Ayuna, seorang mahasiswi berparas cantik dengan segudang prestasi yang pastinya selalu menerima beasiswa setiap tahunnya, sekarang ia duduk di bangku kuliah semester 5 di usianya yang telah masuk 19 tahun. Cerita hidupnya memang selalu dipenuhi kejadian-kejadian di luar dugaannya, seperti menikah dengan salah satu most wanted di kampusnya, Aksara Pradikta.
Aksara, laki-laki yang dikenal dengan ketampanannya yang mempesona, ia adalah orang yang tertutup dan kadang arogan. Ia menikah dengan Yuna tentu bukan berdasarkan rasa cinta, melainkan karena suatu alasan yang dipaksakan untuk diterima oleh dirinya. Dan tentunya setiap pernikahan selalu memiliki jalan terjalnya sendiri, begitupun untuk Aksa dan Yuna. Permasalahan yang awalnya hanya datang dari sisi mereka berdua rupanya tak cukup, karena orang-orang di sekitar mereka hingga masa lalu mereka justru menjadi bagian dari jalan terjal yang harus mereka lewati. Apakah akan tetap bersama sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andi mutmainna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35>>
Brash!
Seketika baju Yuna yang tadinya kering berubah menjadi basah. Padahal ia baru saja ingin memanggil Yeseul yang berdiri membelakanginya, tetapi nyatanya ia sudah disambut seember air berukuran besar.
Cih!
Yuna berdecih lalu tersenyum santai. Jadi ini yang dimaksud dari kegilaan Yeseul? Terus terang saja, bagi Yuna ini bahkan belum setengahnya dari perundungan yang ia dapatkan saat kecil.
"Woy, cewek cupu!"
Teriakan Yeseul mulai terdengar di telinga Yuna, membuat Yuna perlahan mengangkat kepalanya. Tatapan tajam langsung ia lemparkan ke Yeseul yang saat ini tengah berjalan ke arahnya. Yuna sama sekali tidak takut pada Yeseul, ia malah lebih takut kalau Aksa yang melihatnya dengan kondisi seperti ini.
"Lo anak beasiswa, kan?!" ujar Yeseul sudah berdiri di hadapan Yuna. Tatapannya terlihat jelas ingin merendahkan Yuna, lebih-lebih lagi dengan kedua tangan yang ia silangkan di depan dada, membuatnya makin terlihat ingin menginjak harga diri Yuna habis-habisan. "Itu tandanya lo miskin dong?!" lanjutnya.
Lagi, Yuna berdecih lalu membuang pandangannya. Kalimat menusuk dari Yeseul cukup mengusik telinganya, tetapi untungnya emosinya masih dapat ia tahan.
"Lo tahu nggak, kalau lo nggak pantes ada kampus ini, lo itu nggak punya apa pun selain otak lo!" ujar Yeseul lagi lalu mendorong kepala Yuna dengan ujung jari telunjuknya. "Otak lo itu nggak bakal bisa nutupin kekurangan lo di depan Aksa!" Dan lagi, Yeseul mendorong kepala Yuna sedikit lebih kasar dari sebelumnya.
"Aksa itu milik gu--"
"Sayangnya, Aksa lebih suka cewek berotak daripada cewek sampah kayak lo!" Yuna mulai angkat bicara, sepertinya sudah cukup ia menahan kata-kata yang sudah bersarang di kepalanya sedari tadi.
"Udah berani ngebantah gue, ya?! Kemarin kok diem aja, apa karena keenakan dibelain sama Aksa?! Biar gue kasih tahu, ya! Aksa itu cuma kasihan sama lo!" ujar Yeseul masih terus memancing emosi Yuna agar terkumpul di ubun-ubun.
"Oooh, tahu, tahu. Apa lo jadi mainannya Aksa, ya?! Dibayar berap—"
Plak!
Satu tamparan Yuna layangkan di pipi Yeseul, membuat sang empu melotot tak percaya.
"Lo kan cewek sampah, harusnya lo tahu dong harga cewek panggilan berapa!" ujar Yuna dengan tatapan meremehkan. Masih mengusap pipinya, Yeseul kembali menyatukan tatapannya dengan Yuna.
"Mau pake kekerasan, ya?! Oke, gue ikutin mau lo, Cupu!" senyum Yeseul kembali terukir, dan tak lama ia memberi kode pada Sasya dan Sabrina yang entah sudah sejak kapan menjadi anak buah gadis gila itu agar mengunci pintu rooftop.
Mereka berdua mengangguk paham lalu mengikuti kemauan Yeseul untuk mengunci pintu. Dan setelah memastikan pintu terkunci, Sasya dan Sabrina beralih mendekati Yuna dan langsung memegang kedua sisi tangannya.
Yuna tentu saja memberontak. Sekuat tenaga ia melawan dan berusaha melepas pegangan anak buah Yeseul, tetapi sayang tenaganya masih kalah.
"Nggak usah sok ngelawan makanya!" Yeseul manangkup pipi Yuna membuat pergerakannya terhenti. "Anak buangan!"
Yuna terdiam karena ucapan Yeseul barusan.
"Ups! Sori, ha ha ha ha!" Yeseul kembali tertawa puas, dan dengan kasar ia melepas cengkeramannya dari pipi Yuna, hingga meninggalkan bekas kuku dan memar merah di sana.
"Lo segitu tertariknya sama gue?!" sentak Yuna dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Segitu pengennya lo mau ngehina gue? Sampai lo harus cari tahu semua tentang gue?!" sambung Yuna.
"Mm … gimana, ya? Lo emang pantes dihina, sih, ha ha ha!"
Yeseul berbalik membelakangi Yuna untuk menuntaskan tawanya. Pantas saja dia disebut cewek gila karena untuk gadis seumurannya, hal seperti ini terlalu gila untuk dilakukan. Setelah puas tertawa, barulah Yeseul kembali berbalik dan menatap miris ke Yuna.
"Sekarang lo pilih, jauhin Aksa atau lo kehilangan hal paling berharga di hidup lo?!" ujar Yeseul memberi tawaran kepada Yuna.
“Oh, atau lo mau tawaran ketiga? Loncat dari gedung ini?”
"Gu--"
"Eittss … jangan buru-buru milihnya! Gue mau lihatin sesuatu dulu." Yeseul merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan ponselnya.
"Nih!" Yeseul memperlihatkan gambar seseorang di layar ponselnya.
"I-ini ... Diandra?" tanya Yuna ragu-ragu. Foto yang diperlihatkan Yeseul sangat mirip dengan foto Diandra yang ada di kontak ponsel Aksa.
"Bener! Lo pasti udah tahu nasib dia, kan?! Dia itu cewek bodoh yang mau masuk perangkap gue, dia terlalu lem--"
"Lo emang cewek gila, ya?!" sentak Yuna tak habis pikir, bagaimana bisa Yeseul berkata seperti barusan tanpa rasa penyesalan? Yuna kembali berontak, berusaha melepas pegangan Sasya dan Sabrina, tetapi tenaganya masih tetap kalah.
"Ha ha ha … oke, oke! Gue akuin gue emang gila. Makanya jangan mancing kegilaan gue, oke? Sekarang, jauhin Aksa!" Yeseul kembali menangkup pipi Yuna kuat-kuat, Yuna terlihat begitu kesakitan ketika kuku Yeseul berhasil membuat pipinya berdarah.
"Gue nggak mau!" balas Yuna membuat Yeseul tertawa jengah, lalu satu tangannya ia angkat dan ....
Brak!
Bukan, itu bukan suara tamparan Yeseul, melainkan suara pintu rooftop yang dibuka paksa. Orang pertama yang muncul dari pintu itu tentu saja Aksa, dan di belakangnya ada Jae dan juga Salsa yang ternyata ikut datang.
Tanpa diminta, Sasya dan Sabrina langsung melepas tautannya dari Yuna. Mereka terlalu takut setelah melihat Aksa menghampiri mereka dengan tatapan yang menakutkan. Aksa langsung menarik Yuna untuk berdiri di belakangnya.
"Sa—"
"Diem!" Dari penekanan suara Aksa, Yuna sudah bisa tahu sebesar apa kemarahan Aksa.
Masih tak ada yang bersuara setelah kedatangan Aksa, hingga akhirnya Yeseul bertepuk tangan ria.
"Oke, oke! Sekarang gue ngerti ha ha ha!" Yeseul melangkah mendekat ke Aksa dan langsung berdiri di hadapannya.
"Lo suka cewek rendahan kayak dia? Selera lo nggak berubah dari dulu, ya?" tanya Yeseul dengan nada sinisnya.
Aksa maju satu langkah mendekati Yeseul, keduanya beradu tatap membuat Yuna makin khawatir. Apa yang akan terjadi kalau kejadian lama terulang lagi? Aksa bisa-bisa dikeluarkan dari kampus.
"Udah cukup!" ujar Yuna yang langsung berdiri di antara Aksa dan Yeseul. Tak menggubris Yuna, Aksa malah menoleh ke Salsa yang berdiri di samping Jae.
"Sal, bawa Yuna pergi!" Salsa melongo, kenapa Aksa malah menyuruhnya membawa Yuna? Yang ada Yuna akan menghabisinya sampai ke tulang.
"Sa … kamu mau ngapain?"
"Pergi, ini udah bukan urusan kamu lagi!"
"Mending lo pergi, Yuna." Kali ini Jae yang menyuruhnya. Sebenarnya yang paling hafal tingkat kemarahan Aksa adalah Jae, karena meskipun mereka terbilang bukan teman akrab lagi tetapi Jae sering melihat Aksa yang meluapkan emosinya dengan cara berbeda.
Yuna masih keras kepala, mana mungkin ia meninggalkan Aksa di sini dengan Yeseul? Ia tidak mungkin membiarkan Aksa melakukan hal yang di luar nalar?
"Sa ... kamu nggak bakal ngelakuin hal di luar batas, kan?! Tolo—" Ucapan Yuna terputus saat Salsa tiba-tiba menariknya pergi.
"Salsa, apaan, sih?!" racau Yuna mencoba melepas tarikan Salsa.
"Na, lo jangan bego! Aksa lagi emosi sekarang, lo jangan nambahin," bisik Salsa berusaha tak terdengar Aksa. Ia kembali menarik Yuna pergi hingga mereka berdua menghilang dari balik pintu rooftop.
--
Jangan lupa like dan komen teman-teman🤍