NovelToon NovelToon
Vano Axelion Abraham

Vano Axelion Abraham

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dosen / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:445
Nilai: 5
Nama Author: fadhisa A Ghaista

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kampus Universitas Citra, Vano, seorang mahasiswa hukum yang cerdas dan karismatik, ditemukan tewas di ruang sidang saat persidangan penting berlangsung. Kematian misteriusnya mengguncang seluruh fakultas, terutama bagi sahabatnya, Clara, seorang mahasiswi jurusan psikologi yang diam-diam menyimpan perasaan pada Vano.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadhisa A Ghaista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kebenaran pertama

Andra dan Rizky merasakan ketegangan meningkat saat mereka mendengar berita tentang penemuan jejak DNA di lukisan yang dipamerkan di galeri fakultas seni. Informasi tersebut membuat mereka semakin curiga terhadap Rai dan jalinan misteri yang mengelilingi kematian Vano.

Lukisan yang ditemukan polisi itu menampilkan wajah Rai dengan ekspresi kesedihan mendalam. Namun, yang paling mencolok adalah cat merah yang hanya terletak di bibir lukisan, kontras mencolok dengan latar belakang yang suram. Kalung rosario yang dikenakan Rai di dalam lukisan tampak mirip dengan yang ditemukan di dalam kotak musik Vano. Di sisi lain kalung, terdapat kunci kecil, menambah misteri yang sudah ada.

“Apa mungkin cat merah itu… darah Vano?” tanya Andra, matanya melebar saat menyadari potensi kebenaran di balik penemuan itu.

“Bisa jadi,” jawab Rizky, suara mereka berbisik. “Jika DNA Vano ditemukan di lukisan, itu berarti ada hubungannya antara dia dan lukisan ini. Tapi yang jadi masalah adalah… bagaimana darahnya bisa berada di galeri seni, sedangkan jasadnya ditemukan di ruang sidang?”

Andra merasa keningnya berkerut, berusaha memahami situasi yang rumit ini. “Apakah mungkin ada sesuatu yang terjadi di sini sebelum dia dibunuh? Mungkin ada konflik yang melibatkan Rai dan Vano di pameran lukisan?”

Rizky menggelengkan kepala. “Tapi kenapa di dalam gambar itu ada Raine Nazielyn? Kenapa bukan hanya potret Rai?”

Ketika Andra mendengar nama Raine Nazielyn, ingatan akan percakapan sebelumnya dengan Naya muncul kembali. Raine adalah teman dekat Rai yang juga terlibat dalam komunitas seni. Dia sering menjadi pusat perhatian di antara mahasiswa seni, terutama karena karya-karyanya yang berani dan penuh warna.

“Mungkin ada sesuatu yang lebih besar yang terlibat di sini,” kata Andra. “Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang Raine dan hubungannya dengan Rai dan Vano. Jika ada jejak darah Vano di lukisan ini, mungkin ada hubungan antara ketiganya.”

Mereka berdua tahu bahwa mereka harus bergerak cepat. Jika polisi menemukan jejak DNA, kemungkinan besar mereka juga akan memanggil Rai untuk diinterogasi. Andra bergegas mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Naya.

“Saya perlu tahu lebih banyak tentang Raine,” ucapnya ketika Naya mengangkat telepon. “Apa kamu tahu di mana dia sekarang?”

“Dia sedang di galeri seni untuk pameran,” jawab Naya. “Kenapa? Ada yang terjadi?”

Andra menjelaskan secara singkat tentang penemuan darah dan lukisan yang menjadi sorotan. “Kita harus pergi ke galeri sekarang juga. Jika ada hubungan antara lukisan dan kematian Vano, kita perlu bertanya langsung pada Rai.”

“Baiklah, aku ikut. Ayo cepat!” jawab Naya, suaranya dipenuhi rasa urgensi.

Setelah berkoordinasi, mereka segera berangkat menuju galeri seni. Di dalam perjalanan, pikiran Andra berputar-putar, berusaha menghubungkan semua informasi yang ada. Apakah mungkin Rai, Vano, dan Raine terlibat dalam sesuatu yang lebih besar? Mengapa lukisan itu bisa menjadi kunci untuk mengungkap kebenaran?

Ketika mereka tiba di galeri, suasana terasa mencekam. Banyak mahasiswa berkumpul, terpesona oleh lukisan-lukisan yang dipamerkan. Namun, Andra tahu bahwa di balik keindahan seni tersebut, ada kegelapan yang mengintai. Mereka bergegas menuju lukisan yang mengundang perhatian polisi.

Saat mereka sampai di depan lukisan Rai, Andra merasa getaran aneh. Dia menyentuh bingkai lukisan dengan lembut, memperhatikan cat merah di bibir lukisan yang tampak berkilau di bawah cahaya. Seolah-olah lukisan itu menyimpan rahasia yang hanya bisa terungkap jika mereka berani menyelidikinya lebih dalam.

Naya menyentuh lengan Andra, menarik perhatiannya. “Andra, lihat! Rai ada di sana.”

Andra melihat ke arah yang ditunjuk Naya. Rai berdiri di sudut galeri, tampak gelisah dan tertekan. Wajahnya menunjukkan ketidakpastian, seolah-olah dia tahu bahwa semua mata tertuju padanya.

“Ayo, kita harus bicara dengannya,” ujar Andra, tekadnya membara.

Saat mereka mendekati Rai, Andra bisa merasakan aura tegang di antara mereka. “Rai,” panggilnya, suaranya bergetar. “Kita perlu tahu tentang lukisan itu. Apa yang sebenarnya terjadi di antara kamu dan Vano?”

Rai menatap Andra dengan mata yang penuh ketakutan dan kecemasan. “Saya… saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan,” jawabnya, suaranya bergetar. Namun, Andra bisa melihat ketegangan yang jelas di wajahnya.

“Rai, darah Vano ditemukan di lukisanmu,” kata Rizky, langsung ke inti masalah. “Apa kau tahu kenapa?”

Wajah Rai semakin pucat. “Saya… saya hanya melukis apa yang saya rasakan. Vano dan saya… kami tidak baik-baik saja. Tapi saya tidak tahu bagaimana darahnya bisa ada di lukisan itu!”

Ketika Andra mendengar suara putus asa di suara Rai, dia merasa ada lebih banyak cerita di balik pernyataan itu. “Katakan padaku, Rai. Apa yang terjadi antara kalian? Kita perlu tahu agar kita bisa membantu.”

Rai menatap Andra, air mata mulai menggenang di matanya. “Saya merasa terjebak dalam dunia yang tidak bisa saya pahami. Vano dan saya sering berdebat tentang banyak hal, termasuk seni dan keyakinan. Dia merasa terasing karena perasaannya yang tidak bisa saya pahami.”

Andra merasa tergerak oleh pengakuan Rai. “Tapi kenapa lukisan ini ada di galeri? Apa artinya semua ini?”

Rai menghela napas dalam-dalam, berusaha menahan air mata. “Saya melukisnya setelah pertengkaran terakhir kami. Saya ingin menggambarkan perasaannya, tetapi saya tidak tahu bahwa itu akan berakhir seperti ini.”

Andra berusaha memahami kekacauan emosi yang melanda Rai. Dia merasa ada hubungan yang lebih dalam antara lukisan, darah Vano, dan pertengkaran mereka. Namun, sebelum dia bisa bertanya lebih jauh, suara sirene polisi menggema di luar galeri, mengingatkan mereka bahwa waktu tidak berpihak pada mereka.

“Polisi datang. Kita harus pergi!” teriak Naya.

Andra merasakan jantungnya berdebar kencang. “Rai, kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang Raine dan Vano. Ini mungkin satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran.”

Saat mereka berlari keluar dari galeri, Andra tahu bahwa mereka baru saja mulai merangkai kepingan teka-teki yang berpotensi mengubah segalanya.

1
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋💪💪💪👍🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!