir klo dya gaperlu pura pura bodoh lgi(gua mikir gini karena dya nanya ke sistem dlu). ini juga terlihat di bab awal sekitar chptr 1-2 Kaivorn teelihat kek anak kecil polos yang penakut, tapi berubah ketika situasi genting(ketika dya lawan pembunuh—dya jdi bisa nguasain situasi dengan baik). trus kecerdasannya juga udh di tunjukkin di chpter "profil", yang jauh melampaui maid ama kakaknya.
Ray
lah bisa gitu
Ray
yahhhh tumbang
CBJ
BISA BISANYA?!!
Ray
awalannya udah cukup bagus, gatau lanjutannya kek mana, semoga bagus dah
CBJ
mau nanya, rata rata orang dewasa disana dapet stats berapa?
Callian: menurut gua antara 10 kalo ga 15, liat aja si pembunuh yang harusnya cukup terlatih kalah sama bocah statistik sekitaran 15
total 1 replies
Thinker
iyadeh si paling manusia yang di pilih oleh dewa, keren sih tpi
@...?????...@: buset...keren coy keren
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!