Azura Az-Zahra gadis cantik yang sudah dinikahi oleh seorang CEO sejak kecil. Kedua orang tuanya sudah meninggal sejak dia berusia 1 tahun karena kecelakaan. Sejak itu dia tinggal bersama paman dan bibinya yang mempunyai seorang putri berumur 2 tahun lebih tua darinya.
Bagaimana bisa Zahra sudah menikah sejak masih kecil?.
Siapa yang sudah menikahi Zahra sejak kecil?.
Dan bagaimana perlakuan paman dan bibinya selama ini?
ikuti terus ceritanya ya, dijamin konfliknya ringan dan gak buat pusing 🤗🤗🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bungabunga2929, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Setelah menghubungi dokter, Xavier langsung membawa sarapan untuk Zahra. Dia tidak ingin berlama-lama meninggalkan istrinya sendiri.
Di tempat dokter pribadi keluarga Alexander, Mark sedang menggerutu setelah menerima panggilan dari Xavier.
"Dasar tuan muda pemaksa, selalu meminta sesuatu dengan terburu-buru. Tapi tunggu dulu, kenapa dia meminta dicarikan dokter wanita ya, bukannya biasanya aku yang memeriksanya" batin Mark.
"Lebih baik aku menuruti saja apa kemauannya, sebelum dia marah-marah nantinya" gumam Mark.
Mark langsung menghubungi sahabatnya yang sesama dokter.
"Hallo Reina, kamu apa kabar?" tanya Mark untuk berbasa basi.
"Hallo juga Mark, aku baik. Kamu gimana?, tumben menghubungi aku" tanya Reina.
"Begini Reina, aku mau minta tolong untuk datang kemansion seseorang. Nanti aku berikan alamatnya, soalnya dia hanya ingin ditangani oleh dokter wanita" ucap Mark.
"Memangnya siapa yang harus aku periksa Mark?".
"Dia Xavier Alexander, kamu pasti mengenalnya kan" ucap Mark.
"Astaga, bukankah dia pewaris keluarga Alexander" kaget Reina.
"Ya kau benar, aku minta tolong kamu mau ya membantuku kali ini" mohon Mark.
"Tapi aku sedikit takut dengannya, kamu harus menemaniku baru aku mau" ucap Reina.
"Baiklah, aku akan menunggumu disana. Nanti akan aku kirim lokasinya" ucap Mark.
Setelah menghubungi Reina, Mark segera mengirim lokasi mansion Xavier. Mark juga segera pergi sebelum Xavier memarahinya.
Sampai di mansion Xavier, Reina dan Mark langsung masuk kedalam.
"Loh tuan Mark, tumben datang kesini. Memangnya siapa yang sakit?" tanya bi Asih yang mengenal siapa Mark.
"Hallo bi".
"Ya, tadi Xavier menghubungiku dan meminta dokter wanita agar datang kesini" ucap Xavier.
"Memangnya siapa yang sakit, perasaan tuan baik-baik saja tadi. Apa mungkin Nina Zahra" ucap Bi Asih.
"Zahra?" , siapa dia bi. Kenapa aku baru mendengar namanya?" tanya Mark.
"Kalau itu sebaiknya tanyakan langsung saja pada tuan Xavier. Bibi takut salah bicara".
"Oh ya, silahkan duduk dulu. Biar saya beritahu tuan Xavier kalau tuan Mark sudah datang" ucap Bi Asih.
"Iya bi, makasih ya. Maaf sudah merepotkan" ucap Mark.
"Ini sudah tugas bibi tuan" ucapnya yang langsung berjalan menuju lantai atas.
"Tok tok tok".
"Tuan, dokter Mark sudah datang" beritahu bi Asih.
"Ya bi, sebentar lagi saya keluar" jawab Xavier.
"Sebentar sayang, Kaka mau menghampiri dokternya dulu" ucap Xavier pada Aluna.
Xavier langsung turun kebawah menemui Mark.
"Kenapa lama sekali, aku hanya memberi waktu 15 menit. Ini sudah 30 menit dan kau baru datang" marah Xavier.
"Maaf, kau tahu sendiri di jam seperti ini jalanan sedang macet" ucap Mark.
"Sudahlah tidak perlu banyak alasan. Oh ya kau dokter yang akan memeriksa istriku kan. Ayo kita langsung keatas" ucap Xavier.
"Tunggu, siapa yang kau maksud dengan istri?" tanya Mark bingung.
"Kau bisa Langsung saja naik keatas, kamarnya berada di paling ujung. Aku ada urusan sebentar dengan Mark" beritahu Xavier.
Reina langsung mengikuti perintah Xavier, lagipula dia merasa takut berlama-lama berada didekatnya.
"Astaga pewaris keluarga Alexander, auranya memang sangat menyeramkan. Aku saja langsung merasa takut berada didekatnya".
"Siapa wanita yang sudah menaklukan hati pewaris dingin seperti dia" batin Reina.
Setelah melihat kepergian Reina, Mark langsung meminta Xavier menjelaskan apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Sekarang jelaskan, apa maksud perkataanmu tadi. Jadi kau sudah mempunyai istri, kenapa menikah tidak memberitahuku" ucap Mark merasa kesal.
"Aku memang sudah menikah, dia Zahra gadis yang saat berusia 10 tahun kunikahi. Sudah sekitar satu bulan aku menikahinya lagi secara resmi" ucap Xavier.
"Apa?!" kaget Mark.
"Biasa aja, ekspresinya gak usah dibuat-buat seperti itu" ucap Xavier.
"Bukan dibuat-buat, itu semua ekspresi karena aku terkejut kau sudah menikah. Tapi kenapa kau tidak memberitahuku tentang ini?" tanya Mark.
"Aku memang sengaja tidak mengundang siapapun pada pernikahanku,ini semua permintaan istriku. Dia belum mau memberitahukan tentang status kami pada semua orang. Jadi aku hanya mengikuti keinginannya saja" ucap Xavier.
"Ternyata pria dingin dan pemaksa ini mau menurut juga dengan orang lain. Dasar bucin" batin Mark.
Sedangkan Reina sudah masuk kedalam kamar yang Xavier tunjukan tadi.
"Hallo, perkenalkan nama saya dokter Reina" ucapnya memperkenalkan diri.
"Hallo juga dok, maaf ya merepotkan dengan meminta dokter datang kemari. Namaku Zahra" ucapnya.
"Baiklah nona Zahra, apa yang sedang anda rasakan?. Sebelum itu biar saya periksa dulu ya" ucap Reina.
"Emmm begini dok, saya malu untuk mengatakannya" ucap Zahra.
"Maksudnya?", kenapa harus malu" ucap Reina.
"Yang sakit itu ini saya dok" ucap Zahra sambil menunjukan bagian yang terasa perih.
"Kamu......".
"Ya dok, saya dan kak Vier habis melakukan hubungan suami istri. Dan ini pertama kalinya bagiku" jujur Zahra dengan perasaan malu.
Renita langsung tersenyum dengan kejujuran dan kepolosan Zahra.
"Gadis ini, eh bukan gadis lagi tapi wanita ini benar-benar menggemaskan. Tapi kenapa dia bisa menikah dengan pria dingin seperti Xavier ya" batin Reina.
"Baiklah saya paham sekarang, jadi tidak perlu saya memeriksa nona lagi" ucap Reina dengan tersenyum.
"Saya akan memberikan salep agar nona tidak merasakan perih lagi. Ini memang hal yang wajar bagi seorang wanita yang baru pertama kali melakukan itu".
"Jadi kamu tidak perlu merasa takut, ini hal yang wajar bagi seorang wanita" ucap Reina.
"Ohh gitu ya dok, tadi aku sempat merasa khawatir. Tapi sekarang aku mengerti, terima kasih ya, dokter sudah menjelaskan tentang hal ini padaku" ucap Zahra.
Setelah memeriksa Zahra, Reina langsung turun kebawah untuk menemui Mark.
"Bagaimana, apa istriku baik-baik saja" tanya Xavier.
"Nona Zahra baik-baik saja, tadi juga sudah diberikan obat. Kalau begitu karena sudah selesai saya pamit pergi dulu, masih ada pasien dirumah sakit yang sedang menunggu" ucap Reina.
"Tunggu dulu, aku ingin meminta satu hal" ucap Xavier.
"Ya tuan, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Reina.
"Berikan aku obat pencegah kehamilan" ucap Xavier.
"Maksudnya?" tanya Reina merasa bingung dengan permintaan Xavier.
"Apa ucapanku tadi kurang jelas" marah Xavier.
"Bukan seperti itu, tadi saya hanya terkejut dengan permintaan yang tuan katakan" ucap Reina.
"Yasudah cepat berikan, apa kau bawa?" tanya Xavier.
"Obat itu saya tidak membawanya tuan, silahkan anda datang saja kerumah sakit" ucap Reina.
Mark yang merasa bingung mendengar ucapan Xavier langsung menanyakannya.
"Xavier, kenapa tiba-tiba meminta pil itu. Apa kau berniat menunda kehamilan?" tanya Mark penasaran.
"Bukan menunda, lebih tepatnya tidak ingin memiliki keturunan. Aku tidak ingin melihat Zahra merasa susah saat mengandung, ataupun kesakitan waktu melahirkan nantinya" jelas Xavier.
"Tapi apa kau yakin ingin melakukan ini semua. Apa kau sudah berbicara dengan Zahra" ucap Mark.
"Istriku tidak perlu mengetahui semua ini, aku melakukan ini semua juga untuk kebaikannya" ucap Xavier.
"Tapi apa yang kau anggap benar itu bisa salah dimata Zahra. Sebagian wanita, banyak yang menginginkan memiliki seorang anak nasihat Mark.