NovelToon NovelToon
Kemanapun Aku Pergi, Aku Akan Tetap Kembali Kepadamu

Kemanapun Aku Pergi, Aku Akan Tetap Kembali Kepadamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Trauma masa lalu / Enemy to Lovers
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Choi Jaeyi

Terjebak dalam kesalahpahaman di masa lalu, menyebabkan Lauren dan Ethan seperti tengah bermain kejar-kejaran di beberapa tahun hidup mereka. Lauren yang mengira dirinya begitu dibenci Ethan, dan Ethan yang sedari dulu hingga kini tak mengerti akan perasaannya terhadap Lauren. Berbagai macam cara Lauren usahakan untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu, namun berbagai macam cara pula Ethan menghindari itu semua. Hingga sampai pada kejadian-kejadian yang membuat kedua orang itu akhirnya saling mengetahui kebenaran akan kesalahpahaman mereka selama ini.

“Lo bakal balik kan?” Ethan Arkananta.

“Ke mana pun gue pergi, gue bakal tetap balik ke lo.” Lauren Winata.

Bagaimana lika-liku kisah kejar-kejaran Lauren dan Ethan? Apakah pada akhirnya mereka akan bersama? Apakah ada kisah lain yang mengiringi kisah kejar-kejaran mereka?

Mari ikuti cerita ini untuk menjawab rasa penasaran kalian. Selamat membaca dan menikmati. Jangan lupa subscribe untuk tahu setiap kelanjutan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choi Jaeyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Notifikasi

“Kontak wa Lauren.”

Nathan mengerjapkan kedua matanya. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri dengan hal yang baru saja didengarnya tadi, itu tidak salah kan?

Hal yang tak pernah dia duga tadi benar-benar keluar dari mulutnya Ethan. Memikirkan hal itu membuat dirinya terdiam sebentar dan kemudian senyuman miring pun terbit dari wajahnya. Mungkin sedikit menggoda laki-laki itu boleh juga, pikirnya.

“Nggak salah dengar nih gue,” sahut Nathan sambil tersenyum miring, tak lupa kedua alisnya bergerak naik turun untuk mendukung ekspresi mengolok-oloknya terhadap Ethan.

Ethan yang sudah dapat menebak reaksi kembarannya itu hanya berekspresi datar. Dia tak ingin terlalu menanggapi reaksi tersebut, sebab itu hanyalah hal yang melelahkan baginya. “Nggak,” laki-laki itu menggelengkan kepalanya. “Telinga lo nggak mungkin kan, tiba-tiba jadi budek begitu aja?”

Sial. Rupanya laki-laki itu tidak mempan dengan reaksinya tadi, pikir Nathan. Padahal perasaannya sudah begitu bersemangat ingin menggoda Ethan, setidaknya menertawakan laki-laki itu mungkin?

Dia yang bersikeras tidak akan pernah lagi ingin berurusan dengan Lauren, tapi tiba-tiba hari ini, di hadapannya, laki-laki itu berucap ingin meminta kontak gadis tersebut. Tapi ya sudahlah, apa yang bisa diharapkan dari Ethan?

“Lauren nggak pernah ganti kontak wa nya,” jawab Nathan yang sudah tidak mood menanggapi kembarannya itu.

“Oh ya?”

“Ih yi,” cibir Nathan malas. Melihat wajah yang seakan tak bisa berekspresi itu benar-benar membuatnya malas, dia jadi ragu kalau-kalau makhluk yang di hadapannya ini sekarang pernah berbagi tempat dengannya pada saat masih berbentuk janin. “Dia nggak pernah ganti kontak wa, sama kayak gue juga. Bukan kayak lo, yang hampir tiap bulan, bahkan bisa tiap minggu ganti kontak wa. Berasa orang penting aja lo.”

Mendengar celotehan yang keluar dari mulut Nathan, membuat Ethan refleks memutar bola matanya malas. Bukankah itu bukan urusannya? Kenapa harus dia yang protes, seolah-olah hal itu membebaninya?

“Tapi kalo lo masih nyimpan kontaknya juga sih,” sambung Nathan tiba-tiba. “Gue nggak yakin, kalo lo masih nyimpan kontaknya di ponsel lo.”

“Sok tau,” sahut Ethan. Setelah itu tanpa berbasa-basi lagi dengan makhluk di hadapannya, dia pun berbalik ingin berjalan kembali ke kamarnya.

“Cieeee. Ternyata selama ini masih disimpan toh, kontaknya. Sok-sok an ngejauhin, padahal aslinya kangen itu tuh,” sindir Nathan yang tiba-tiba kembali bersemangat untuk menggoda kembarannya itu.

Melihat Ethan yang tak jadi meminta kontak Lauren darinya, itu artinya laki-laki itu memang masih menyimpan kontak Lauren di ponselnya.

“Bacot,” Ethan menoleh ke belakang dengan ekspresi datar dan hal itu sukses membuat Nathan membungkam mulutnya.

Bagaimana pun Nathan tetap akan merasa takut saat melihat ekspresi Ethan yang seperti itu. Takut kalau-kalau laki-laki itu akan kembali memukulnya seperti kejadian beberapa minggu yang lalu, dan Nathan tak ingin hal itu kembali terjadi. Sebab bukan apa, dia hanya takut nanti akan diinterogasi oleh kedua orang tuanya perihal wajahnya yang tiba-tiba lebam akibat pukulan Ethan.

“Dan gue minta maaf.”

Maaf? Seketika Nathan mengernyitkan dahinya bingung, lalu kembali meyakinkan dirinya. Apakah dia tak salah dengar? Laki-laki yang sudah hampir menapakkan kakinya ke anak tangga itu tiba-tiba mengucapkan kata maaf kepadanya. Apakah dia benar-benar tidak salah?

Oh, ayolah Nathan. Saat ini dia seperti orang bodoh saja, terus mempertanyakan perihal hal-hal tak terduga yang sedari tadi dia dengar. Padahal sudah jelas-jelas, telinganya masih berfungsi dengan baik. Dasar Nathan!

“Minta maaf karena?”

“Karena sebelumnya gue udah mukul lo,” jawab Ethan dengan posisinya yang membelakangi Nathan, entah kenapa dia tak ingin menghadap laki-laki itu saat meminta maaf. “Waktu itu gue benar-benar nggak sengaja. Gue khilaf. Gue benar-benar minta maaf.”

Mendengar hal itu, Nathan tak dapat menahan senyumnya. Dia tersenyum lebar akan permintaan maaf yang terdengar tulus dari kembarannya itu. Dia pikir Ethan hanya akan acuh tak acuh dengan perkelahian mereka waktu itu, tetapi rupanya malah sebaliknya. Laki-laki itu benar-benar menyesali perbuatannya, dan memberanikan diri untuk meminta maaf. Ya, walaupun caranya meminta maaf sedikit berbeda.

“Okey, gue maafin,” jawab Nathan antusias seraya menganggukkan kepalanya, walaupun orang di hadapannya sekarang tak akan bisa melihat reaksinya. “Tapi sebagai balasannya, lo harus traktir gue mie ayam depan komplek malam ini. Gimana, setuju nggak?”

Ethan terkekeh kecil, kemudian mengacungkan jari jempolnya ke atas. “Nggak masalah,” setelah mengucapkan dua kata tersebut, Ethan pun kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga meninggalkan Nathan yang bersorak gembira karena telah mendapatkan keinginannya.

...*****...

“Segitunya ya, Than. Lo benci gue.”

“Gue nggak tau harus gimana lagi buat ngehadapin sikap lo.”

Bodoh. Lauren sangatlah bodoh. Dia terus merutuki kebodohannya itu, sudah berminggu-minggu pula dia memikirkan setiap kata yang terucap dari mulutnya. Pada saat yang tidak tepat, kenapa tiba-tiba mulutnya dengan bebas berbicara seperti itu, bukankah itu tindakan yang sangat bodoh? Bahkan sekarang dia tak tahu harus melakukan apa.

Contohnya sekarang, ingin bertanya perihal hal apa yang akan dilakukan untuk memulai pengerjaan proyek saja dia sangat bingung. Ingin bertanya kepada Ethan, tetapi Lauren sendiri tidak memiliki kontak yang bisa dihubungi. Ingin meminta kontak laki-laki itu dengan Nathan, tapi sedari tadi makhluk menyebalkan itu tidak menghiraukan pesannya.

Ah, memikirkan hal itu semua membuat Lauren ingin membenturkan kepalanya ke dinding saja.

Gadis itu pun melepas ponselnya yang sedari tadi dia pegang, telapak tangannya jadi berkeringat karena terlalu lama memegang benda tersebut. Kemudian kedua matanya beralih menatap langit-langit kamarnya, di sana terdapat pantulan cahaya yang berbentuk planet-planet beserta bintang-bintang yang bergerak secara perlahan.

Lauren tersenyum, dia memang sangat menyukai semua objek yang ada di langit. Sebab itulah kamarnya di desain sedemikian rupa, agar dia dapat melihat objek-objek tersebut setiap hari di kamarnya. Setidaknya melihat itu semua, mengurangi beban pikirannya yang selalu bersarang di kepalanya itu.

“Kenalin, nama aku Ethan. Dan dia Nathan, abang aku beda 10 menit.”

Lauren tersenyum kecil, suara anak kecil yang malam itu baru dikenalnya seketika terngiang di kepalanya. Dia ingat, malam itu keluarga mereka mengundang satu keluarga yang baru saja pindah ke rumah yang tepat berada di seberang rumah mereka.

Awalnya Lauren bingung, kenapa ayahnya harus repot-repot mengundang mereka untuk makan malam bersama, hingga saat mengetahui kalau kepala keluarga itu ternyata adalah teman kuliah ayahnya dulu, barulah Lauren memahami situasinya.

Saat keluarga itu datang, Lauren sangat dikejutkan dengan dua anak laki-laki yang berwajah sama persis, bahkan untuk membedakannya saja Lauren tak bisa. Layaknya anak kecil seperti pada umumnya, kedua anak kembar itu malu-malu saat pertama kali bertamu ke rumahnya.

Hingga pada akhirnya, Lauren memberanikan diri untuk terlebih dahulu menyapa dan mengajak kedua anak kembar itu untuk bermain bersama. Pada saat itu Lauren sangat bahagia, karena mereka berdua sangat mengasyikkan saat diajak bermain. Dari momen pertama itulah, mereka bertiga pun menjadi sering bermain bersama dan menjadi sahabat.

Ting

Suara yang berasal dari ponselnya mengejutkan lamunan Lauren, tapi dia memilih untuk tak menghiraukannya. Mungkin saja itu pesan dari grup dia bersama Yara, Niken dan Eliza pikirnya.

Ting

Ting

Tetapi kemudian ponsel itu kembali berbunyi dua kali, dan dia baru menyadari kalau bunyi notifikasinya berbeda dengan bunyi notifikasi grup. Hal itu lantas menyita perhatian Lauren dan dengan segera dia meraih ponselnya. Terdapat nomor tak dikenal muncul di posisi paling atas, saat gadis itu membuka aplikasi whatsapp.

Awalnya dia ingin mengabaikan pesan tersebut, siapa tahu hanya orang iseng yang mengirimkan pesan kepadanya. Tetapi saat dia melihat sebuah nama yang ada di pesan tersebut, Lauren tak dapat menahan rasa terkejutnya lagi. Gadis itu sontak bangkit dari posisinya, menutup mulutnya tak percaya. Apakah yang dilihatnya sekarang ini benar-benar terjadi dan bukan sebatas hayalannya saja?

1
Aurora79
orang yang terluka oleh orang2 terdekatnya, akan lebih susah untuk memaafkan. Walau dalam hati sudah memaafkan, tapi tidak dalam tindakannya. Mungkin Geo merasa sangat kecewa atas kepergian ibunya waktu dia sangat membutuhkan kasih sayang ibunya...😭. Kejadian yang sama soalnya sama diriku sendiri, bedanya..., aku ditinggal pergi papa.
yeopo yeojaaaa
weh, ada² aja lo. pntas judul bab ini penitipan anak. kirain tdi apa🤣
yeopo yeojaaaa
lucu bgt, boleh pinjam pangeran nggk ren😭
yeopo yeojaaaa
semoga geo cepat terbuka hatinya☺️
yeopo yeojaaaa
ikut tersentuh juga, Lauren dpanggil kakak dong😭😭
yeopo yeojaaaa
kemana tuh si kembar🤣
Anonymous
kayak baru pernah keluar rumah aja
Anonymous
exited bgt si Lauren
Anonymous
geo pasti lagi bimbang. antara nurutin kemauan adiknya, tpi dia sendiri masih nggk bisa nerima permintaan maaf ibunyaa
Anonymous
gw nggk expect, geo bakal bilang begitu
yeopo yeojaaaa
gebuk aja dia sekalian Ren😭
yeopo yeojaaaa
bener bgt kata Lauren. karma itu instan, hati² loh😭
yeopo yeojaaaa
lauren bener² ya, nggk nanggung² lempar bola basket ke abangnya😭
yeopo yeojaaaa
Geo mulutnya heh😳
yeopo yeojaaaa
se pasrah itu ternyata Vina🥺
🄻🄰🄻🄰🄳🄸🅂🅃🄸_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
ada udang dibalik bakwan kah
🄻🄰🄻🄰🄳🄸🅂🅃🄸_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐: wah, rahasia ya.. oke aku lihat selanjutnya nanti
Choi Jaeyi: maybee🤣
total 2 replies
🄻🄰🄻🄰🄳🄸🅂🅃🄸_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
omnivora gak tuh
🄻🄰🄻🄰🄳🄸🅂🅃🄸_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
cuapin boleh /Chuckle/
🄻🄰🄻🄰🄳🄸🅂🅃🄸_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
bilang aja gabut terus mau ganggu geo
🄻🄰🄻🄰🄳🄸🅂🅃🄸_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!